tag:blogger.com,1999:blog-41899391272385409602024-03-14T11:57:53.903+07:00MINANG KABAUAnonymoushttp://www.blogger.com/profile/16870304953850230049noreply@blogger.comBlogger86125tag:blogger.com,1999:blog-4189939127238540960.post-63712512430451527062014-12-21T16:31:00.002+07:002014-12-21T16:31:45.815+07:00Bukittinggi Kota PerjuanganBUKITTINGGI — Hirwandi Imam & Ery Satria — Bukittinggi kini berjuluk Kota Perjuangan. Sapaan terbaru tersebut dilatarbelakangi eksistensinya dalam berbagai episode perjuangan merebut dan mempertahankan kemerdekaan, terutama masa Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) 1948-1949.
Pencanangan sebagai Kota Perjuangan tersebut dilakukan saat upacara peringatan Hari Bela Negara (HBN) 2014, Jumat (19/12) di Lapangan Wirabraja, Bukittinggi. Upacara diikuti jajaran TNI, Polri, korps veteran, keluarga pejuang, DHD 45, Korpri, mahasiswa dan pelajar.
Selain itu pada panggung utama juga nampak keluarga Mr. Syafrudin Prawiranegara, sastrawan Taufiq Ismail dan anggota DPR-RI Ade Rezki Pratama yang notabene warga Bukittinggi. Pencanangan Bukittinggi sebagai Kota Perjuangan dilakukan Wakil Ketua DPR RI, Fadli Zon.
Menurut politisi Partai Gerindra itu, Bukittinggi memiliki peran yang sangat strategis dalam sejarah perjuangan bangsa. Republik Indonesia belum tentu ada kelanjutannya tanpa Bukittinggi. Sebab, melalui PDRI yang lahir di Bukittinggi eksistensi Indonesia tetap ada walaupun pemimpin bangsa ditawan penjajah.
“Bukittinggi memiliki saham yang besar terhadap Republik Indonesia,” kata Fadli Zon menjawab wartawan di sela-sela peringatan HBN yang diwarnai hujan gerimis pagi itu.
Saham demikian itu, lanjut dia dalam bentuk perjuangan yang dilakukan oleh para pejuang pada era PDRI dengan tekad mempertahankan kemerdekaan dan mengusir kolonialis. Mr. Syafrudin Prawiranegara selaku Menteri Kemakmuran yang berada di Bukittinggi saat Yogyakarta diduduki Belanda dan pemimpin ditawan mendapat mandat dari Soekarno dan Mohammad Hatta untuk membentuk PDRI. Setelah pembentukan 19 Desember 1948 di Bukittinggi, barulah perjuangan secara mobile dilaksanakan di Halaban, Koto Tinggi, Sumpur Kudus sampai Bidar Alam.
Bukittinggi juga telah melahirkan tokoh-tokoh nasional yang kemudian berkiprah dalam perjuangan bangsa, seperti Agus Salim, Bung Hatta, Hamka dan lainnya. Selain tempat lahir dan ibukota PDRI, Bukittinggi juga mengemban fungsi sebagai ibukota Provinsi Sumatera dengan Gubernur Mr. Muhamad Rasyid, kemudian ibukota Sumatera Tengah dengan daerah Riau, Jambi dan Sumbar serta ibukota Sumatera Barat.
Dari peran dan eksistensi yang diemban dari sejarah yang demikian panjang itu, sudah pada tempatnya Bukittinggi ditetapkan sebagai Kota Perjuangan.
Pada upacara HBN berlangsung hikmad itu Walikota Ismet Amzis bertindak selaku inspektur upacara. Nilai-nilai kejuangan yang pernah diemban Bukittinggi di masa lampau seolah-olah membahana kembali manakala sastrawan Taufiq Ismail membacakan puisi-pusinya.
Pemberian julukkan sebagai Kota Perjuangan bagi Pemko Bukittinggi dan masyarakatnya, menurut Ismet Amzis tidak sebatas menjadi inspirasi, melainkan juga motivasi untuk mengabadikan nilai-nilai sejarah yang pernah diemban di masa lalu.
Lalu, Ismetpun menwarkan solusi nantinya akan memasukkan sejarah Bukittinggi di pentas perjuangan era kemerdekaan itu sebagai kurikulum di sekolah-sekolah.
“Sejarah kita harus jelas, karenanya semua warga Bukittinggi harus mengetahuinya,” ujarnya.
Di Silang Monas
Sementara itu Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan bentuk bela negara yang perlu dilakukan saat ini, melawan dan membebaskan bangsa kita dari kemiskinan, keterbelakangan, kebodohan dan ketergantungan.
Apalagi, katanya, ancaman terhadap kedaulatan bangsa dari luar tidak hanya bersifat fisik, tapi sudah mengarah pada ancaman multidimensi.
Amanat Presiden dibacakan Menteri Koordinator bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) Tedjo Edhy Purdijatno dalam upacara peringatan Hari Bela Negara (HBN) 2014 di Lapangan Silang Monas, Jakarta, Jumat (19/12) pagi.
Bentuk bela negara lainnya, menurut Tedjo Edhy yakni mewujudkan kedaulatan pangan, berdiri di atas kaki sendiri, profesi guru bidan dan tenaga kesehatan di daerah pelosok, perbatasan dan pulau terluar sesungguhnya bela negara.
Upacara peringatan Hari Bela Negara diwarnai dengan pengibaran bendera Merah Putih terbesar di Indonesia. Pengibaran bendera ini dipimpin mantan petinju kelas dunia Chris John.
Pengibaran bendera dimulai dengan aksi terjun dengan tali dari puncak Monas, menuju ke pelataran cawan Monas yang dilakukan oleh 3 orang anggota TNI. Mereka adalah Letda (inf) Jatmiko, Serda Marpaung dan Serda Joko. Bendera raksasa berukuran panjang 58 meter, lebar 38 meter dan luas 2.250 meter.<br />
<br />
Sumber: <a href="http://hariansinggalang.co.id/">hariansinggalang.co.id</a>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/16870304953850230049noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4189939127238540960.post-70614339012451093372014-05-14T09:08:00.001+07:002014-05-14T09:08:36.036+07:00Ekspedisi Gunung Talamau<div style="color: black; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<div style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;">
<img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhRUuRlGzY40a9AArhS-NPAYbBZVeyG6AYfzA2ccoCHKWFafg8pakEWySZgpjq44Xl5ajvwvOOYCvGvfzwIPEHh9islPmHCOgPCokhug28B0ZxIYhx7wWjGq9byHmABPiBG1P_-Bt-QBmHs/s1600/10.jpg" /> </div>
Gunung yang terletak di propinsi Sumatera Barat tepatnya di Kabupaten
Pasaman Barat ini, merupakan satu dari beberapa gunung yang mempunyai
panorama alam yang menarik di daerah Minang Kabau. Dengan ketinggian
2982m dpl menjadikannya sebagai puncak tertinggi daerah Sumatera Barat.
Gunung ini bisa didaki dari desa Pinaga. Gunung <b>Talamau</b> mempunyai
keunikan tersendiri yaitu pada puncaknya terdapat banyak telaga, dan
umumnya jumlah telaga tersebut selalu berbeda-beda dan tidak selalu sama
setiap dijumpai para pendaki. Jumlah yang umum terlihat adalah 13
telaga. Gunung Talamau berdekatan sekali dengan Gunung Pasaman hanya
dipisahkan oleh sebuah sungai. Dari daerah puncak Gunung Talamau kita
bisa melihat dengan jelas puncak Gunung Pasaman, atau yang dikenal juga
dengan sebutan sebagai “Puncak Rajo Imbang Langik” yaitu nama yang
diambil dari nama seorang raja yang pernah bertahta di daerah Pasaman
ini pada dulunya.</div>
<div style="color: black; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
</div>
<div style="color: black; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Untuk mencapai puncak Gunung Talamau kita akan melewati 6 pos. Dari
puncak gunung Talamau kita bisa menyadel atau turun dan naik ke Gunung
Pasaman. Penduduk disekitar gunung Talakmau ini hidup dengan mata
pencaharian bertani dan mayoritas beragama Islam. Gunung ini lebih
terawat dibadingkan dengan gunung Marapi dan Singgalang. Jauh lebih
bersih, ini tidak lepas dari dedikasi penduduk setempat yang selalu
menjaga keasrian dan kebersihan Gunung Talakmau dari pendaki-pendaki
yang tidak bertanggung jawab. Untuk Akomodasi yang ada dan tidak jauh
dari gunung ini adalah Hotel Hamco dan Wisma Yanti di Padang Tujuh yang
berjarak sekitar 3 km dari desa Pinaga. Selain itu juga terdapat lokasi
Camping Ground di Bukit Harimau Campo yang tidak jauh dari lokasi air
terjun Puti Lenggo Geni.<br />
Selain keindahan alamnya gunung ini juga banyak menyimpan cerita-cerita
menarik yang berasal dari legenda yang dipercaya oleh penduduk setempat.
Seperti contoh saat kita memasuki Padang Siranjano, diwajibkan untuk
membaca “Assalamualaikum” karena dipercaya didaerah tersebut dihuni oleh
seorang Kyai. Dan juga nama-nama puncak dan telaga di gunung ini juga
diambil berdasarkan beberapa cerita legenda yang diyakini oleh penduduk
disekitar gunung Talamau ini.</div>
<div style="color: black; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
</div>
<div style="color: black; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
</div>
<div style="color: black; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<b>AKSES TRANSPORTASI</b><br />
Dari kota Padang desa Pinaga yang merupakan desa titik awal pendakian
bisa dicapai dengan menggunakan Bus “PERSADA”. Ongkosnya adalah
Rp.10.000,- Jika dari kota Bukit Tinggi, kita harus naik bus trayek
Simpang Ampek dengan ongkos Rp.9.000,- kemudian dilanjutkan dengan
menumpang “KERI” (sejenis angkot) dengan ongkos Rp.3.000,- dan jarak
tempuhnya kurang lebih 10km. Jalur resmi menuju puncak Gunung Talamau
adalah dari desa Pinaga akan tetapi juga ada pilihan jalur pendakian
lainnya yaitu dari Desa Durian Kandang Aia Maruek. Jalur ini akan meuju
puncak Gunung Pasaman terlebih dahulu kemudian baru menyadel ke puncak
Gunung Talakmau. Jika kita mendaki dari desa Pinaga dan turun didesa
Durian Kandang, akan memakan waktu kurang lebih 5 hari.<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
<img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgtwwu7ECZb_Li0hztmR7sXDITZG_WEIE5VGT30hJ2650Y_8VZ5SE1IM4zampQRmXgTen_6n4oImiDUN0m1TV6fg1MoxASJLWLfXXfxMjL1D3QhtBE-Y9eqyDT6Hr-fJhBYWJqS3mmqstm0/s1600/1.jpg" /> </div>
</div>
<div style="color: black; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
</div>
<div style="color: black; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
</div>
<div style="color: black; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<b>RUTE PENDAKIAN </b><b>POSKO 1 DESA PINAGA 320m dpl</b><br />
Desa Pinaga yang berada pada ketinggian 320m dpl. Posko 1 berada tidak
jauh dari jalan raya Simpang Empat – Panti. Dari Posko 1 menuju Posko 2
atau yang berada di Bukit Harimau Campo, akan melewati 4patok kilometer
yaitu Km14, Km13, Km12, Km11. Keadaan jalan dari Posko 1 ke Posko 2
merupakan jalur jalan gerobak. Selain itu kita juga akan melewati
persawahan dan perladangan penduduk.<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
<img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEibHG2f7VFnePyA4r7SHRQCZobdh67otHoPV9kcCLuytJSnobK9WCAa_2a2GPYSKB4Kvl8k1jsKo4MWeqkYtUEfDzlkZSuS3B99_y1dutDBwTwNKOUyHCQ2DGPhv7nVUd6MJ1TxGoMG7-dQ/s1600/2.jpg" /> </div>
</div>
<div style="color: black; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
</div>
<div style="color: black; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
</div>
<div style="color: black; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<b>POSKO 2 PONDOK BUKIK HARIMAU CAMPO 710m dpl</b><br />
Perjalan dari Posko 1 hingga sampai ditempat ini sekitar 2,5 jam. Posko 2
ini berada pada ketinggian 710m dpl. Ditempat ini terdapat sebuah
pondok yang dihuni oleh seorang pendaki asal Sumatera Barat yang
merupakan seorang volunter yang merawat dan memelihara gunung Talamau
ini. Tidak jauh dari lokasi ini kita bisa menemukan sebuah air terjun
yang cukup besar bernama air terjun Puti Lenggo Geni.<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
<img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhY6-1vuHsnBGtZRQmVoMHy7MISWUGnLqvdqY2CumxK99rzFNhXT6e3juEHnGKZumcZwWYzqhWoMkMQbAEFJagg6Gp15LnvdhuxURgjQDsXi0dvVYl3Mswhf65izIW3VQqZcFe8XH99BGln/s1600/3.jpg" /> </div>
</div>
<div style="color: black; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
</div>
<div style="color: black; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
</div>
<div style="color: black; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<b>POSKO 3 PONDOK RINDU ALAM 1100m dpl</b><br />
Posko ini dikenal juga dengan nama Sari Bunyibunyian karena pada tempat
ini kita mendengar aneka bunyi seranga dan burung-burung. Posko dengan
ketinggian 1100m dpl ini berjarak waktu tempuh dari pos sebelumnya
sekitar 2,5 jam. Di pos ini kita tidak menemukan adanya pondok kecuali
sebuah tanah datar dan juga di pos ini terdapat sumber mata air berupa
sungai kecil , sehingga kita bisa mengisi perbekalan air.<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
<img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgEIHJcnrt4U6k4yBLqFDzJO4bdxG7J27OnNhg5l-AE-xP04iOqTKMgiN0w905Gzyp8TqGA5HqvhoxP2j0_QjxT-fRnF1ZSs_ayTwxPPpf0cJvDUDW9f2L3DL3tjwQsSSVL0VQU0If2Fw6N/s1600/4.jpg" /> </div>
</div>
<div style="color: black; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
</div>
<div style="color: black; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
</div>
<div style="color: black; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<b>POSKO 4 BUMI SARASAH 1860m dpl</b><br />
Setelah menempuh perjalanan selama lebih kurang 3 jam maka kita akan
sampai di pos Bumi Sarasah. Disini terdapat sebuah pondok tanpa dinding.
Dilokasi pos ini juga kita bisa menemukan sumber mata air berupa sungai
kecil yang mengalir jernih. Posko ini berada pada ketinggian 1860m dpl.<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
<img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhpiMUS-iJK25q24rh5-krrpYYMmVGR3uX_NDgxIMPk7wFF_5j79dvGstRDjnQBTT4xGm9ByUy7OnpFvIXImMRG2iveVxaHIG34Vxiw5YM-sj46S8yQ-_ErThHrbZAcvVHFRLK5ZnbDJmVC/s1600/5.jpg" /> </div>
</div>
<div style="color: black; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
</div>
<div style="color: black; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
</div>
<div style="color: black; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<b>POSKO 5 PANINJAUAN 2500m dpl</b><br />
Pos ini berjarak tempuh sekitar 2 jam 25 menit dari pos sebelumnya serta
juga mempunyai sumber mata air . Jalan setapak dari posko Bumi Sarasah
hingga posko Paninjauan ini sedikit lebih curam dibandingkan keadaan
jalan setapak sebelumnya. Di pos ini kita bisa menemukan sebuah pondok
beratap seng tanpa dinding. Tidak lama kemudian kita akan memasuki
daerah.<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
<img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiFpupIdmoGGl0X8NqQ2C5URnFSHpqctnLcJlWCXLce5rYE24Z6ss5IScvM-RJ585ZCZwrcSjsPwvULmA4qY7fmJOkrovTLCJZcM4Gm2BCNT0EscD6P7kbA0H4ORpGa5UAzfhkXod1H4DwP/s1600/6.jpg" /> </div>
</div>
<div style="color: black; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
</div>
<div style="color: black; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
</div>
<div style="color: black; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
</div>
<div style="color: black; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<b>BASECAMP RAJAWALI PUTIH 2880m dpl</b><br />
Dari posko 5 menuju basecamp Rajawali Putih berjarak tempuh sekitar 75
menit. dan setelah melewati tanjakan yang cukup curam maka kita akan
sampai disebuah dataran padang rumput yang bernama “Padang Siranjano”
tidak lama setelah kita menempuh dataran luas ini maka kita akan
menemukan telaga-telaga yang berjumlah 13 buah. selain itu juga puncak
utama gunung Talamau ini juga sudah terlihat. Lokasi dekat telaga-telaga
ini sangat cocok dijadikan sebagai tempat mendirikan tenda. Puncak
Tiang trianggulasi yang hancur Puncak Tri Martha 2982m dpl Gunung
Talamau ini mempunyai <b>3</b> buah puncak yaitu puncak utama bernama<b> Trimarta</b>, puncak Kedua <b>Puncak Rajawali</b> dan Puncak Ketiga bernama <b>Puncak Rajo Dewa </b>.
Selain itu dari puncak akan terlihat jelas lokasi telaga-telaga yang
ada di gunung ini, juga jika edarkan pandangan akan terlihat sayup sayup
dikejauhan berdiri Gunung Talang , Gunung Marapi, Gunung Singgalang dan
Gunung Tandikat.</div>
<div style="color: black; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: center;">
<img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi6jsb9dyb45dReOQrj9wdF9vP4oniq2Ym5VmEJ71UzucBjoL7-fuf6fJvQIEio3989pKwVU71rQYPsjL7zVlQDHgQF7dR_F25h9tUZWIJsp9gCl_fZRAeKotplVuTu2Gvx3RZPifNoQU2B/s1600/7.jpg" /></div>
<div style="color: black; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
</div>
<div style="color: black; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br />
<b>PERIJINAN</b><br />
Para pendaki diwajibkan untuk membawa bebrapa dokumen sebagai berikut:</div>
<div style="color: black; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
</div>
<div style="color: black; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
* KTP (siapkan juga photocopynya)<br />
* Surat ijin dari orang tua (Bagi remaja)<br />
* Surat dari organisasi (jika berasal dari sebuah organisasi)</div>
<div style="color: black; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
</div>
<div style="color: black; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Semua surat-surat tersebut diperlihatkan pada petugas posko saat akan
mendaki, selain itu Logistik dan perlengkapan akan di cek saat naik dan
turun gunung. Setiap pendaki diwajibkan membayar retribusi yang sudah
termasuk asuransi dan biaya administrasi sebesar Rp.5.000,-</div>
<div style="color: black; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
</div>
<div style="color: black; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
</div>
<div style="color: black; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<b>LARANGAN</b><br />
Berikut adalah larangan-larangan yang berlaku di gunung ini:</div>
<div style="color: black; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
</div>
<div style="color: black; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
* Tidak dibenarkan merusak flora dan fauna<br />
* Tidak dibenarkan membawa Tape recorder, radio, gitar dan alat-alat musik lainnya<br />
* Tidak dibenarkan membawa sabun atau bahan-bahan yang bisa mencemari sumber air<br />
* Tidak dibenarkan membawa dan meminum minuman keras jenis apapun</div>
<div style="color: black; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
</div>
<div style="color: black; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
* Didalam perjalanan maupun didalam suaka gunung tidak diijinkan berpencar-pencar<br />
* Tidak diijinkan pendaki putra dan putri tidur dalam satu tenda apapun bentuk kegiatannya<br />
* Tidak boleh berteriak-teriak atau bernyanyi-nyanyi keras<br />
* Tidak boleh menyalakan api didarah yang rawan kebakaran<br />
* Tidak boleh memasuki kawasan telaga seperti mandi, mencuci, dan lain sebagainya. Kecuali mengambil air untuk minum dan memasak<br />
* Dilarang keras melakukan tindakan mencoret bebatuan, pepohonan dan tindakan vandalisme lainnya<br />
* Dilarang keras membuang kotoran disembarang tempat<br />
* Setiap pendaki harus menghormati adat istiadat setempat.</div>
<div style="color: black; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
</div>
<div style="color: black; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
* Para pendaki diwajibkan membawa turun kembali sampah yang dihasilkan oleh mereka<br />
* Pendaki harus mematuhi lama ijin pendakiannya<br />
* Melaporkan kejadian atau kerusakan lainnya pada petugas lapangan atau posko.<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
<img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi1cUSowyUAJDC68i6EbuFs-wMgkgM8zxFToSMdXyOqkCbGI-R9hSXqoMcHv7YDCr03m3VN6OiHyibG8SQF4YSIyHcm1Ny_wgHWSvEUWab0c9mL7Mf_fgGU7ncRmY9OefL1cmoodrZANdvR/s1600/8.jpg" /> </div>
</div>
<div style="color: black; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
</div>
<div style="color: black; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
</div>
<div style="color: black; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<b>LOKASI MENARIK</b></div>
<div style="color: black; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
</div>
<div style="color: black; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Ada banyak sekali tempat-tempat menarik yang bisa kita kunjungi di
gunung ini, objek-objek alam itu tersebar di gunung Talamau ini,
diantaranya:</div>
<div style="color: black; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
</div>
<div style="color: black; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
* Air terjun Puti Lenggo Geni yang tingginya mencapai 109 meter<br />
* Padang Sirinjano, sebuah padang rumput yang berada di ketinggian 2640m
dpl seluas 40 hektar yang dihuni oleh Rusa, Kijang, Kambing hutan dan
Tapir.<br />
* Terdapat beberapa buah telaga yang dalam bahasa setempat disebut
dengan Talago, jumlah normalnya adalah 13 buah telaga dan kebanyakan
pendaki terkadang menemukannya dalam jumlah yang berbeda-<br />
beda, mungkin ini disebabkan oleh banyak sedikitnya kandungan air di<br />
gunung ini. Ke 13 telaga itu yaitu:</div>
<div style="color: black; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
</div>
<div style="color: black; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
* Talago Puti Sangka Bulan<br />
* Talago Tapian Sutan Bagindo<br />
* Talago Tapian Puti Mambang Surau<br />
* Talago Siuntuang Sudah<br />
* Talago Puti Bungsu<br />
* Talago Rajo Dewa<br />
* Talago Satwa<br />
* Talago Lumuik<br />
* Talago Biru<br />
* Talago Mandeh Rubiah<br />
* Talago Imbang Langik<br />
* Talago Cindua Mato<br />
* Talago Buluah Parindu<br />
* Ada kawag belerang<br />
* Ada lima puncak yang tersebar dikawasan puncak gunung ini<br />
* Ada empat goa yang berada didaerah puncak gunung Talamau<br />
* Sedangkan dikaki gunung ada objek wisata historis berupa Batu
Balipek kain yang berada dikaki Gunung Pasaman didesa Aia Maruek Kinali.</div>
<div style="color: black; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; color: black; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjuqmDjL9dxLMDuhyJy7DOqCZ0y7Mx91DDht81NtMTQAe2WEyJbNHSoaswCtyIM1_r3qn1XHVIt4a7S3SJ7dTn2MHaY6_HZP-XNQHNCEnimJ9Rrq4X9eTBNTo1iNrTSbFF8mwS3EJXzL707/s1600/9.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjuqmDjL9dxLMDuhyJy7DOqCZ0y7Mx91DDht81NtMTQAe2WEyJbNHSoaswCtyIM1_r3qn1XHVIt4a7S3SJ7dTn2MHaY6_HZP-XNQHNCEnimJ9Rrq4X9eTBNTo1iNrTSbFF8mwS3EJXzL707/s1600/9.jpg" /></a></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/16870304953850230049noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4189939127238540960.post-44556320940064948212014-05-14T09:08:00.000+07:002014-05-14T09:08:24.796+07:00Asal Usul Kota Solok<div class="separator" style="clear: both; color: black; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgI4R_0igAzaOl6ngc0DQqAZrNh6YKncmtrfXLT1RTI-2kF3dZBo7-QcsjdADFLQxEPVKHq1myTCVmjpQ2LP1AtoFgwz4bIhre5mFfEjlzMCbHE3UvurmXYhWyy0difPEw6doALdk_MKuxP/s1600/9.jpg" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgI4R_0igAzaOl6ngc0DQqAZrNh6YKncmtrfXLT1RTI-2kF3dZBo7-QcsjdADFLQxEPVKHq1myTCVmjpQ2LP1AtoFgwz4bIhre5mFfEjlzMCbHE3UvurmXYhWyy0difPEw6doALdk_MKuxP/s320/9.jpg" height="256" width="320" /></a></div>
<div style="color: black; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Semuanya berawal ketika dahulunya nenek moyang kita yang berasal dari
kaki Gunung Merapi tepatnya daerah Pariangan (daerah tertua di
Minangkabau) yang terletak di daerah Batusangkar, sedang melakukan
perjalanan untuk menambah daerah kekuasaan atau pergi “merantau”. Karena
sudah menjadi adat atau kebiasaan yang turun temurun bagi orang
Minangkabau asli, khususnya bagi kaum laki-laki. Bagi mereka merantau
menjadi suatu kebanggaan tersendiri karena apabila nantinya mereka
berhasil/sukses di rantau tersebut, bisa mengangkat derajat keluarga
yang di tinggalkan, termasuk daerah asalnya.</div>
<div style="color: black; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br />
Selama perjalanan inilah mereka menemukan sebuah daerah yang di
kelilingi oleh lembah dan memiliki pemandangan yang indah, daerah yang
subur dan banyak di tumbuhi oleh berbagai pepohonan, sehingga terlontar
kata-kata “nagari nan elok” oleh para perantau tersebut. Dari situlah
daerah ini di kenal dengan nama “Solok”. Namun secara harfiah, Solok
sebenarnya diartikan sebagai daerah lembah yang di kelilingi oleh bukit.<br />
<br />
Karena merasa sudah mendapatkan daerah baru, maka mulailah banyak
berdatangan perantau-perantau lainnya ke daerah tersebut, seiring dengan
bertambahnya jumlah penduduk, maka daerah ini berkembang pesat, hal
ini di dukung dengan tanah yang subur dan cocok untuk menanam padi.
Sehingga daerah ini juga terkenal dengan “Beras Solok”nya yang bisa
membangkitkan selera makan.</div>
<div style="color: black; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br />
Karena pertumbuhan penduduknya yang semakin pesat, warga Solok sendiri
juga banyak yang merantau lagi ke daerah lain. Dan sekarang Solok
termasuk salah satu kota di Provinsi Sumatera Barat</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/16870304953850230049noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4189939127238540960.post-24740997755076872652014-04-30T10:06:00.000+07:002014-04-30T10:06:55.943+07:00Sejarah Nagari Saniangbaka (Nagari Tapian Danau)<div style="text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiU6j9ThEWScNhlAl6QJ-9kyp23ZYEhFBqSn2ViONEghIlXj-pCFEQLcDdgMQdSeRLVD0K2db6HLS_rL1mAoHINunpbdt7L_bjftl1kWnNSnDGUY7ruV-bMVDm76Fx4Dnv_Wh5rN2lj2J41/s1600/1.jpg" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiU6j9ThEWScNhlAl6QJ-9kyp23ZYEhFBqSn2ViONEghIlXj-pCFEQLcDdgMQdSeRLVD0K2db6HLS_rL1mAoHINunpbdt7L_bjftl1kWnNSnDGUY7ruV-bMVDm76Fx4Dnv_Wh5rN2lj2J41/s320/1.jpg" height="212" width="320" /></a><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: x-small;">Catatan
yang mengisahkan sejarah nagari Saniangbaka sangat sedikit ditemukan.
Dalam banyak tambo dan buku-buku yang berkaitan dengan Minangkabau,
tidak banyak yang mencatat sejarah ini. Salah satu yang memuat sejarah
Saniangbaka adalah dalam Mahmoed (1978). Disebutlah suatu masa Datuk
Katumenggungan mendirikan sebuah kerajaan bernama Bungo Setangkai yang
berpusat di Sungai Tarab. Mula-mula perkembangan kerajaan ini adalah
membuat kubu pertahanan kerajaan dan untuk membuat lingkaran pertahanan
ini Datuk Katumenggungan menugaskan seorang hububalang pemberani dari
Pariangan Padang Panjang untuk menjadi kepala pertahanan. Hulubalang ini
kemudian ditugaskan untuk membuat pertahanan kerajaan, yang mula-mula
membuat sebuah nagari bernama Batipuh. Setelah Batipuh, kemudian
hulubalang ini membuat 10 koto yaitu bentuk suatu daerah, sebelum
menjadi nagari, yang penduduknya sudah banyak meski tinggal berjauhan
tetapi sudah mulai berinteraksi secara intensif di suatu tempat.
Koto-koto tersebut terdiri dari Paninjauan, Gunung, Jao, Tambangan,
Singgalang, Pandai Sikek, Koto Laweh, Koto Baru, Aia Angek, Panyalaian.
Setelah kesepuluh koto itu selesai, hulubalang tersebut membuat kubu
pertahanan ke arah timur dengan 10 daerah pula yaitu Sungai Jambu,
Labuatan, Simawang, Bukit Kandung, Sulit Aie, Tanjung Balit, Singkarak,
Saniangbaka, Silungkang dan Padang Sibusuk (Mahmoed, 1978:37-38). </span></div>
<div style="color: black; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;"><br />
</span></div>
<div style="color: black; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;">Pada masa kerajaan Pagaruyung, kesepuluh daerah pertahanan yang ada di timur ini menjadi bagian dari <i>langgam nan tujuah. </i></span><br />
<span style="font-size: x-small;"><i> </i><br />
<i>Langgam nan tujuah</i> merupakan sebutan bagi tujuh pihak yang
membantu pelaksanaan pemerintahan kerajaan pagaruyung di bawah
kepemimpinan Raja Alam. Adapun <i>langgam nan tujuah</i> ini terdiri dari:</span></div>
<ol style="color: black; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<li><span style="font-size: x-small;"><i>Pamuncak Koto Piliang</i>, berkedudukan di Sungai Tarab, sebagai pimpinan.</span></li>
<li><span style="font-size: x-small;"><i>Harimau Campo Koto Piliang</i>, berkedudukan di Batipuh, sebagai panglima perang.</span></li>
<li><span style="font-size: x-small;"><i>Pardamaian Koto Piliang</i>, berkedudukan di Simawang dan Bukit Kandung, sebagai pendamai nagari-nagari yang bersengketa.</span></li>
<li><span style="font-size: x-small;"><i>Pasak Kungkung Koto Piliang</i>, berkedudukan di Sungai Jambu dan Labuatan.</span></li>
<li><span style="font-size: x-small;"><i>Carmin Taruih Koto Piliang</i>, berkedudukan di Saniangbaka dan Singkarak, sebagai badan penyidik.</span></li>
<li><span style="font-size: x-small;"><i>Cumati Koto Piliang</i>, berkedudukan di Sulit Aie dan Tanjung Balit, sebagai pelaksana hukuman.</span></li>
<li><span style="font-size: x-small;"><i>Gajah Tonggak Koto Piliang</i>, berkedudukan di Silungkang dan Padang sibusuk, sebagai kurir </span><span style="font-size: x-small;">(Navis, 1984: 57-58; baca juga Mahmoed, 1978: 52-60).</span></li>
</ol>
<div style="color: black; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;"><i>Dalam langgam nan tujuah Saniangbaka
merupakan carmin taruih koto piliang. Menurut salah seorang tukang
dendang di Saniangbaka, arti carmin taruih Koto Piliang dapat dilihat
secara harfiah dari kata-katanya, yaitu carmin yang berarti cermin.
Cermin biasanya memberikan pandangan tentang sesuatu. Carmin taruih
Koto Piliang bisa jadi berfungsi sebagai tempat yang dijadikan
pandangan/contoh nagari lain tentang pelaksanaan kelarasan Koto
Piliang. Sementara itu, </i>menurut salah seorang penghulu yang juga tokoh Kerapatan Adat Nagari adalah sebagai berikut: </span></div>
<div style="color: black; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;"><br />
</span></div>
<div style="color: black; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<table border="0" style="border-collapse: collapse; margin-left: 0px; margin-right: 0px; text-align: left;"><colgroup><col style="width: 272px;"></col><col style="width: 31px;"></col><col style="width: 252px;"></col></colgroup><tbody valign="top">
<tr><td style="padding-left: 7px; padding-right: 7px;"><span style="font-size: x-small;"><i>"Mangko
Saniangbaka ko tasabuik carmin taruih Koto Piliang, baduo itu, sorang
orang Singkarak, sorang orang Saniangbaka, diagiah pangkat artinyo
kadudukannyo sebagai carmin taruih Koto Piliang. Tugasnyo apobilo ado
persengketaan di Pagaruyuang, di Pariangan Padang Panjang, ndak ado
penyelesaiannyo, mangko dihimbaulah urang nan baduo ko, artinyo inyo lah
nan maagiah carmin, pengarahan. Jadi orang nan basangketo, nan
basalisiah nan ndak kunjung dapek perdamaian, nah dari 2 urang nan pai
ka Pagaruyuang ko nan maagiah carmin atau pedoman."</i></span></td><td style="padding-left: 7px; padding-right: 7px;"><br /></td><td style="padding-left: 7px; padding-right: 7px;"><span style="font-size: x-small;"><i>"Sebab
Saniangbaka disebut Cermin terus Koto Piliang, (yang) berdua itu,
seorang (dari) Singkarak, seorang (dari) Saniangbaka, diberi pangkat
artinya kedudukannya sebagai cermin terus Koto Piliang. Tugasnya apabila
terjadi persengketaan di Pagaruyuang, di Pariangan Padang Panjang,
(dan) tidak ada yang bisa menyelesaikan, maka dipanggilah orang yang
berdua tadi. Artinya ialah orang yang memberi cermin, pengarahan. Jadi
orang yang bersengketa, yang berselisih tidak kunjung mendapatkan
perdamaian, dari dua orang tersebut lah yang akan memberi cermin atau
pedoman".</i></span></td></tr>
</tbody></table>
</div>
<div style="color: black; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;"><br /></span>
</div>
<div style="color: black; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;">Adapun dari daerah pertahanan hingga
membentuk sebuah nagari, Saniangbaka mengalami proses yang panjang.
Nagari itu sendiri tumbuh mulai dari <i>Taratak</i>. Kata <i>Taratak</i> konon berasal dari <i>tatak</i>,
artinya menandai batas-batas pada tebangan kayu dalam membuka lahan
oleh seorang yang dibantu oleh anak-anaknya atau berkelompok tiga atau
lima orang. Pada lahan yang telah ditatak (ditandai) itu mereka
membangun pondok untuk tempat berteduh atau tinggal. Kemudian datang
lagi kelompok lain dengan maksud yang sama yaitu untuk membuka
peladangan. Kemudian setelah beberapa <i>taratak</i> terbuka dengan pondok-pondok atau rumah-rumah kecil, maka berdirilah dusun ditempat tersebut. Dari beberapa <i>taratak</i> yang lain berdiri pula dusun sehingga menjadi beberapa dusun. Setelah penduduk dusun tersebut menjadi ramai, maka berdirilah <i>koto</i>.
Ada yang mengatakan koto mulanya berarti sebuah tempat yang dipagari
dengan tanaman aur (bambu) serta parit, tetapi kemudian tempat tersebut
menjadi area tempat bermain anak-anak atau tempat berkumpul melepas
lelas penduduk setempat. Seiring waktu, tempat tersebut menjadi tempat
bertemu antar penduduk, tempat berbincang-bincang dan semacamnya. Dari
berbagai perbincangan dan perundingan beberapa anggota dusun maka
bersepakatlah untuk membuat suatu nagari (Rais, 2003: xxiii-xxiv; baca
juga Suarman, 2000:52-57; Amir MS, 1997 ). </span></div>
<div style="color: black; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;"><br />
</span></div>
<div style="color: black; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;"><i>Ini sesuai dengan informasi yang di sampaikan salah seorang tokoh penghulu Saniangbaka, yaitu sebagai berikut: </i></span></div>
<div style="color: black; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;"><i><br />
</i></span></div>
<div style="color: black; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<table border="0" style="border-collapse: collapse; margin-left: 0px; margin-right: 0px; text-align: left;"><colgroup><col style="width: 265px;"></col><col style="width: 19px;"></col><col style="width: 265px;"></col></colgroup><tbody valign="top">
<tr><td style="padding-left: 7px; padding-right: 7px;"><span style="font-size: x-small;"><i>"Datanglah
orang-orang baik melalui bukik, nyebrang danau jo sampan, tibo disiko
nyo marambah. Nah itu namonyo Taratak. Itu memakan wakatu puluhan taun,
Piak. Sudahlah salasai Taratak, makonyo banamo susun atau dusun,
artinyo mulailah tasusun. Iko lah buek pondok, iko lah buek pondok, iko
pondok (sambil menunjukkan pola sejajar dengan tangan). Mulai tasusun
memakan wakatu nan panjang pulo, puluhan taun, menjadi koto. jadi
Taratak-susun-koto. Koto ko lah mulai orang nan penghuni ko bakato-kato.
Koto itu artinyo mulai berkato-kato atau berbincang baa kito, iko lah
bakambang lo, lah ado rumah.</i><br />
<i>Salasai Taratak, lah salasai susun, lah salasai koto, meningkatlah
jadi nagari. A..jadi nagari dibuek lah balai-balai, sudah tu
dibangunlah surau namonyo, masajik kecek urang. Jadi kok lah sah nagari
ko, ado balai-balai, ado musajik, ado basuku, batungganai rumah, ado
bapandam pakuburan" </i><br />
</span></td><td style="padding-left: 7px; padding-right: 7px;"><br /></td><td style="padding-left: 7px; padding-right: 7px;"><span style="font-size: x-small;"><i>Datanglah
orang-orang baik melalui bukit, menyeberangi danau dengan sampan.
Sesampainya disini, mereka merambah (hutan). Nah, itu yang dinamakan
Taratak. (Proses) itu memakan waktu puluhan tahun, piak. Sesudah selesai
Taratak, maka bernama susun atau dusun, artinya mulailah tersusun.
(Yang) ini telah membuat pondok, (yang) ini telah membuat pondok, ini
telah membuat pondok (sambil menunjukkan </i>pola sejajar <i>dengan
tangan). Mulai tersusun memakan waktu yang panjang pula, puluhan tahun,
menjadi koto. Jadi Taratak-Dusun-Koto. (Saat menjadi) Koto ini mulailah
penghuninya berkata-kata atau berbincang-bincang, bagaimana kita, ini
sudah berkembang, sudah ada rumah. Setelah taratak, setelah susun,
setelah koto, meningkatlah nagari. Aa..jadi nagari dibuat balai-balai,
sesudah itu dibagunlah surau namanya, kata orang mesjid. Jadi kalau
sudah syah menjadi nagari, ada balai adat, ada mesjid, ada bersuku,
ber-tungganai rumah, ada ber-pandam pekuburan. </i></span></td></tr>
</tbody></table>
</div>
<div style="color: black; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;">Dari informasi yang didapat dari
beberapa informan di Nagari Saniangbaka, terdapat beberapa versi
sejarah penamaan nagari ini. Dari beberapa versi yang berkembang, dari
tiga versi cerita terdapat satu kesamaan yaitu bahwa kemunculan nama
Saniangbaka adalah saat para penghulu ini berunding untuk menentukan
nama yang akan dipakai oleh nagari, nama tersebut merujuk pada saat
nagari ini masih di taruko, yaitu pada masa masih berbentuk <i>taratak</i>. Berikut tiga versi tersebut:</span></div>
<ol style="color: black; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; margin-left: 56pt; text-align: justify;">
<li><b><span style="font-size: x-small;">Versi "si Saniang nan tabaka" </span></b></li>
</ol>
<div style="color: black; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;">Menurut informasi yang didapat dari
Nadir Pono Sutan (60) dan YF Rajo Mangkuto (29), Nama Saniangbaka
berasal dari peristiwa terbakarnya si Saniang ketika dia dibawa orang
tuanya merambah hutan untuk membuka nagari tersebut. Diceritakan bahwa
ketika orang tua si Saniang merambah hutan, mereka menumpuk hasil
rambahan di suatu tempat yang ternyata berdekatan dengan tempat mereka
meletakan Saniang, anak mereka. Ketika tumpukan hasil rambahan telah
banyak, mereka membakarnya. Namun karena dekat dengan tempat si Saniang
ditidurkan, api menjalar membakar si Saniang. Orang tua si Saniang pun
panik dan berteriak, <i>"si Saniang tabaka!!! Si Saniang tabaka!!"</i>.
Meski tidak terdapat kejelasan tentang terbakarnya si saniang ini,
sejak saat itu tempat yang dirambah tersebut dinamai Saniang tabaka yang
lama-kelamaan menjadi Saniangbaka.</span></div>
<ol style="color: black; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; margin-left: 49pt; text-align: justify;">
<li><b><span style="font-size: x-small;">Versi "si Saniang mambaka"</span></b></li>
</ol>
<div style="color: black; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;">Sementara itu menurut informan lain
menyebutkan nama Saniangbaka muncul karena orang yang dari jauh melihat
asap pembakaran hasil rambahan si Saniang. Seperti yang di sampaikan
oleh salah seorang penghulu Saniangbaka:</span></div>
<div style="color: black; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;"><br />
</span></div>
<div style="color: black; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; margin-left: 35pt; text-align: justify;">
<table border="0" style="border-collapse: collapse; margin-left: 0px; margin-right: 0px; text-align: left;"><colgroup><col style="width: 243px;"></col><col style="width: 19px;"></col><col style="width: 246px;"></col></colgroup><tbody valign="top">
<tr><td style="padding-left: 7px; padding-right: 7px;"><span style="font-size: x-small;">"<i>jadi dahulu </i>Saniangbaka<i> ko ado mempunyai sejarah khas. Nan patamo </i>Saniangbaka<i>
ko ado dahulu nan banamo Taratak, arti Taratak orang-orang mulai
marambah untuk nak mambuek nagari. Itu nyo hanyo berapo kaum dulu nan
datang ka ranah ko dari Pariangan. Nah nampak </i>Saniangbaka<i> ko
marangah dek inyo. Kito kinlah, rancak sinan kito buek nagari. Yo
datanglah nyo kamari ado nan dari Simawang, Kacang, Tikalak. Iko nan
tertinggi sinan. Jadi datanglah kamari. Jadi nampaklah seseorang nan lah
memanggang artinya membakar rambahan atau nan dirambahnyo, kayu lah
masik di panggangnyo, nampaklah asok: 'ah, tu, si Saniang lah mambaka'.
Jadi manuruik sejarahnyo nan mulai mambaka rambahan ko si Saniang
namonyo.</i></span><br />
<span style="font-size: x-small;"><i>Saat perundingan datuk nan salapan saat akan menamai nagari ini, ada salah seorang datuk yang mengusulkan</i><br />
<i>"Manuruik nan didanga dek awak, mulo-mulo nan marambah nagari ko si
Saniang ah, nan inyo lo nan mulo-mulo mambaka di nagari ko,
mangkasuiknyo mambaka rambahannyo nan lah masik, kalo kito buek namo </i>Saniangbaka<i> baa</i>? <i>maka jadilah </i>Saniangbaka" </span></td><td style="padding-left: 7px; padding-right: 7px;"><br /></td><td style="padding-left: 7px; padding-right: 7px;"><span style="font-size: x-small;">Jadi
dahulu Saniangbaka ini ada mempunyai sejarah khas. Yang pertama
Saniangbaka ini ada dahulu bernama Taratak, arti taratak orang-orang
mulai merambah untuk membuat nagari. (Pada saat) itu beberapa kaum yang
datang dari Pariangan Padang Panjang. Nah, terlihat Saniangbaka ini
meranggas oleh mereka. "Kita ke sana lah, baik disana kita buat nagari".
Yaa, datanglah mereka ke sini. Ada yang dari Simawang, Kacang,
Tikalak. Ini yang tertinggi di sana. Jadi datanglah ke sini. Jadi
terlihat seseorang yang telah membakar, artinya membakar rambahan atau
yang dirambahnya. Kayu telah kering dibakarnya, terlihatlah asap, "ah,
tu si Saniang telah mebakar". Jadi menurut sejarangnya, yang memulai
membakar rambahan ini si Saniang namanya. (Pada) saat perundingan
Datuak nan Salapan, saat akan memberi nama Nagari ini, ada salah
seorang Datuak yang mengusulkan, "Menurut yang didengar oleh kita,
mula-mula yang merambah nagari ini (yaitu) si Saniang. Ah, dia juga
yang mula-mula membakar (lahan) nagari ini - maksudnya membakar
rambahannya yang sudah kering. Bagaimana kalau kita buat nama nagari
ini Saniangbaka?? Maka jadilah (nama nagari ini) Saniangbaka"</span></td></tr>
</tbody></table>
</div>
<ol style="color: black; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; margin-left: 56pt; text-align: justify;">
<li><b><span style="font-size: x-small;">Versi <i>Sandiang nan tabaka</i>.</span></b></li>
</ol>
<div style="color: black; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;">Versi ini menyebutkan bahwa munculnya
nama Saniangbaka adalah karena saat daerah ini mulai dirambah, dari
jauh yaitu dari Pariangan Padang Panjang nampak ada <i>sandiang</i> atau sudut antara dua bukit yang terbakar.</span></div>
<div style="color: black; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; margin-left: 35pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;"><br /></span>
</div>
<div style="color: black; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;">Sementara itu satu versi sejarah
Saniangbaka yang sama sekali berlainan dari tiga versi sebelumnya
berpatokan pada arti kata Saniangbaka secara harfiah, kemudian dicari
makna yang terkandung di dalamnya. Ini sejalan dengan apa yang
disampaikan oleh beberapa informan yaitu salah seorang tukang dendang,
salah seorang penghulu Balai Mansiang dan salah seorang warga yang
merupakan kemenakan si saniang yang intinya sama, yaitu sebagai
berikut:</span></div>
<div style="color: black; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;"><br />
</span></div>
<table border="0" style="border-collapse: collapse; color: black; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; margin-left: 0px; margin-right: 0px; text-align: left;"><colgroup><col style="width: 265px;"></col><col style="width: 19px;"></col><col style="width: 274px;"></col></colgroup><tbody valign="top">
<tr><td style="padding-left: 7px; padding-right: 7px;"><span style="font-size: x-small;">"<i>Indak ka mungkin </i>Saniangbaka<i>
ko asalnyo dari kato si Saniang nan tabaka. Tabaka, istilah minang
yang dipakai untuak marujuak ka membakar adalah mamanggang indak
mambaka, mambaka itu asalnyo dari bahasa Indonesia nan di minangkan.
Membakar-mambaka, itu kini. Kok tabaka nan dipakai wakatu nagari kok ka
dibuka, berarti </i>Saniangbaka<i> ko baru ado setelah bahasa
Indonesia jadi bahasa nasional, kan? Sementaro, dalam tambo Minangkabau
jo cerita dari nan gaek-gaek, nagari ko lah ado sejak 5-6 abad nan
lalu. Baa, ndak ado kolerasinyo, kan?"</i></span><br />
<span style="font-size: x-small;"><i>"tapi kok awak caliak dalam bahasa
minang, baka itu bisa jadi artinyo bekal. Sementaro Saniangnyo sendiri
asalnyo dari kato sahaniang, yaitu ciek tempat yang sunyi. Jadi </i>Saniangbaka<i>
ko maknanyo ciek tempat sunyi nan bisa dijadikan untuk mencari bekal
hiduik. Baa model itu? Iko arek kaitannyo jo langgam nan tujuah, bahwa
nagari ko dijadian carmin taruih Koto Piliang." </i><br />
</span></td><td style="padding-left: 7px; padding-right: 7px;"><br /></td><td style="padding-left: 7px; padding-right: 7px;"><span style="font-size: x-small;">"Tidak
mungkin Saniangbaka ini asalnya dari kata si Saniang yang tabaka.
Tabaka, istilah Minang yang digunakan untuk merujuk kata membakar adalah
mamanggang, bukan membakar. Membakar itu asalnya dari bahasa Indonesia
yang di-Minang-kan. (kata) membakar - mambaka itu (digunakan)
sekarang. Kalau <i>tabaka</i> yang digunakan waktu nagari ini dibuka,
berarti Saniangbaka ini baru ada setelah Bahasa Indonesia jadi bahasa
nasional kan ?? Sementara dalam tambo Minangbakau ditambah cerita dari
orang tua, nagari ini telah ada sejak 5-6 abad yang lalu. Bagaimana,
tidak ada korelasi nya kan ?"</span><br />
<span style="font-size: x-small;">"Tapi kalau kita lihat dalam bahasa Minang, <i>baka</i> itu bisa jadi artinya bekal. Sementara <i>Saniang</i> sendiri asalnya dari kata <i>Sahaniang</i>,
yaitu satu tempat yang sunyi. Jadi Saniangbaka ini maknanya (adalah)
satu tempat sunyi yang bisa dijadikan untuk mencari bekal hidup. Kenapa
seperti itu ? ini erat kaitannya dengan <i>langgan nan tujuah</i>, bahwa nagari ini dijadikan <i>carmin taruih Koto Piliang</i>."</span><br />
<span style="font-size: x-small;"><br /></span></td></tr>
</tbody></table>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/16870304953850230049noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4189939127238540960.post-69116589390503061212014-04-24T07:02:00.000+07:002014-04-24T07:05:21.789+07:00Sejarah Painan<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgajs9r_hBgjduQzeDtuUM7-N6I2P4hx7e5qmekgJFiUDiq5DVMtxdcg1rgNeOCDseSO_KNNUtgrrf78B2aZFhX9iF7BJihKbBARmSGH5qjUrp2TlA6tplSHR1jQksWukSFkL713924n0I6/s1600/8.jpg" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgajs9r_hBgjduQzeDtuUM7-N6I2P4hx7e5qmekgJFiUDiq5DVMtxdcg1rgNeOCDseSO_KNNUtgrrf78B2aZFhX9iF7BJihKbBARmSGH5qjUrp2TlA6tplSHR1jQksWukSFkL713924n0I6/s320/8.jpg" height="234" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Courier New",Courier,monospace;"><span style="background-color: black;"><span style="color: #f3f3f3;">Painan memang hanya sebuah lekuk.
Sekitar tahun 1700-an pelaut-pelaut Bugis banyak berdatangan ke sini.
Bermukim, menciptakan hidup. Ada beberapa yang kimpoi dengan penduduk
asli. Di Painan akan kita temukan beberapa orang peranakannya.</span></span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Courier New",Courier,monospace;"><span style="background-color: black;"><span style="color: #f3f3f3;"><br /></span></span></span></span>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Courier New",Courier,monospace;"><span style="background-color: black;"><span style="color: #f3f3f3;">Mungkin saja. Karena Painan-dan beberapa
kota kecil lain di Pesisir itu seperti Salido dan Indrapura yang
terletak lebih ke selatan memang terkenal sebagai Bandar-bandar transit
sejak dahulu. Di lepas</span></span></span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Courier New",Courier,monospace;"><span style="background-color: black;"><span style="color: #f3f3f3;">pantai Samudra Hindia, di pulau cingkuk misalnya ada berdiri sebuah benteng Belanda.</span></span></span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Courier New",Courier,monospace;"><span style="background-color: black;"><span style="color: #f3f3f3;"><br /></span></span></span></span>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Courier New",Courier,monospace;"><span style="background-color: black;"><span style="color: #f3f3f3;">Pelaut-pelaut Bugis yang datang ke situ
punya kapal-kapal besar, bagan dan pukat yang lebih mutakhir.
Nelayan-nelayan pribumi kalah saing. Dan di sekitar tahun 70-an itu
pelaut-peluat Bugis yang terkenal handal itu mulai menyusut
kehadirannya di kota kecil itu.</span></span></span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Courier New",Courier,monospace;"><span style="background-color: black;"><span style="color: #f3f3f3;">Dan bahkan mulai terkikis habis. Entah
peristiwa apa yang menyertainya. Beberapa orang mencatat, ada bentrok
terjadi. Kapal-kapal Bugis dibakar penduduk asli di lepas pantai.</span></span></span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Courier New",Courier,monospace;"><span style="background-color: black;"><span style="color: #f3f3f3;"><br /></span></span></span></span>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Courier New",Courier,monospace;"><span style="background-color: black;"><span style="color: #f3f3f3;">Walaupun begitu, Painan tetap menawan
dengan alamnya yang elok. Tapi Painan, kota kecil yang menawan itu,
acap tak banyak memberi peruntungan. Seperti daerah lain di ranah ini
banyak orang yang bertolak. Meninggalkan keindahan dan keelokan itu.
Seperti sajak Takdir, "aku tinggalkan tasik yang tenang tiada beriak".</span></span></span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Courier New",Courier,monospace;"><span style="background-color: black;"><span style="color: #f3f3f3;"><br /></span></span></span></span>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Courier New",Courier,monospace;"><span style="background-color: black;"><span style="color: #f3f3f3;">Painan memang kota yang tenang. Ombak pantainya lembut tak berdebur</span></span></span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Courier New",Courier,monospace;"><span style="background-color: black;"><span style="color: #f3f3f3;">seperti ombak Pantai Purus. Mungkin lebih tepatnya kota ini lamban.</span></span></span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Courier New",Courier,monospace;"><span style="background-color: black;"><span style="color: #f3f3f3;">Ia mendekati kota mati. Di hari sabtu, kota ini akan tambah sepi.</span></span></span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Courier New",Courier,monospace;"><span style="background-color: black;"><span style="color: #f3f3f3;">Anak-anak sekolah biasanya telah pulang ke daerah-daerah pinggiran</span></span></span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Courier New",Courier,monospace;"><span style="background-color: black;"><span style="color: #f3f3f3;">painan. ke Bayang, Tarusan, Batangkapeh, Kambang, Belaisalasa, ...</span></span></span></span></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/16870304953850230049noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4189939127238540960.post-34080931245162672062014-04-13T13:08:00.000+07:002014-04-13T13:08:00.545+07:00Sejarah Kabupaten 50 Kota <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgJJixtDkBDbOl_SANE57kW2oa5xeN73h_TJV48A5JHCjkrvydH2usTujukijGz_X9RG8NzZWK9vwK2hi4dZdAwSCWdDTAsxzJA2GzbviqT1EuEvWQ3si4CBdCohF653_MQZKSglFhgeaTG/s1600/7.jpg" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgJJixtDkBDbOl_SANE57kW2oa5xeN73h_TJV48A5JHCjkrvydH2usTujukijGz_X9RG8NzZWK9vwK2hi4dZdAwSCWdDTAsxzJA2GzbviqT1EuEvWQ3si4CBdCohF653_MQZKSglFhgeaTG/s320/7.jpg" height="238" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: black; color: white; font-family: Courier New, Courier, monospace;">Menurut tukang kaba, sebutan dalam
bahasa Minangkabau bagi penutur cerita, dalam salah satu tambo-cerita
historis tentang asal-usul dan silsilah nenek moyang orang Minangkabau
di Sumatera Barat terdapat sebuah kerajaan Pariangan yang dipimpin oleh
Datuak Bandaro Kayo. Ia memiliki saudara seayah bernama Datuak
Ketumanggungan dan Datuak Perpatih Nan Sabatang. Suatu hari, kedua
saudara ini bertemu Datuak Bandaryo Kayo guna membicarakan masalah
kepadatan penduduk di kerajaantersebut. Dalam pertemuan itu disepakati
untuk memindahkan sebagian penduduk kerajaan ke daerah permukiman baru.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: black;"><span style="color: white; font-family: Courier New, Courier, monospace;"><br />
Setelah mengetahui daerah-daerah yang
akan dijadikan permukiman baru, mulailah pemindahan sebagian penduduk
ke tiga arah yakni Utara, Barat, dan Timur. Daerah permukiman baru di
sebelah Barat kemudian diberi nama Luhak (daerah) Agam. Daerah sebelah
Timur dinamakan Luhak Tanah Datar. Sementara itu, Datuak Sri Maharajo
Nan Banego memimpin 50 orang menuju ke arah utara, daerah Payakumbuh.
Tempat ini kemudian dikenal dengan nama Luhak 50 koto.</span></span></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/16870304953850230049noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4189939127238540960.post-50507268512639705292014-04-12T17:38:00.001+07:002014-04-12T17:38:15.708+07:00Sejarah Pasaman<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgJkGoNQN8CCGo6jqU7mUpAKjBgfzsmkBokD9_raboKBD-O6fASKYNPDdC3qjTAVT-D3_lvoby_LSxhvHl17DyMgpgk0jZ1MQmMaKwuDgJyzbhdjW4Oa2vMAUPGNu3d7vsh5AA4yp_Ae06a/s1600/5.jpg" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgJkGoNQN8CCGo6jqU7mUpAKjBgfzsmkBokD9_raboKBD-O6fASKYNPDdC3qjTAVT-D3_lvoby_LSxhvHl17DyMgpgk0jZ1MQmMaKwuDgJyzbhdjW4Oa2vMAUPGNu3d7vsh5AA4yp_Ae06a/s320/5.jpg" height="218" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: black; color: white; font-family: Courier New, Courier, monospace;">Di akhir abad ke 19 seorang pejabat
bangsa Belanda pernah menuliskan laporan perjalanannya ke salah satu
daerah Pasaman yakni Mapat Tunggul. Dengan gaya bahasanya yang khas ala
Belanda dia memulai tulisan laporan tersebut dengan menyuguhkan keadaan
alamnya, Pada awalnya daerah tersebut terdiri dari bebukitan yang
terbesar tidak ditumbuhi oleh apapun selain ilalang, perbukitan lainnya
ditumbuhi hutan. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: black; color: white; font-family: Courier New, Courier, monospace;">Orang dapat menjumpai pohon-pohon yang
berat yang tumbuh pada dasar kemerah-merahan, akar-akarnya yang lembab
menjalar menghunjam dalam ke jantung bumi, dan memanjat batu-batu kapur
serta melekat ke bebatuan yang entah dari jenis apa ; belantara yang
tidak dapat ditembus, siapa yang hidup disana, jadi tidak ada tangan
manusia yang merintangi pekerjaan alam selama berabad-abad.
Lereng-lereng bukit yang bersemak-belukar, yang menunjukkan bahwa orang
-orang disana masih belum jauh-jauh mencari makanan mereka, begitulah
laporan yang ditulis oleh J.B.Neeumann, setelah ia menjelajahi daerah
tersebut. </span><br />
<span style="background-color: black;"><span style="color: white; font-family: Courier New, Courier, monospace;"><br />
</span></span><br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: black; color: white; font-family: Courier New, Courier, monospace;">Mungkin sebagian kita tidak pernah
mengira bahwa Pasaman khususnya Rao pernah jadi tambang emas terbesar di
daerah Sumatra Westkus pada zaman Belanda. Dobbin menceritakan dalam
karyanya Kebangkitan Islam dalam Ekonomi Petani Yang Sedang Berubah,
Sumatera Tengah 1784-1847. Keuntungan yang menumpuk pada tua tambang
dilukiskan pada tahun 1838 dalam hubungan dengan penggalian kecil dalam
tanah luapan banjir di dekat Rao di sebelah utara rantau Minangkabau.
Ditempat ini keadaan para pekerjanya jauh lebih baik dari pada pekerja
tambang. </span></div>
<span style="background-color: black;"><span style="color: white; font-family: Courier New, Courier, monospace;"><br />
Orang-orang yang mencari emas atau
pekerja tambang juga dianggap memiliki kekuatan istimewa. Roh-roh yang
mendiami tambang emas harus diperlakukan dengan hati hati sekali, dan
para pencari emas membentuk suatu perserikatan dan hanya anggota
perserikatan yang mengetahui tanda-tanda rahasia emas dan bisa
mengucapkan jampi-jampi yang diperlukan untuk berhasilnya upaya
penambangan. </span></span><br />
<span style="background-color: black;"><span style="color: white; font-family: Courier New, Courier, monospace;"><br />
Bendera Inggris dinaikkan di Natal pada
tahun 1751 oleh para pegawai East India Campany yang berkedudukan di
Bengkulen. Dalam usaha untuk mengalahkan pemukiman Belanda di Padang,
perdagangan dinyatakan bebas sama sekali dan perdagangan di Natal
mendapat dukungan resmi dari Madras. Pada kahir tahun 1750-an
perdagangan berkembang seperti belum pernah terjadi sebelumnya ;
orang-orang Inggris bersedia membayar lebih tinggi untuk emas Rao
daripada Belanda di Padang. </span></span><br />
<span style="background-color: black;"><span style="color: white; font-family: Courier New, Courier, monospace;"><br />
Mereka juga menjual tekstilnya dengan
harga lebih murah, mereka tidak cerewet mengenai mutu kamper dan
kemenyan yang mereka beli, dan mereka menyediakan garam, mata dagangan
yang sangat penting dilembah-lembah dipedalaman tanah Batak dengan harga
yang lebih murah daripada harga Batak. </span></span><br />
<span style="background-color: black;"><span style="color: white; font-family: Courier New, Courier, monospace;"><br />
Ujung tombak serangan Minangkabau atas
orang-orang Batak adalah Lembah Rao, yang mengikuti Alahan Panjang
menerima asas-asas Paderi. Rao memiliki tradisi hubungan yang lama
dengan dunia Minangkabau lainnya, dan hasil alamnya membuat sejarah
lembah itu berkembang mengikuti alur yang serupa dengan perkembangan
daerah-daerah lain di Minangkabau. </span></span><br />
<span style="background-color: black;"><span style="color: white; font-family: Courier New, Courier, monospace;"><br />
Dengan mengabaikan lembah-lembah
tertentu lebih selatan, Rao merupakan daerah pertambangan emas yang
paling penting di Minangkabau sesudah Alahan Panjang. Perdagangan emas
Rao sudah dikenal oleh pedangan-pedagang India sejak awala abad kedua
sesudah Masehi. Dan kira-kira tahun 800 sesudah masehi orang-orang India
mendirikan pemukiman, baik dilembah maupun di bagian atas sungai Kampar
yang kemudian berkembang menjadi pangkalan hulu sungai yang khas untuk
perdagangan emas dari Rao. </span></span><br />
<span style="background-color: black;"><span style="color: white; font-family: Courier New, Courier, monospace;"><br />
Pada abad ke 18 amas Rao belum habis dan
tetap melancarkan jalannya pergadangan di Selat Malaka, karena
perdagangan melalui Patapahan diSiak. Para pengamat Inggris di selat
memperkirakan bahwa yang dieksport berjumlah besar, pada tahun 1826
Singapore Choronicle menetapkan nilai emas Rao antara 13.000 dan 14.000
dollar Spanyol per tahun, tetapi inipasti berlebihan. Pedagang emas Rao
juga berdagang dipantai barat, dengan membawa emasnya ke Natal, Air
Bangis, Pasaman, bahkan sampai jauh ke selatan ke Padang. </span></span><br />
<span style="background-color: black;"><span style="color: white; font-family: Courier New, Courier, monospace;"><br />
Tidak mengherankan, setelah Imam Bonjol
menetapkan kekuasaannya di Lembah Alahan Panjang, dia memalingkan
matanya ke utara kearah tetangganya yang kaya. Lembah yang panjang dan
sempit disebelah lembah menampakkan kemakmuran yang cukup besar. Pada
tahun 1830-an Lembah Raodiperkirakan berpenduduk sekitar 25.000 orang,
terbagi dalam dua puluhdesa besar dengan dukuhdukuh satelitnya, semua
terawat apik dan dikelilingi oleh sawah-sawah luas, kopi juga ditanam
disitu . </span></span><br />
<span style="background-color: black;"><span style="color: white; font-family: Courier New, Courier, monospace;"><br />
Sistem politiknya serupa dengan daerah
pingiran Minangkabau lainnya, tiap desa dihuni oleh sejumlah suku
masing-masing dengan penghulunya, tetapi berlawanan dengan di pedalaman
Minangkabau sebuah desa induk dengan anak huniannya juga membentuk
semacam federasi dibawah seorang Raja. Dibagian utara lembah,
tempat-tempat tambang emas utama di dekat-dekat Rao dan Padang Mantinggi
adalah yang paling padat penduduknya, dan disini desa-desa mengakui
salah satu rajanya sebagai Yang Dipertuan.</span></span></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/16870304953850230049noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4189939127238540960.post-78925371609550867632014-04-11T18:59:00.002+07:002014-04-11T18:59:54.723+07:00Asal Usul Kota Padang<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj5j-1yvEIHt1_J0ObNqsPWpP9dRgZ0lSOFwvEA_Z6Tt_YFWrzMxTH0mYq7QF1rWtvCdTIy07uXt5GsRDlgL8SjSCxgrTMaL1Jrxfm9tCgHMfgFNnG_bxgen8kSXUDLBG1OqwhXgdSVF19a/s1600/4.jpg" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj5j-1yvEIHt1_J0ObNqsPWpP9dRgZ0lSOFwvEA_Z6Tt_YFWrzMxTH0mYq7QF1rWtvCdTIy07uXt5GsRDlgL8SjSCxgrTMaL1Jrxfm9tCgHMfgFNnG_bxgen8kSXUDLBG1OqwhXgdSVF19a/s320/4.jpg" height="202" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: black; color: white; font-family: Courier New, Courier, monospace;">Kota padang dahulunya diperkirakan
sebagai dataran atau padang yang luas dan mungkin dari sanalah asal
usul nama padang tersebut. Di daerah ini telah bermukim banyak penduduk
dengan pusat perkotaan pada saat itu berada di sekitar sungai batang
harau. Awalnya wilayah ini merupakan salah satu territory Kerajaan
Pagaruyung namun semenjak kedatangan VOC pada abad 17 maka kawasan
tersebut tersebut berpindah tangan. Hal ini ditandai dengan dibangunnya
loji pada tahun 1667 di sekitar kawasan yang sangat strategis untuk
dijadikan pelabuhan kapal.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: black;"><span style="color: white; font-family: Courier New, Courier, monospace;"><br />
Dengan keberadaan loji serta aktivitas
VOC membuat ruang lingkup penduduk asli mulai terdesak dan praktek
penjajahan bangsa baratpun mulai dirasakan oleh masyarakat setempat.
Maka pada tanggal 7 Agustus 1669 masyarakat pauah serta koto tangah
sepakat untuk menyerang loji – loji Belanda tersebut.</span></span><br />
<span style="background-color: black;"><span style="color: white; font-family: Courier New, Courier, monospace;"><br />
Dengan semangat perjuangan dan persatuan
yang tinggi maka daerah tersebut dapat dikuasai dan peristiwa ini
diabadikan sebagai hari jadinya kota Padang.</span></span></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/16870304953850230049noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4189939127238540960.post-62962500074006342412014-04-11T07:24:00.001+07:002014-04-11T07:24:56.986+07:00Cikal Bakal Kota Bukittinggi<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi6bTZrRuE9DtwIOWLmZaO7c_ujR0MYQ4XddX7Lec3v-BIQHvZFu5Xq_lRY00UsBdm9sDciBR5LClI3zbfpD_Ngc4XVRSl08kOhvBr6yLZvw3lqOBfSd82F2OHfu-oQ-ps_qiYLafFr1Lyt/s1600/3.jpg" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi6bTZrRuE9DtwIOWLmZaO7c_ujR0MYQ4XddX7Lec3v-BIQHvZFu5Xq_lRY00UsBdm9sDciBR5LClI3zbfpD_Ngc4XVRSl08kOhvBr6yLZvw3lqOBfSd82F2OHfu-oQ-ps_qiYLafFr1Lyt/s320/3.jpg" height="215" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: black; color: white; font-family: Courier New, Courier, monospace;">Cikal bakal kota Bukittinggi dimulai
dari sebuah pasar, yang didirikan dan dikelola oleh para penghulu
Nagari Kurai. Pada awalnya Pasar itu diadakan setiap hari Sabtu,
kemudian setelah semakin ramai diadakan pula setiap hari Rabu. Oleh
karena pasar itu terletak di salah satu "bukik nan tatinggi" (bukit
yang tertinggi), maka lama kelamaan berubah menjadi Bukittinggi.
Akhirnya nama Bukittinggi itu pun digunakan untuk menyebut pasar,
sekaligus masyarakat dan Nagari Kurai. Sebelum kedatangan Belanda di
daerah Dataran Tinggi Agam (1823), pasar Bukittinggi telah ramai
didatangi oleh pedagang dan penduduk sekitarnya.Pada tahun 1926 . </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: black; color: white; font-family: Courier New, Courier, monospace;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: black; color: white; font-family: Courier New, Courier, monospace;">Kapten Bauer, Kepala Opsir Militer
Belanda untuk Dataran Tinggi Agam, mendirikan benteng Fort de Kock, di
Bukit Jirek yang terletak sekitar 300 m di sebelah Utara pasar
Bukittinggi. Kawasan bukit itu diberikan oleh para penghulu Nagari
Kurai kepada Kapten Bauer dengan perjanjian akan saling membantu dalam
mengahadap Kaum Paderi. Sejak berdirinya Fort de Kock dan Belanda
berhasil mengalahkan Kaum Paderi serta menguasai Minangkabau, maka
perkembangan Bukittinggi pada tahap selanjutnya lebih ditentukan oleh
kebijakan pemerintah Hindia Belanda. Secara perlahan pemerintah
kolonial memperluas "wilayahnya" dengan meminjam atau membeli tanah
kepada para penghulu Nagari Kurai. Bahkan, pada kasus-kasus tertentu,
"kepemilikan" tanahnya itu ditentukan secara sepihak oleh Belanda. Pada
tahun 1856 Belanda meminjam tanah perbukitan yang terletak disekitar
pasar Bukittinggi dan jika nanti tidak diperlukan lagi, maka Belanda
akan mengembalikannya kepada para penghulu Nagari Kurai. Tanah itu
meliputi 7 (tujuh) bukit yang bertautan satu sama lainnya dan mempunyai
lembah-lembah yang sempit. Ketujuh bukit itu adalah Bukit Jirek, Bukit
Sarang Gagak, Bukit Tambun Tulang, Bukit Cubadak Bungkuak, Bukit
Bulek, Bukit Malambuang, dan Bukit Parak Kopi. Di atas ketujuh bukit
itulah, secara bertahap Belanda membangun berbagai infrastruktur untuk
kepentingan kolonialnya, seperti kantor dan perumahan, gudang-gudang
kopi, los-los pasar, perkampungan Cina, dan India. Akan tetapi, daerah
itu tidak memiliki dataran yang luas untuk dijadikan berbagai keperluan
militer. Oleh karena itu pada tahun 1861 Belanda membeli tanah dataran
di bagian Selatan Bukittinggi dengan harga f.46 .090,-. Daerah itu
dibangun untuk perkantoran militer, lapangan, perumahan perwira,
asrama, tangsi, rumah sakit, gedung sekolah, dan sebagainya.</span><br />
<span style="background-color: black;"><span style="color: white; font-family: Courier New, Courier, monospace;"><br />
Mengikuti perkembangan pembangunan
berbagai infrastruktur itu, maka kota Bukittinggi juga semakin
berkembang dan maju. Oleh karena itu pada tahun 1888 pemerintah
menetapkan sebagai sebuah "kota" dengan batas-batas sebagai berikut :</span></span><br />
<span style="background-color: black;"><span style="color: white; font-family: Courier New, Courier, monospace;"><br />
a. Sebelah Timur Laut dan sebelah Utara
yaitu dari sebelah barat Bandar Malang melalui pancang (tiang) yang
bertanda A pada jalan dekat Kuburan Cina lama dengan pancang bertanda I
terletak di jalan ke Kampung Palupuh. Dan dari sini satu garis lurus
lagi ke pancang (tiang) yang bertanda B yang terdapat pada jalan kecil
kuburan Belanda baru.</span></span><br />
<span style="background-color: black;"><span style="color: white; font-family: Courier New, Courier, monospace;"><br />
b. Sebelah Barat Laut, sebelah Barat dan
Tenggara ialah jalan kecil (kuburan Belanda baru) tersebut di atas
sampai ke kuburan Belanda baru. Dari sini batas sebelah Barat Daya dari
kuburan Belanda tersebut sampai ke pancang bertanda D berhubungan
dengan sebuah pancang berhuruf E. Berikutnya lebih kurang 240 m jauhnya
di sebelah Barat jalan ke arah Padangpanjang.</span></span><br />
<span style="background-color: black;"><span style="color: white; font-family: Courier New, Courier, monospace;"><br />
c. Sebelah Selatan, dari pancang F
ditarik satu garis lurus ke arah timur sampai denga titik temunya jalan
arah ke Padangpanjang.</span></span><br />
<span style="background-color: black;"><span style="color: white; font-family: Courier New, Courier, monospace;"><br />
d. Sebelah Timur, dari titik temu
tersebut di atas mengaliri Bandar Malang yang terbagi dua: pada Bandar
yang sebelah Barat sampai ke tempat pertemuan Bandar ini dengan jalan
Payakumbuh. Pada tahun 1918 kota Bukittinggi ditetapkan statusnya
sebagai sebuah Gemeente, Pada tahun 1930 wilayah Gemeente Bukittinggi
diperluas lagi sehingga menjadi 5 , 2Km2.</span></span></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/16870304953850230049noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4189939127238540960.post-3885191485842618802014-04-10T17:43:00.001+07:002014-04-10T17:45:30.271+07:00Asal usul dan sejarah Pariaman<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiIvVKf4w8Wf2ECkmT8gbCmKwZXaGu3icByMqjTeq11U6V-AJbn70ttSca6JAdQP168nrUFYGbfuRHV8mzaQ8xIBTmH1uoVQz7xOyitg1hrMPHzxunQEc_nTD6S-uJkm3G0hF70zoYu3db1/s1600/2.jpg" style="background-color: black; margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><span style="color: white; font-family: Courier New, Courier, monospace;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiIvVKf4w8Wf2ECkmT8gbCmKwZXaGu3icByMqjTeq11U6V-AJbn70ttSca6JAdQP168nrUFYGbfuRHV8mzaQ8xIBTmH1uoVQz7xOyitg1hrMPHzxunQEc_nTD6S-uJkm3G0hF70zoYu3db1/s1600/2.jpg" /></span></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: black; color: white; font-family: Courier New, Courier, monospace; font-size: x-small;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: black; color: white; font-family: Courier New, Courier, monospace; font-size: large;">Pariaman di zaman lampau merupakan
daerah yang cukup dikenal oleh pedagang bangsa asing semenjak tahun
1500an. Catatan tertua tentang Pariaman ditemukan oleh Tomec Pires
(1446-1524), seorang pelaut Portugis yang bekerja untuk kerajaan
Portugis di Asia. Ia mencatat telah ada lalu lintas perdagangan antara
India dengan Pariaman, Tiku dan Barus.</span><br />
<span style="color: white; font-family: Courier New, Courier, monospace; font-size: large;"><br />
<span style="background-color: black;">Dua tiga kapal Gujarat mengunjungi
Pariaman setiap tahunnya membawa kain untuk penduduk asli dibarter
dengan emas, gaharu, kapur barus, lilin dan madu. Pires juga
menyebutkan bahwa Pariaman telah mengadakan perdagangan kuda yang
dibawa dari Batak ke Tanah Sunda.</span></span><br />
<span style="background-color: black; color: white; font-family: Courier New, Courier, monospace; font-size: large;"><br />
Kemudian, datang bangsa Perancis sekitar
tahun 1527 dibawah komando seorang politikus dan pengusaha yakni Jean
Ango. Ia mengirim 2 kapal dagang yang dipimpin oleh dua bersaudara
yakni Jean dan Raoul Parmentier. Kedua kapal ini sempat memasuki lepas
pantai Pariaman dan singgah di Tiku dan Indrapura. Tapi anak buahnya
merana terserang penyakit, sehingga catatan dua bersaudara ini tidak
banyak ditemukan.</span><br />
<span style="background-color: black; color: white; font-family: Courier New, Courier, monospace; font-size: large;"><br />
Tanggal 21 November 1600 untuk pertama
kali bangsa Belanda singgah di Tiku dan Pariaman, yaitu 2 kapal di
bawah pimpinan Paulus van Cardeen yang berlayar dari utara (Aceh dan
Pasaman) dan kemudian disusul oleh kapal Belanda lainnya. Cornelis de
Houtman yang sampai di Sunda Kelapa tahun 1596 juga melewati perairan
Pariaman.</span><br />
<span style="background-color: black; color: white; font-family: Courier New, Courier, monospace; font-size: large;"><br />
Tahun 1686, orang Pariaman (Pryaman seperti yang tertulis dalam catatan W. Marsden) mulai berhubungan dengan Inggris.</span><br />
<span style="background-color: black; color: white; font-family: Courier New, Courier, monospace; font-size: large;"><br />
Sebagai daerah yang terletak di pinggir
pantai, Pariaman sudah menjadi tujuan perdagangan dan rebutan bangsa
asing yang melakukan pelayaran kapal laut beberapa abad silam.
Pelabuhan entreport Pariaman saat itu sangat maju. Namun seiring dengan
perjalanan masa pelabuhan ini semakin sepi karena salah satu
penyebabnya adalah dimulainya pembangunan jalan kereta api dari Padang
ke Pariaman pada tahun 1908.</span></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/16870304953850230049noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4189939127238540960.post-44949872389131426862014-04-09T18:33:00.000+07:002014-04-09T18:33:09.405+07:00Luhak Tanah Datar, Sejarah dan Penamaan<div style="color: lime; text-align: justify;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi7elsQ8oO0vfMbw3J4V8ScouPQjzrIWmCnBBKjqVzB6-Z6MCXTFDeAtZrFUPSWciQm0MqgrH-gxQyNwjc7yEoHBhULYNnei_tQ0Obpkt6VSOzvkqrW4WCrNOSpT7_3hSdkf5TbkY7m6a_s/s1600/1.jpg" style="background-color: black; margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><span style="color: white; font-family: Courier New, Courier, monospace;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi7elsQ8oO0vfMbw3J4V8ScouPQjzrIWmCnBBKjqVzB6-Z6MCXTFDeAtZrFUPSWciQm0MqgrH-gxQyNwjc7yEoHBhULYNnei_tQ0Obpkt6VSOzvkqrW4WCrNOSpT7_3hSdkf5TbkY7m6a_s/s320/1.jpg" height="230" width="320" /></span></a></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: black; color: white; font-family: Courier New, Courier, monospace;">Luhak Tanah datar di sebut juga Luhak
nan Tuo karena Luhak ini adalah Luhak yang mula-mula ada di
Minangkabau. Ungkapan untuk Luhak ini “buminyo Lembang, aienyo tawa,
ikannyo banyak”, ini menggambarkan masyarakat yang ramai, statusnya
tidak merata.</span><br />
<span style="background-color: black;"><span style="color: white; font-family: Courier New, Courier, monospace;"><br />
<b>Asal usul Luhak tanah Datar:</b></span></span><br />
<span style="background-color: black;"><span style="color: white; font-family: Courier New, Courier, monospace;"><br />
Dahulu kala, ketika nenek moyang orang
Minangkabau masih tinggal di puncak gunung Merapi, ada tiga sumur
(Luhak). Salah satu dari ketiga sumur itu ada terletak di tanah yang
datar. Orang yang biasa minum dari sumur tersebut pindah ke suatu
tempat, yang kemudian dinamakan Luhak Tanah Datar, sesuai dengan sumur
mereka.</span></span><br />
<span style="background-color: black;"><span style="color: white; font-family: Courier New, Courier, monospace;"><br />
Nenek moyang orang Minangkabau
pertama-tama membuat nagari di Pariangan Padang Panjang. Lama kelamaan
Nagari itu tersa sempit karena pendudukbertambah, dan akhirnya mereka
mencari daerah baru. Salah satu daerah itu adalah daerah yang tidak
datar. Tanahnya berbukit-bukit dan berlembah-lembah. Nama tempat itu
mereka tetapkan sesuai dengan kondisi daerahnya, Yakni Luhak Tanah
Datar. Luhak disini mengadung makna menjadi daerah yang tanahnya kurang
datar.</span></span><br />
<span style="background-color: black;"><span style="color: white; font-family: Courier New, Courier, monospace;"><br />
<b>Nagari-nagari yang termasuk Luhak Tanah Datar:</b></span></span><br />
<span style="background-color: black;"><span style="color: white; font-family: Courier New, Courier, monospace;"><br />
1. Tampuak Tangkai Pariangan Salapan
Koto (Pariangan, Padang Panjang, Guguak, Sikaladi, Koto Tuo, Tanjuang
Limau, Sialahan, Batu Baso)</span></span><br />
<span style="background-color: black;"><span style="color: white; font-family: Courier New, Courier, monospace;"><br />
2. Tujuah Langgam di Hilie (Turawan, Padang Lua, Padang Magek, Sawah Kareh, Kinawai, Balimbiang, Bukik Tamusu)</span></span><br />
<span style="background-color: black;"><span style="color: white; font-family: Courier New, Courier, monospace;"><br />
3. Limo Kaum Duo Baleh Koto (Dusun Tuo,
Balah Labuah, Balai Batu, Kubu Rajo, Piliang, Ngungun, Silabuek Ampalu,
Parambahan, Cubadak, Supanjang, Sawah Jauah, Rambatan, Tabek Sawah
Tangah)</span></span><br />
<span style="background-color: black;"><span style="color: white; font-family: Courier New, Courier, monospace;"><br />
4. Sambilan Koto di dalam (Tabek Boto,
Salagondo, Koto, Baranjak, Latai Batu, Bukik Gombak, Sungai Ameh,
Ambacang Baririk, Rajo Dani)</span></span><br />
<span style="background-color: black;"><span style="color: white; font-family: Courier New, Courier, monospace;"><br />
5. Tanjuang nan Tigo, Lubuek nan Tigo
(Tanjuang Alam, Tanjuang Sungayang, Tanjuang Barulak, Lubuek Sikarah,
Lubuek Simauang, Lubuek Sipurai)</span></span><br />
<span style="background-color: black;"><span style="color: white; font-family: Courier New, Courier, monospace;"><br />
6. Sungai Tarab Tujuah Batu (Limo Batu,
Tigo Batu, Ikua Kapalo Kapak, Randai Gombak Katitiran, Koto Tuo Pasia
Laweh, Koto Baru, Rao-rao, Salo Patie Sumaniak, Supayang, Situmbuak,
Gurun Ampalu, Sijangek Koto Badampiang)</span></span><br />
<span style="background-color: black;"><span style="color: white; font-family: Courier New, Courier, monospace;"><br />
7. Langgam nan Tujuah (Labutan, Sungai
Jambu, Batipuah Nagari Gadang, Tanjuang Baliak, Sulik Aie, Singkarak,
Saniang Baka, Silungkang, Padang Sibusuak, Sumani, Saruaso)</span></span><br />
<span style="background-color: black;"><span style="color: white; font-family: Courier New, Courier, monospace;"><br />
8. Batipuah Sapuluah Koto (Batipuah,
Koto Baru Aie Angek, Koto Laweh, Pandai Sikek, Panyalaian, Bukik
Saruangan, Gunuang, Paninjauan, Jaho Tambangan, Pitalah, Bungo
Tanjuang, Sumpua, Malalo, Singgalang)</span></span><br />
<span style="background-color: black;"><span style="color: white; font-family: Courier New, Courier, monospace;"><br />
9. Lintau Buo sambilan Koto (Batu Bulek,
Balai Tangah, Tanjuang Bonai, Tapi Selo, Lubuek Jantan, Buo, Pangian,
Taluek Tigo Jangko)</span></span></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/16870304953850230049noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4189939127238540960.post-43679167481636493332014-04-08T20:15:00.001+07:002014-04-08T20:15:24.053+07:00Nama-Nama Rangkiang Rumah Gadang MinangKabau<div class="separator" style="clear: both; font-family: Arial, serif; font-size: 14px; line-height: 18.1875px; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi4O9kbvjo9suOrtR0p03RO9C-ekXTRbsKkhbpwQMvRzMbPkFjSAsvf7vkjjOTfla-xYy6zKsoymn7QjsK2xtm4m8ov8wTQnCLbB6RX1OjnBgMddDwas9sFiFOv7lB4buMLff8nNtmtl1Bz/s1600/rangkiang.jpg" imageanchor="1" style="background-color: black; margin-left: 1em; margin-right: 1em; text-decoration: none;"><span style="color: white;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi4O9kbvjo9suOrtR0p03RO9C-ekXTRbsKkhbpwQMvRzMbPkFjSAsvf7vkjjOTfla-xYy6zKsoymn7QjsK2xtm4m8ov8wTQnCLbB6RX1OjnBgMddDwas9sFiFOv7lB4buMLff8nNtmtl1Bz/s1600/rangkiang.jpg" style="border-width: 0px;" /></span></a></div>
<span style="background-color: black;"><span style="color: white;"><br style="font-family: Arial, serif; font-size: 14px; line-height: 18.1875px;" /></span></span>
<div style="font-size: 14px; line-height: 18.1875px; text-align: justify;">
<span id="fullpost" style="background-color: black; color: white; font-family: Courier New, Courier, monospace;">Sebuah rumah gadang tidak lengkap apabila didepannya tidak ada rangkiang. Sebuah rumah gadang dengan rangkiang didepannya menambah keanggunan rumah gadang tersebut. Jadi dari segi artistik menambah keindahan dan semaraknya rumah gadang bila rangkiang ada didepannya. Namun lebih dari itu rangkiang mempunyai arti yang lebih dalam lagi, bila dikaitkan dengan falsafah hidup dan kehidupan orang Minangkabau.<br /><br />Dari segi ekonomi menunjukkan bahwa penghuni rumah gadang berada dalam kecukupan dari segi material. Rangkiang adalah bangunan untuk menyimpan padi. Tempat menyimpan padi yang lain yaitu lumbuang dan kapuak namun tidak terletak didepan rumah gadang. Bangunan rangkiang sesuai dengan gaya bangunan rumah gadang yaitu beratap ijuk dan diberi bergonjong, malahan ada pula yang diberi ukiran. Tiang penyangganya sama tinggi dengan tiang rumah<br /><br />gadang, bentuknya ramping, besar keatas, dan lebih kecil kebawah. Untuk memasukkan padi atau mengambilnya dipergunakan tangga, sebab pintu rangkiang ini terletak pada bagian atas. Tangga yang dipergunakan bisa dipindah-pindahkan dengan demikian tangga tidak menyatu dengan bangunan rangkiang. Bila sudah dipergunkan tangga tadi lalu disimpan didalam kandang rumah gadang.<br /><br />Di Minangkabau nama rangkiang bermacam-macam sesuai dengan kegunaan dari padi yang disimpan dalam rangkaian tsb. Dari literatur yang dikumpulkan memberi keterangan sbb:<br /> </span></div>
<div style="font-size: 14px; line-height: 18.1875px; text-align: justify;">
<span id="fullpost" style="background-color: black; color: white; font-family: Courier New, Courier, monospace;"><b>H. Djafri Dt. Lubuk Sati Dsn</b>, mengemukakan ada sembilan macam rangkiang.<br /><br /><b>1.Sitinjau Lauik</b> atau kapuak adat jo pusako. Kegunaannya untuk hal-hal yang berkaitan dengan acara adat, spt mendirikan penghulu, kematian dll.<br /><br /><b>2.Mandah Pahlawan</b> atau kapuak tuhuak parang. Kegunaannya untuk makanan bagi orang-orang yang mempertahankan kampung halaman dari musuh yang datang<br /><br /><b>3.Harimau Paunyi Koto</b> atau kapuak pembangunan nagari. Untuk membangun nagari dana dapat diambil dari rangkiang ini.<br /><br /><b>4.Sibayau-bayau</b> disebut juga kapuak salang tenggang. Kegunaannya untuk membantu orang-orang yang sedang dalam kesempitan.<br /><br /><b>5.Sitangka lapa</b> atau kapuak gantuang tungku. Isi rangkiang ini dipergunakan bila terjadi paceklik.<br /><br /><b>6.Galuang bulek</b> basandiang atau kapuak abuan penghulu. Kegunaannya untuk penghulu yang ada dalam kaum tsb. Untuk menjalankan tugasnya sehari-hari ada jaminan ekonominya.<br /><br /><b>7.Garuik Simajo Labieh</b> atau kapuak abuan sumando. Orang sumando juga mempunyai abuan untuk kepentingan anak isterinya.<br /><br /><b>8.Gadang Bapantang Luak</b>, kegunaannya untuk makanan harian anggota keluarga rumah gadang.<br /><br /><b>9.Kaciak Simajo Kayo</b> atau kapuak abuan rang mudo. Kegunaannya untuk anak muda yang ada dalam rumah gadang seperti untuk keperluan kimpoi maka dia membutuhkan sesuatu dan biayanya diambil dari rangkiang ini.<br /> </span></div>
<div style="font-size: 14px; line-height: 18.1875px; text-align: justify;">
<span id="fullpost" style="background-color: black; color: white; font-family: Courier New, Courier, monospace;"><b>A.A. Navis</b> dalam bukunya <b>"Alam Terkembang Jadi Guru"</b>. Ada empat jenis rangkiang yaitu :<br /><br /><b>1.Sitinjau Lauik</b>, yaitu tempat penyimpan padi yang akan digunakan untuk membeli barang atau keperluan rumah tangga yang tidak dapat dibikin sendiri. Tipenya lebih langsing dari yang lain, berdiri diatas empat tiang. Letaknya ditengah diantara rangkiang yang lain.<br /><br /><b>2.Si bayau-bayau</b>, yaitu tempat menyimpan padi yang akan digunakan untuk makan sehari-hari. Tipenya gemuk dan berdiri diatas empat tiangnya. Letaknya disebelah kanan.<br /><br /><b>3.Si tangguang lapa</b>, tempat menyimpan padi cadangan yang akan digunakan pada musim paceklik. Tipenya persegi dan berdiri diatas empat tiangnya.<br /><br /><b>4.Rangkiang kaciak</b>, yaitu tempat menyimpan padi abuan yang akan digunakan untuk benih dan biaya mengerjakan sawah pada musim berikutnya. Atapnya tidak bergonjong dan bangunannya lebih kecil dan rendah. Adakalanya berukuran bundar.<br /><br />Dari literatur yang telah dikemukakan diatas terdapat adanya variasi dalam mengungkapkan istilah dan pengertian rangkiang. Namun demikian adanya kesamaan dan fundamental dalam arti dan fungsi rangkiang bagi orang Minangkabau. kesamaan itu adalah sbb:</span><br />
<span id="fullpost" style="background-color: black; color: white; font-family: Courier New, Courier, monospace;"><br />Rangkiang mencerminkan kesejahteraan ekonomi orang Minangkabau pada masa dahulu. Tanpa ekonomi yang sejahtera dan berkecukupan tidak mungkin adanya istilah-istilah mengenai fungsi dari rangkiang tsb.<br /><br />Rangkiang juga memperlihatkan keadailan sosial yang dimiliki oleh orang Minangkabau. Mereka tidak mementingkan diri sendiri tetapi juga memikirkan orang lain yang perlu dibantu. Hati tungau samo dicacah, hati gajah samo dilapah; indak samo dicari, ado samo dimakan. Hal ini terlihat dengan adanya fungsi rangkiang sebagai tempat selang tenggang bagi orang yang dalam kesulitan ekonomi.<br /><br />Rangkiang juga memberikan gambaran, bahwa orang Minangkabau ada memikirkan masa depan ekonominya. Hal ini adanya rangkiang yang isinya untuk abuan, untuk benih dan untuk menghadapi musim paceklik.</span><br />
<span id="fullpost" style="background-color: black; color: white; font-family: Courier New, Courier, monospace;"><br />Walaupun ada berbagai nama rangkiang dengan berbagai fungsinya, namun biasanya terdapat tiga rangkiang didepan rumah gadang yaitu si Bayau-Bayau, si Tinjau Lauik dan si tangka Lapa.</span></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/16870304953850230049noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4189939127238540960.post-91391128705981944812014-04-08T16:46:00.000+07:002014-04-08T16:46:47.544+07:00Upacara Adat Minangkabau<div style="line-height: 18.1875px;">
<b><span id="fullpost" style="background-color: black; color: white; font-family: Courier New, Courier, monospace;">1.BATAGAK PANGHULU</span></b><br />
<span id="fullpost" style="background-color: black; color: white; font-family: Courier New, Courier, monospace;"><br />Batagak panghulu adalah upacara pengangkatan panghulu. Sebelum upacara peresmiannya, syarat-syarat berikut harus dipenuhi:<br /><br />1. Baniah, yaitu menentukan calon penghulu baru.<br />2. Dituah cilakoi, yaitu diperbincangkan baik buruknya calon dalam sebuah rapat.<br />3. Panyarahan baniah, yaitu penyerahan calon penghulu baru.<br />4. Manakok ari, yaitu perencanaan kapan acara peresmiannya akan dilangsungkan.<br /><br />Peresmian pengangkatan panghulu dilaksanakan dengan upacara adat. Upacara ini disebut malewakan gala. Hari pertama adalah batagak gadang, yakni upacara peresmian di rumah gadang yang dihadiri urang nan ampek jinih dan pemuka masyarakat. Panghulu baru menyampaikan pidato. Lalu panghulu tertua memasangkan deta dan menyisipkan sebilah keris tanda serah terima jabatan. Akhirnya panghulu baru diambil sumpahnya, dan ditutup dengan doa. Hari kedua adalah hari perjamuan. Hari berikutnya panghulu baru diarak ke rumah bakonya diringi bunyi-bunyian.<br /> </span></div>
<div style="line-height: 18.1875px;">
<b><span id="fullpost" style="background-color: black; color: white; font-family: Courier New, Courier, monospace;">2.UPACARA PERKAWINAN (Baralek)</span></b></div>
<div style="line-height: 18.1875px;">
<span id="fullpost" style="background-color: black; color: white; font-family: Courier New, Courier, monospace;">1. Pinang-Maminang<br />Acara ini diprakarsai pihak perempuan. Bila calon suami untuk si gadis sudah ditemukan, dimulailah perundingan para kerabat untuk membicarakan calon itu. Pinangan dilakukan oleh utusan yang dipimpin mamak si gadis. Jika pinangan diterima, perkawinan bisa dilangsungkan.<br /> </span></div>
<div style="line-height: 18.1875px;">
<span id="fullpost" style="background-color: black; color: white; font-family: Courier New, Courier, monospace;">2. Batimbang Tando<br />Batimbang tando adalah upacara pertunangan. Saat itu dilakukan pertukaran tanda bahwa mereka telah berjanji menjodohkan anak kamanakan mereka. Setelah pertunangan barulah dimulai perundingan pernikahan.<br /> </span></div>
<div style="line-height: 18.1875px;">
<span id="fullpost" style="background-color: black; color: white; font-family: Courier New, Courier, monospace;">3. Malam Bainai<br />Bainai adalah memerahkan kuku pengantin dengan daun pacar/inai yang telah dilumatkan. Yang diinai adalah keduapuluh kuku jari. Acara ini dilaksanakan di rumah anak daro (pengantin wanita) beberapa hari sebelum hari pernikahan. Acara ini semata-mata dihadiri perempuan dari kedua belah pihak.<br /> </span></div>
<div style="line-height: 18.1875px;">
<span id="fullpost" style="background-color: black; color: white; font-family: Courier New, Courier, monospace;">4. Pernikahan<br />Pernikahan dilakukan pada hari yang dianggap paling baik, biasanya Kamis malam atau Jumat. Acara pernikahan diadakan di rumah anak daro atau di masjid.<br /> </span></div>
<div style="line-height: 18.1875px;">
<span id="fullpost" style="background-color: black; color: white; font-family: Courier New, Courier, monospace;">5. Basandiang dan Perjamuan<br />Basandiang adalah duduknya kedua pengantin di pelaminan untuk disaksikan tamu-tamu yang hadir pada pesta perjamuan. Kedua pengantin memakai pakaian adat Minangkabau. Acara biasanya dipusatkan di rumah anak daro, jadi segala keperluan dan persiapan dilakukan oleh pihak perempuan.<br /> </span></div>
<div style="line-height: 18.1875px;">
<span id="fullpost" style="background-color: black; color: white; font-family: Courier New, Courier, monospace;">6. Manjalang<br />Manjalang merupakan acara berkunjung. Acara ini dilaksanakan di rumah marapulai (pengantin laki-laki). Para kerabat menanti anak daro yang datang manjalang. Kedua pengantin diiringi kerabat anak daro dan perempuan yang menjujung jamba, yaitu semacam dulang berisi nasi, lauk pauk, dsb.<br /> </span></div>
<div style="line-height: 18.1875px;">
<span id="fullpost" style="background-color: black; color: white; font-family: Courier New, Courier, monospace;">3.UPACARA SUNAT RASUL<br />Sunat Rasul juga merupakan syariat Islam, tanda pendewasaan bagi seorang anak. Upacara biasanya diselenggarakan waktu si anak berumur 8 – 12 tahun, bertempat di rumah ibu si anak atau rumah keluarga terdekat ibu si anak. Acara dimulai dengan pembukaan, lalu si anak disunat, selanjutnya doa.<br /> </span></div>
<div style="line-height: 18.1875px;">
<span id="fullpost" style="background-color: black; color: white; font-family: Courier New, Courier, monospace;">4.UPACARA TURUN MANDI<br />Upacara turun mandi dimaksudkan untuk menghormati keturunan yang baru lahir dan berbagi kebahagiaan dengan masyarakat bahwa di kaum tersebut telah lahir keturunan baru. Upacara ini dilaksanakan di rumah orang tua si anak saat anak tersebut berumur tiga bulan. Di sini, si anak dimandikan oleh bakonya. Selain itu juga ada perjamuan.<br /><br />Upacara dan perayaan Minangkabau<br />Upacara dan perayaan Minangkabau termasuk:<br /><br />* Turun mandi - upacara memberkati bayi<br />* Sunat rasul - upacara bersunat<br />* Baralek - upacara perkahwinan<br />* Batagak pangulu - upacara pelantikan penghulu. Upacara ini akan berlansung selama 7 hari di mana seluruh kaum kerabat dan ketua-ketua dari kampung yang lain akan dijemput<br />* Turun ka sawah - upacara kerja gotong-royong<br />* Manyabik - upacara menuai padi<br />* Hari Rayo - perayaan Hari Raya Aidilfitri<br />* Hari Rayo - perayaan Hari Raya Aidiladha<br />* Maanta pabukoan - menghantar makanan kepada ibu mentua sewaktu bulan Ramadan<br />* Tabuik - perayaan Islam di Pariaman<br />* Tanah Ta Sirah, perlantikan seorang Datuk (ketua puak) apabila Datuk yang sebelumnya meninggal dunia silang beberapa jam yang lalu (tidak payah didahului dengan upacara batagak pangulu)<br />* Mambangkik Batang Tarandam, perlantikan seorang Datuk apabila Datuk yang sebelumya telah meninggal 10 atau 50 tahun yang lalu (mengisi jawatan yang telah lama dikosongkan)</span></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/16870304953850230049noreply@blogger.com5tag:blogger.com,1999:blog-4189939127238540960.post-48947641351207262312014-04-07T15:29:00.000+07:002014-04-07T15:30:30.497+07:00Kerajaan Dharmasraya<div class="separator" style="clear: both; line-height: 18.1875px; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEibPqhSr6gUoKNgMD8u8htWwtwg1BVINA3m7AnpOCte61cyhHk-jXUEGvNFajQd1Hp_6iFugwlkNfZ6a09t6p-29a0NI1c9D_-JflheVp3pma8PN-Gm3YeoM42bcAKc1lMaEhZoIqUM1-V7/s1600/dharmasraya.jpg" imageanchor="1" style="background-color: black; margin-left: 1em; margin-right: 1em; text-decoration: none;"><span style="color: white; font-family: Courier New, Courier, monospace;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEibPqhSr6gUoKNgMD8u8htWwtwg1BVINA3m7AnpOCte61cyhHk-jXUEGvNFajQd1Hp_6iFugwlkNfZ6a09t6p-29a0NI1c9D_-JflheVp3pma8PN-Gm3YeoM42bcAKc1lMaEhZoIqUM1-V7/s1600/dharmasraya.jpg" style="border-width: 0px;" /></span></a></div>
<div style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;">
</div>
<span style="background-color: black;"><span style="color: white; font-family: Courier New, Courier, monospace;"><br style="line-height: 18.1875px;" /></span></span>
<div style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;">
</div>
<div style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;">
<span style="background-color: black; color: white; font-family: Courier New, Courier, monospace;">Dharmasraya merupakan nama ibukota dari sebuah Kerajaan Melayu di Sumatera, nama ini muncul seiring dengan melemahnya kerajaan Sriwijaya setelah serangan Rajendra Chola I raja Chola dari Koromandel pada tahun 1025.</span></div>
<div style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;">
<span style="background-color: black; color: white; font-family: Courier New, Courier, monospace;"><br /></span></div>
<div style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;">
<span style="background-color: black; color: white; font-family: Courier New, Courier, monospace;">Awal Mula Munculnya Wangsa Mauli</span></div>
<div style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;">
<span style="background-color: black; color: white; font-family: Courier New, Courier, monospace;">Kemunduran kerajaan Sriwijaya akibat serangan Rajendra Chola I, raja dinasti Chola telah mengakhiri kekuasaan Wangsa Sailendra atas Pulau Sumatra dan Semenanjung Malaya. Beberapa waktu kemudian muncul sebuah dinasti baru yang mengambil alih peran Wangsa Sailendra, yaitu yang disebut dengan nama Wangsa Mauli.</span></div>
<div style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;">
<span style="background-color: black; color: white; font-family: Courier New, Courier, monospace;"><br /></span></div>
<div style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;">
<span style="background-color: black; color: white; font-family: Courier New, Courier, monospace;">Prasasti tertua yang pernah ditemukan atas nama raja Mauli adalah Prasasti Grahi tahun 1183 di selatan Thailand. Prasasti itu berisi perintah Maharaja Srimat Trailokyaraja Maulibhusana Warmadewa kepada bupati Grahi yang bernama Mahasenapati Galanai supaya membuat arca Buddha seberat 1 bhara 2 tula dengan nilai emas 10 tamlin. Yang mengerjakan tugas membuat arca tersebut bernama Mraten Sri Nano.</span></div>
<div style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;">
<span style="background-color: black; color: white; font-family: Courier New, Courier, monospace;"><br /></span></div>
<div style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;">
<span style="background-color: black; color: white; font-family: Courier New, Courier, monospace;">Prasasti kedua berselang lebih dari satu abad kemudian, yaitu Prasasti Padang Roco tahun 1286. Prasasti ini menyebut adanya seorang raja bernama Maharaja Srimat Tribhuwanaraja Mauli Warmadewa. Ia mendapat kiriman Arca Amoghapasa dari atasannya, yaitu Kertanagara raja Singhasari di Pulau Jawa. Arca tersebut kemudian diletakkan di Dharmasraya.</span></div>
<div style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;">
<span style="background-color: black; color: white; font-family: Courier New, Courier, monospace;"><br /></span></div>
<div style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;">
<span style="background-color: black; color: white; font-family: Courier New, Courier, monospace;"><br /></span></div>
<div style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;">
<span style="background-color: black; color: white; font-family: Courier New, Courier, monospace;">Dharmasraya</span></div>
<div style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;">
<span style="background-color: black; color: white; font-family: Courier New, Courier, monospace;">Dharmasraya dalam Pararaton merupakan ibukota dari negeri bhumi malayu. Dengan demikian, Tribhuwanaraja dapat pula disebut sebagai raja Malayu. Tribhuwanaraja sendiri kemungkinan besar adalah keturunan dari Trailokyaraja. Oleh karena itu, Trailokyaraja pun bisa juga dianggap sebagai raja Malayu, meskipun prasasti Grahi tidak menyebutnya dengan jelas.</span></div>
<div style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;">
<span style="background-color: black; color: white; font-family: Courier New, Courier, monospace;"><br /></span></div>
<div style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;">
<span style="background-color: black; color: white; font-family: Courier New, Courier, monospace;">Yang menarik di sini adalah daerah kekuasaan Trailokyaraja pada tahun 1183 telah mencapai Grahi, yang terletak di selatan Thailand (Chaiya sekarang). Itu artinya, setelah Sriwijaya mengalami kekalahan, Malayu bangkit kembali sebagai penguasa Selat Malaka. Namun, kapan kiranya kebangkitan tersebut dimulai tidak dapat dipastikan, dari catatan Cina disebutkan bahwa pada tahun 1082 masih ada utusan dari Chen-pi (Jambi) sebagai bawahan San-fo-ts'i, dan disaat bersamaan muncul pula utusan dari Pa-lin-fong (Palembang) yang masih menjadi bawahan keluarga Rajendra.</span></div>
<div style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;">
<span style="background-color: black; color: white; font-family: Courier New, Courier, monospace;"><br /></span></div>
<div style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;">
<span style="background-color: black; color: white; font-family: Courier New, Courier, monospace;">Istilah Srimat yang ditemukan di depan nama Trailokyaraja dan Tribhuwanaraja berasal dari bahasa Tamil yang bermakna ”tuan pendeta”. Dengan demikian, kebangkitan kembali Kerajaan Malayu dipelopori oleh kaum pendeta. Namun, tidak diketahui dengan jelas apakah pemimpin kebangkitan tersebut adalah Srimat Trailokyaraja, ataukah raja sebelum dirinya, karena sampai saat ini belum ditemukan prasasti Wangsa Mauli yang lebih tua daripada prasasti Grahi.</span></div>
<div style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;">
<span style="background-color: black; color: white; font-family: Courier New, Courier, monospace;"><br /></span></div>
<div style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;">
<span style="background-color: black; color: white; font-family: Courier New, Courier, monospace;">Daerah Kekuasaan Dharmasraya</span></div>
<div style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;">
<span style="background-color: black; color: white; font-family: Courier New, Courier, monospace;">Dalam naskah berjudul Zhufan Zhi (諸蕃志) karya Zhao Rugua tahun 1225 disebutkan bahwa negeri San-fo-tsi memiliki 15 daerah bawahan, yaitu Che-lan (Kamboja), Kia-lo-hi (Grahi, Ch'ai-ya atau Chaiya selatan Thailand sekarang), Tan-ma-ling (Tambralingga, selatan Thailand), Ling-ya-si-kia (Langkasuka, selatan Thailand), Ki-lan-tan (Kelantan), Ji-lo-t'ing (Cherating, pantai timur semenanjung malaya), Tong-ya-nong (Terengganu), Fo-lo-an (muara sungai Dungun, daerah Terengganu sekarang), Tsien-mai (Semawe, pantai timur semenanjung malaya), Pa-t'a (Sungai Paka, pantai timur semenanjung malaya), Pong-fong (Pahang), Lan-mu-li (Lamuri, daerah Aceh sekarang), Kien-pi (Jambi), Pa-lin-fong (Palembang), Sin-to (Sunda), dan dengan demikian, wilayah kekuasaan San-fo-tsi membentang dari Kamboja, Semenanjung Malaya, Sumatera sampai Sunda.</span></div>
<div style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;">
<span style="background-color: black; color: white; font-family: Courier New, Courier, monospace;"><br /></span></div>
<div style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;">
<span style="background-color: black; color: white; font-family: Courier New, Courier, monospace;">San-fo-tsi</span></div>
<div style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;">
<span style="background-color: black; color: white; font-family: Courier New, Courier, monospace;">Istilah San-fo-tsi pada zaman Dinasti Song sekitar tahun 990–an identik dengan Sriwijaya. Namun, ketika Sriwijaya mengalami kehancuran pada tahun 1025, istilah San-fo-tsi masih tetap dipakai dalam naskah-naskah kronik Cina untuk menyebut pulau Sumatra secara umum. Apabila San-fo-tsi masih dianggap identik dengan Sriwijaya, maka hal ini akan bertentangan dengan prasasti Tanjore tahun 1030, bahwa saat itu Sriwijaya telah kehilangan kekuasaannya atas Sumatera dan Semenanjung Malaya. Walaupun kronik Cina mencatat bahwa pada periode 1079 dan 1088, San-fo-tsi masih mengirimkan utusan.]</span></div>
<div style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;">
<span style="background-color: black; color: white; font-family: Courier New, Courier, monospace;"><br /></span></div>
<div style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;">
<span style="background-color: black; color: white; font-family: Courier New, Courier, monospace;">Dalam berita Cina yang berjudul Sung Hui Yao disebutkan bahwa Kerajaan San-fo-tsi tahun 1082 mengirim duta besar ke Cina yang saat itu di bawah pemerintahan Kaisar Yuan Fong. Duta besar tersebut menyampaikan surat dari raja Kien-pi (jambi) bawahan San-fo-tsi, dan surat dari putri raja yang diserahi urusan negara San-fo-tsi, serta menyerahkan pula 227 tahil perhiasan, rumbia, dan 13 potong pakaian. Kemudian dilanjutkan pengiriman utusan selanjutnya tahun 1088.</span></div>
<div style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;">
<span style="background-color: black; color: white; font-family: Courier New, Courier, monospace;"><br /></span></div>
<div style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;">
<span style="background-color: black; color: white; font-family: Courier New, Courier, monospace;">Sebaliknya, dari daftar daerah bawahan San-fo-tsi tersebut tidak ada menyebutkan Ma-la-yu ataupun nama lain yang mirip dengan Dharmasraya.</span></div>
<div style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;">
<span style="background-color: black; color: white; font-family: Courier New, Courier, monospace;"><br /></span></div>
<div style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;">
<span style="background-color: black; color: white; font-family: Courier New, Courier, monospace;">Dengan demikian, istilah San-fo-tsi pada tahun 1225 tidak lagi identik dengan Sriwijaya, melainkan identik dengan Dharmasraya. Jadi, daftar 15 negeri bawahan San-fo-tsi tersebut merupakan daftar jajahan Kerajaan Dharmasraya, karena saat itu masa kejayaan Sriwijaya sudah berakhir.</span></div>
<div style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;">
<span style="background-color: black; color: white; font-family: Courier New, Courier, monospace;"><br /></span></div>
<div style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;">
<span style="background-color: black; color: white; font-family: Courier New, Courier, monospace;">Jadi, istilah San-fo-tsi yang semula bermakna Sriwijaya tetap digunakan dalam berita Cina untuk menyebut Pulau Sumatera secara umum, meskipun kerajaan yang berkuasa saat itu adalah Dharmasraya. Hal yang serupa terjadi pada abad ke-14, yaitu zaman Majapahit dan Dinasti Ming. Catatan sejarah Dinasti Ming masih menggunakan istilah San-fo-tsi, seolah-olah saat itu Sriwijaya masih ada. Sementara itu, catatan sejarah Majapahit berjudul Nagarakretagama tahun 1365 sama sekali tidak pernah menyebut adanya negeri bernama Sriwijaya melainkan Palembang.</span></div>
<div style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;">
<span style="background-color: black; color: white; font-family: Courier New, Courier, monospace;"><br /></span></div>
<div style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;">
<span style="background-color: black; color: white; font-family: Courier New, Courier, monospace;">Ekspedisi Pamalayu</span></div>
<div style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;">
<span style="background-color: black; color: white; font-family: Courier New, Courier, monospace;">Dalam Kidung Panji Wijayakrama dan Pararaton menyebutkan pada tahun 1275, Kertanagara mengirimkan utusan dari Jawa ke Sumatera yang dikenal dengan nama Ekspedisi Pamalayu yang dipimpin oleh Mahisa Anabrang atau Kebo Anabrang, kemudian ditahun 1286 Kertanagara kembali mengirimkan utusan untuk mengantarkan Arca Amoghapasa yang kemudian dipahatkan pada Prasasti Padang Roco di Dharmasraya ibukota bhumi malayu sebagai hadiah dari kerajaan Singhasari dan tim ini kembali ke pulau Jawa pada tahun 1293 sekaligus membawa dua orang putri dari Kerajaan Melayu yakni bernama Dara Petak dan Dara Jingga. Kemudian Dara Petak dinikahkan oleh Raja Raden Wijaya yang telah menjadi raja Majapahit penganti Singhasari, dan pernikahan ini melahirkan Jayanagara, raja kedua Majapahit. Sedangkan Dara Jingga dinikahkan dengan sira alaki dewa ( orang yang bergelar dewa) dan kemudian melahirkan Tuhan Janaka atau Mantrolot Warmadewa yang identik dengan Adityawarman dan kelak menjadi raja Pagaruyung.</span></div>
<div style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;">
<span style="background-color: black; color: white; font-family: Courier New, Courier, monospace;"><br /></span></div>
<div style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;">
<span style="background-color: black; color: white; font-family: Courier New, Courier, monospace;">Penaklukan Majapahit</span></div>
<div style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;">
<span style="background-color: black; color: white; font-family: Courier New, Courier, monospace;">Kakawin Nagarakretagama yang ditulis tahun 1365 menyebut Negeri Melayu sebagai salah satu di antara sekian banyak negeri jajahan Kerajaan Majapahit.\[6] Namun interpretasi isi yang menguraikan daerah-daerah "wilayah" kerajaan Majapahit yang harus menghaturkan upeti ini masih kontroversial, sehingga dipertentangkan sampai hari ini. Pada tahun 1339 Adityawarman dikirim sebagai uparaja atau raja bawahan Majapahit, sekaligus melakukan beberapa penaklukan yang dimulai dengan menguasai Palembang. Kidung Pamacangah dan Babad Arya Tabanan menyebut nama Arya Damar sebagai Bupati Palembang yang berjasa membantu Gajah Mada menaklukkan Bali pada tahun 1343. Menurut Prof. C.C. Berg, tokoh ini dianggapnya identik dengan Adityawarman.</span></div>
<div style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;">
<span style="background-color: black; color: white; font-family: Courier New, Courier, monospace;"><br /></span></div>
<div style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;">
<span style="background-color: black; color: white; font-family: Courier New, Courier, monospace;">Dari Dharmasraya ke Malayapura</span></div>
<div style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;">
<span style="background-color: black; color: white; font-family: Courier New, Courier, monospace;">Setelah membantu Majapahit dalam melakukan beberapa penaklukan, pada tahun 1347 tahun masehi atau 1267 tahun saka, Adityawarman memproklamirkan dirinya sebagai Maharajadiraja dengan gelar Srimat Sri Udayadityawarman Pratapaparakrama Rajendra Mauli Warmadewa dan menamakan kerajaannya dengan nama Malayapura dan kerajaan ini merupakan kelanjutan dari Kerajaan Melayu sebelumnya dan memindahkan ibukotanya dari Dharmasraya ke daerah pedalaman Minang (Pagaruyung atau Suruaso). Dengan melihat gelar yang disandang Adityawarman, terlihat dia menggabungan beberapa nama yang pernah dikenal sebelumnya, Mauli merujuk garis keturunannya kepada Bangsa Mauli penguasa Dharmasraya dan gelar Sri Udayadityavarman pernah disandang salah seorang raja Sriwijaya serta menambahkah Rajendra nama penakluk penguasa Sriwijaya, raja Chola dari Koromandel. Hal ini tentu sengaja dilakukan untuk mempersatukan seluruh keluarga penguasa di Swarnnabhumi.</span></div>
<div style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;">
<span style="background-color: black; color: white; font-family: Courier New, Courier, monospace;"><br /></span></div>
<div style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;">
<span style="background-color: black; color: white; font-family: Courier New, Courier, monospace;">Walaupun ibukota kerajaan Melayu telah dipindahkah ke daerah pedalaman, di Dharmasraya tetap dipimpin oleh seorang Maharaja Dharmasraya tetapi statusnya berubah menjadi raja bawahan, sebagaimana tersebut pada Kitab Undang-Undang Tanjung Tanah di Kerinci yang diperkirakan pada zaman Adityawarman.</span></div>
<div style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;">
<span style="background-color: black; color: white; font-family: Courier New, Courier, monospace;"><br /></span></div>
<div style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;">
<span style="background-color: black; color: white; font-family: Courier New, Courier, monospace;">Tahun / Nama Raja / Nama Kota / Arca / Prasasti </span></div>
<div style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;">
<span style="background-color: black; color: white; font-family: Courier New, Courier, monospace;">Pusat pemerintahan Prasasti, catatan pengiriman utusan ke Tiongkok serta peristiwa 1183 Srimat Trailokyaraja Maulibhusana Warmadewa Dharmasraya Prasasti Grahi tahun 1183 di selatan Thailand, perintah kepada bupati Grahi yang bernama Mahasenapati Galanai supaya membuat arca Buddha seberat 1 bhara 2 tula dengan nilai emas 10 tamlin. 1286 Srimat Tribhuwanaraja Mauli Warmadewa Dharmasraya Prasasti Padang Roco tahun 1286 di Siguntur (Kab. Dharmasraya sekarang di Sumatera Barat), pengiriman Arca Amoghapasa sebagai hadiah Raja Singhasari kepada Raja Dharmasraya. 1316 Akarendrawarman Dharmasraya atau Pagaruyung atau Suruaso Prasasti Suruaso di (Kab. Tanah Datar sekarang), dimana Adityawarman menyelesaikan pembangunan selokan yang dibuat oleh raja sebelumnya yaitu Akarendrawarman. 1347 Srimat Sri Udayadityawarman Pratapaparakrama Rajendra Maulimali Warmadewa Pagaruyung atau Suruaso Memindahkan pemerintahan ke Pagaruyung atau Suruaso,</span></div>
<div style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;">
<span style="background-color: black; color: white; font-family: Courier New, Courier, monospace;"><br /></span></div>
<div style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;">
<span style="background-color: black; color: white; font-family: Courier New, Courier, monospace;">Manuskrip pada Arca Amoghapasa bertarikh 1347 di (Kab. Dharmasraya sekarang), Prasasti Suruaso dan Prasasti Kuburajo di (Kab. Tanah Datar sekarang)........</span></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/16870304953850230049noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-4189939127238540960.post-75079110990526823272014-04-06T18:10:00.001+07:002014-04-06T18:13:41.206+07:00Asal Usul Muaro Labuah (Alam Surambi Sungai Pagu)<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgR0_YwW_R4Q1FK9E3a7iOiZKxDanixOYHVOpjnEEQ5G0evRhtNLCWAy15-cYX9lFGdSR2Lny3SSO36F_OaXOxQ2TpPNA9g5EHhZGsV-fSXwavwVt4tSvOT8VQv36R8JKujny6mk9f4wqCY/s1600/6.jpg" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><span style="background-color: black;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgR0_YwW_R4Q1FK9E3a7iOiZKxDanixOYHVOpjnEEQ5G0evRhtNLCWAy15-cYX9lFGdSR2Lny3SSO36F_OaXOxQ2TpPNA9g5EHhZGsV-fSXwavwVt4tSvOT8VQv36R8JKujny6mk9f4wqCY/s320/6.jpg" height="224" width="320" /></span></a></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; text-align: justify;">
<span style="background-color: black; color: white;">Setelah diadakan penelitian langsung
maupun tidak langsung ke beberapa daerah di Minangkabau, antara lain
Luhak Nan Tiga dan Rantau dapat dikatakan, bahwa terjadinya alam
Minangkabau pada mulanya, ialah sebagai berikut:</span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; text-align: justify;">
<span style="background-color: black;"><span style="color: white;"><br />
1. Datangnya sekelompok manusia yang mengembara untuk Mencari tempat</span></span><br />
<span style="background-color: black; color: white;">untuk berdiam dan kebutuhan hidup</span><br />
<span style="background-color: black; color: white;">2. Mulai menetap dan mendirikan teratak</span><br />
<span style="background-color: black; color: white;">3. Dan teratak berkembanga menjadi dusun</span><br />
<span style="background-color: black; color: white;">4. Selanjutnya dan dusun terbentuk koto</span><br />
<span style="background-color: black; color: white;">5. Akhirnya dan koto terjadilah nagari.
Dalam perkembangan selanjutnya timbullah kesatuan-kesatuan geografis,
sosial ekonomis, politis dan kulturil yang disebut Darek dan Rantau.
Yang termasuk daerah-daerah itu, ialah daerah Luhak Nan Tigo, yaitu
Luhak Tanah Datar, Luhak Agam dan Luhak Lima Puluh Kota.</span><br />
<span style="background-color: black;"><span style="color: white;"><br />
<b>Luhak Nan Tigo merupakan inti alam Minangkabau.</b></span></span><br />
<span style="background-color: black;"><span style="color: white;"><br />
Setelah masyarakat di daerah Luhak Nan
Tigo makin berkembang juga, sebahagian mereka berpindah-pindah kedaerah
lain menecari tanah baru, yang memungkinkan mereka mencari penghidupan
baru. Daerah yang baru mi disebut Rantau. Selain dan daerah Luhak Nan
Tigo itu disebut Rantau Minangkabau.</span></span><br />
<span style="background-color: black;"><span style="color: white;"><br />
Dari keterangan di atas, jelas bagi kita bahwa yang dikatakan alam Minangkabau itu tendiri dan Luhak dan Rantau.</span></span><br />
<span style="background-color: black;"><span style="color: white;"><br />
Daerah sungai. Pagu terletak dalam
Kabupaten Solok bagian Selatan (sekarang merupakan kabupaten solok
selatan), dengan demikian alam Surambi Sungai Pagu termasuk daerah
Rantau. Ini berarti alam Surambi Sungai Pagu termasuk dalam daerah alam
Minangkabau.</span></span><br />
<span style="background-color: black;"><span style="color: white;"><br />
Darwis Thaib Dt. Bandaro, mengemukakan, bahwa:</span></span><br />
<span style="background-color: black;"><span style="color: white;"><br /></span></span>
<span style="background-color: black; color: white;">“Sungai Pagu Surambi alam Minangkabau”</span><br />
<span style="background-color: black;"><span style="color: white;"><br />
Selanjutnya pendapat dan ahli-ahli. adat
di Sungai Pagu sendiri yang mengatakan, bahwa alam Surambi Sungai Pagu
mempunyai keturunan ke Pesisir, yaitu daerah Bandar X.</span></span><br />
<span style="background-color: black; color: white;">Pengertian Surambi di sini, ialah Sungai Pagu yang mempunyai Surambi; surambinya daerah Pesisir itu sendiri.</span><br />
<span style="background-color: black;"><span style="color: white;"><br />
Untuk jelasnya mana yang betul dan kedua
pendapat ini, baiklah ditiajau terlebih dahulu bagaimana asal mulanya
dan perkembangan daerah Sungai Pagu.</span></span><br />
<span style="background-color: black;"><span style="color: white;"><br />
<b>Asal-usul / Perkembangan penduduk</b></span></span><br />
<span style="background-color: black; color: white;">Dalam pemerintahan Kabupaten Solok,
Propinsi Sumatra Barat terdapat suatu daerah dengan nama Kecamatan
Sungai Pagu dengan ibu kota kecamatannya Muara Labuh.</span><br />
<span style="background-color: black; color: white;">Kecamatan ini terdiri dan dua nagari, yaitu:</span><br />
<span style="background-color: black;"><span style="color: white;"><br />
a. Nagari Pasir Talang</span></span><br />
<span style="background-color: black; color: white;">b. Nagari Kota Baru</span><br />
<span style="background-color: black;"><span style="color: white;"><br />
Menurut letak geografisnya daerah ini berbatas:</span></span><br />
<span style="background-color: black; color: white;">· sebelah Timur dengan Kecamatan Sangir/Lubuk Gadang</span><br />
<span style="background-color: black; color: white;">· sebelah Selatan dengan gunung Kerinci</span><br />
<span style="background-color: black; color: white;">· sebelah Barat dengan Bukit Barisan</span><br />
<span style="background-color: black; color: white;">· sebelah Utara dengan kecarnatan Pantai Cermin/Surian</span><br />
<span style="background-color: black;"><span style="color: white;"><br />
Dan Tenggara (dekat guriung Kerinci)
mengalir Batang Bangko dan dan Barat Laut, perbatasan kecamatan Sungai
Pagu dengan kecamatan Pantai Cermin, mengalir Batang Suliti; keduanya
bertemu dekat nagari Muara Labuh (ibu kecamatan) dan terus mengalir ke
Timur, yang akhirnya bertemu dengan Batang Hari dan Batang Gumanti.</span></span><br />
<span style="background-color: black;"><span style="color: white;"><br />
Pada umumya kehidupan dan penghidupan
terutama dan hasil pertanian, seperti padi, kopi, getah, hasil hutan
dan hasil lainnya. Karena kesuburan tanahnya daerah mi terkenal di
Sumatera Barat sebagai daerah surplus beras. Buktinya dapat dilihat
dengan jelas dan perimbangan banyaknya penduduk, produksi dan kebutuhan
dalam setahun.</span></span><br />
<span style="background-color: black;"><span style="color: white;"><br />
Di samping itu dapat pula ditunjukkan,
bahwa adanya bangsa-bangsa asing pada zaman penjajahan Belanda yang
mendirikan onderneming-onderneming yang terdapat di. beberapa tempat,
seperti:</span></span><br />
<span style="background-color: black;"><span style="color: white;"><br />
1) Kebun teh di Pekonina, Huberta dan Bukit Melintang</span></span><br />
<span style="background-color: black; color: white;">2) Kebun Kina di Bangko kecil, Bangko Besar dan Sumangun</span><br />
<span style="background-color: black; color: white;">3) Getah di Sungai Lambai</span><br />
<span style="background-color: black; color: white;">4) Kopi di Pinang Awan</span><br />
<span style="background-color: black;"><span style="color: white;"><br />
Disebabkan politik bumi hangus pada
waktu zaman perang kemerdekaan pada tahun 1948, semua bangunan di
perkebunan tersebut, kecuali perkebunan getah di Sungai Lambai,
dibumi-hanguskan………………</span></span></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/16870304953850230049noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4189939127238540960.post-34320043364512389642014-04-06T18:10:00.000+07:002014-04-06T18:12:33.540+07:00Indahnya Danau Maninjau (Lake Maninjau)<div class="fullpost" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.1875px; text-align: justify;">
<span style="background-color: black; color: white;">Danau Maninjau berada pada ketinggian ± 500 m diatas permukaan laut dan di kelilingi oleh Bukit Barisan yang menjulang dan curam, sehingga membuat Danau Maninjau tak ubahnya seperti kawah raksasa. Danau yang indah ini dikenal juga sebagai yang memiliki banyak tempat romantis sehingga wajar jika banyak wisatawan mancanegara menyebutnya The lake with romantic scene karena disisi manapun anda melihatnya akan tampak pemandangan yang menakjubkan.</span><br />
<span style="background-color: black;"><span style="color: white;"><br /></span></span>
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiShjwJyzUfNdNIquDfU8BWpJHgFH0sWne5Z94WK4luPLkKsAcK2CVq5nTLwOXobMitjbEpl2KeVR6JjWDxwmMj0skyViRgZKAkMo4VlLeqB0va9ug2WVE9-mrtYD9qXjmk4U_WsqMXpQiO/s1600/danau-maninjau.jpg" imageanchor="1" style="background-color: black; text-decoration: none;"><span style="color: white;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiShjwJyzUfNdNIquDfU8BWpJHgFH0sWne5Z94WK4luPLkKsAcK2CVq5nTLwOXobMitjbEpl2KeVR6JjWDxwmMj0skyViRgZKAkMo4VlLeqB0va9ug2WVE9-mrtYD9qXjmk4U_WsqMXpQiO/s320/danau-maninjau.jpg" height="240" style="border-width: 0px;" width="320" /></span></a><br />
<span style="background-color: black;"><span style="color: white;"><br /></span></span>
<span style="background-color: black; color: white;">Danau Maninjau terbentuk akibat letusan gunung berapi (Gunung Tinjau) pada masa lampau. Danau yang indah ini terletak ±36 Km dari Bukittinggi kearah barat yang dapat ditempuh dengan kendaraan umum tujuan Maninjau dan Lubuk Basung dengan melewati kelok 44 yang unik memiliki luasnya sekitar 99,5 km² dan kedalaman maksimum 495 meter.</span><br />
<span style="background-color: black;"><span style="color: white;"><br />Keberadaan Danau Maninjau menciptakan sebuah cerita legenda “Bujang Sembilan”, yang dipercaya keberadaannya oleh masyarakat sekitar. Alkisah ada satu keluarga terdiri dari 10 orang, 9 orang laki-laki (bujang) dan seorang perempuan bernama Sani. Keelokkan paras dan perilaku Sani menjadi daya pikat tersendiri bagi seorang pemuda bernama Sigiran. Singkat kata mereka kemudian menjalin asmara. Suatu hari mereka dituduh telah melakukan perbuatan amoral oleh para bujang. Untuk membuktikannya, mereka melompat ke kawah gunung Tinjau. Mereka bersumpah jika mereka melakukan tindak amoral maka gunung ini tidak akan meletus, dan jika mereka tidak melakukan tindakan amoral maka gunung ini akan meletus. Akhirnya gunung tersebut meletus dan hasil letusan tersebut membentuk kawah besar yang kemudian diisi oleh air dan menjadi danau seperti sekarang.</span></span><br />
<span style="background-color: black;"><span style="color: white;"><br />Presiden Pertama RI Ir. Soekarno pernah berkunjung ke Danau Maninjau dan takjub dengan keindahannya. Untuk mengungkapkan kekagumannya tersebut ia menulis sebuah pantun yang berbunyi “Jika makan arai Pinang, makanlah dengan sirih yang hijau, jangan datang ke Ranah Minang, kalau tak mampir ke Maninjau”. Pantun yang ditulis oleh Presiden pertama RI ini, cukup mewakili untuk menggambarkan keindahan panorama alam Danau Maninjau nan eksotis.</span></span></div>
<div class="fullpost" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.1875px; text-align: justify;">
</div>
<div class="fullpost" style="font-family: Arial, serif; line-height: 18.1875px; text-align: justify;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; font-family: Arial, serif; line-height: 18.1875px; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgVFCG5C8VB87HfWQYAa8KOSXtfdgBPJQXDNmgNle6atj7Af0QTqkZcXpZU5eS0DsvvMZFcPoLwyGUfAnHXZtJy0WPBXzT2M7BRyTqADniskVjXgWZjKfd8vwZq35e2-zKwiTLFqz7sM2cA/s1600/1.1223020440.hairpin-bend-nox-43---lake-maninjau.jpg" imageanchor="1" style="background-color: black; margin-left: 1em; margin-right: 1em; text-decoration: none;"><span style="color: white;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgVFCG5C8VB87HfWQYAa8KOSXtfdgBPJQXDNmgNle6atj7Af0QTqkZcXpZU5eS0DsvvMZFcPoLwyGUfAnHXZtJy0WPBXzT2M7BRyTqADniskVjXgWZjKfd8vwZq35e2-zKwiTLFqz7sM2cA/s320/1.1223020440.hairpin-bend-nox-43---lake-maninjau.jpg" height="239" style="border-width: 0px;" width="320" /></span></a></div>
<span style="background-color: black;"><span style="color: white;"><br style="font-family: Arial, serif; line-height: 18.1875px;" /></span></span>
<div class="separator" style="clear: both; font-family: Arial, serif; line-height: 18.1875px; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgOA3PQvRbm-d7d_fRwUw2wri-S_uPVRB2sRfuikTdcbJKdmav61YG51UHArHYEH_pxQ92UNNQVFYtAKOVLfQ0XAjj9qY3q7mmT5Rq3phY1ubkn3hXFNtIyNCxrQUdH4jgWgc1IPP1q3_a9/s1600/42655112.imrandisk0106.jpg" imageanchor="1" style="background-color: black; margin-left: 1em; margin-right: 1em; text-decoration: none;"><span style="color: white;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgOA3PQvRbm-d7d_fRwUw2wri-S_uPVRB2sRfuikTdcbJKdmav61YG51UHArHYEH_pxQ92UNNQVFYtAKOVLfQ0XAjj9qY3q7mmT5Rq3phY1ubkn3hXFNtIyNCxrQUdH4jgWgc1IPP1q3_a9/s320/42655112.imrandisk0106.jpg" height="214" style="border-width: 0px;" width="320" /></span></a></div>
<span style="background-color: black;"><span style="color: white;"><br style="font-family: Arial, serif; line-height: 18.1875px;" /></span></span>
<div class="separator" style="clear: both; font-family: Arial, serif; line-height: 18.1875px; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_YdEzOZnzTs6c1PrwgBFZWYLDADSuBFTsxQuGOoWjvs2j52F2kNDS22zNE1dcpbz4NdidWv3_mrBbSydpoMgxlxVI861SOX8f1Ezbi1ZrrICrMUfWjQDarVIrcUpQs9ZE8GjXJyhAMHSo/s1600/danau-maninjau-300x229.jpg" imageanchor="1" style="background-color: black; margin-left: 1em; margin-right: 1em; text-decoration: none;"><span style="color: white;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_YdEzOZnzTs6c1PrwgBFZWYLDADSuBFTsxQuGOoWjvs2j52F2kNDS22zNE1dcpbz4NdidWv3_mrBbSydpoMgxlxVI861SOX8f1Ezbi1ZrrICrMUfWjQDarVIrcUpQs9ZE8GjXJyhAMHSo/s1600/danau-maninjau-300x229.jpg" style="border-width: 0px;" /></span></a></div>
<span style="background-color: black;"><span style="color: white;"><br style="font-family: Arial, serif; line-height: 18.1875px;" /></span></span>
<div class="separator" style="clear: both; font-family: Arial, serif; line-height: 18.1875px; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhQHi_CDIzfHKS0bgonTYEeenVpRvGpwO_g2bayb694EUCaq-mvk1r8k3tvrl4V329zQwIKdL7DM7BKANg9LnvlxJUPzMjSu6X6CIDBAzy9NNXbNGsu2tfjF9lsdA0v0QuNc0dkepT8gCDD/s1600/images.jpg" imageanchor="1" style="background-color: black; margin-left: 1em; margin-right: 1em; text-decoration: none;"><span style="color: white;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhQHi_CDIzfHKS0bgonTYEeenVpRvGpwO_g2bayb694EUCaq-mvk1r8k3tvrl4V329zQwIKdL7DM7BKANg9LnvlxJUPzMjSu6X6CIDBAzy9NNXbNGsu2tfjF9lsdA0v0QuNc0dkepT8gCDD/s1600/images.jpg" style="border-width: 0px;" /></span></a></div>
<span style="background-color: black;"><span style="color: white;"><br style="font-family: Arial, serif; line-height: 18.1875px;" /></span></span>
<div class="separator" style="clear: both; font-family: Arial, serif; line-height: 18.1875px; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiMyX_i9vFjIiwuP6RiMcg1F6Jm8vSSx5AymO2a3S3Wd8o5MsbfArkxFCqFJRVwXgLANYAepwn0a0OlDapR0dAy3X5UDPLJ_XHyNAjjKg3huooLSCvzX8q9Xz8VGIEXu4Ui-ABIo1cck297/s1600/maninjau+oke2.jpg" imageanchor="1" style="background-color: black; margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><span style="color: white;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiMyX_i9vFjIiwuP6RiMcg1F6Jm8vSSx5AymO2a3S3Wd8o5MsbfArkxFCqFJRVwXgLANYAepwn0a0OlDapR0dAy3X5UDPLJ_XHyNAjjKg3huooLSCvzX8q9Xz8VGIEXu4Ui-ABIo1cck297/s320/maninjau+oke2.jpg" height="212" style="border-width: 0px;" width="320" /></span></a></div>
<span style="background-color: black;"><span style="color: white;"><br style="font-family: Arial, serif; line-height: 18.1875px;" /></span></span>
<div class="separator" style="clear: both; font-family: Arial, serif; line-height: 18.1875px; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgQFzRV4T2an83e1b_BUdxYgro6ejV4z0L7O4uCHxIgHmhGl38cYTpRo6sHZcLHlw9dzQTVYoeKA6o8ou36MV6ZcDB3HynqsebpEM5tvOCYCidK98pcikmVoe0GB1jaP4-iSIJBoyWoYDmu/s1600/pantai-danau-maninjau.jpg" imageanchor="1" style="background-color: black; margin-left: 1em; margin-right: 1em; text-decoration: none;"><span style="color: white;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgQFzRV4T2an83e1b_BUdxYgro6ejV4z0L7O4uCHxIgHmhGl38cYTpRo6sHZcLHlw9dzQTVYoeKA6o8ou36MV6ZcDB3HynqsebpEM5tvOCYCidK98pcikmVoe0GB1jaP4-iSIJBoyWoYDmu/s320/pantai-danau-maninjau.jpg" height="239" style="border-width: 0px;" width="320" /></span></a></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/16870304953850230049noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4189939127238540960.post-38411894435162818942014-04-05T19:25:00.000+07:002014-04-06T18:14:21.798+07:00Mengapa “ urang minang” senang berdagang ?<div class="separator" style="clear: both; font-family: Arial, serif; line-height: 18.1875px; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhvPI1FEQKD3_NqdzSfbPWqaJMd3Iywl3wM9dykdEEu8VJ46uurY1ID2Ob9R_0dW19aBPlJy3uzTmeV7-EhXXic7wiADw2-qys_f40N3jBUCJ3KbyivhVYdUWJyW99oLK4hAgK3piNjXnFL/s1600/pedagang+minang.jpg" imageanchor="1" style="background-color: black; margin-left: 1em; margin-right: 1em; text-decoration: none;"><span style="color: white;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhvPI1FEQKD3_NqdzSfbPWqaJMd3Iywl3wM9dykdEEu8VJ46uurY1ID2Ob9R_0dW19aBPlJy3uzTmeV7-EhXXic7wiADw2-qys_f40N3jBUCJ3KbyivhVYdUWJyW99oLK4hAgK3piNjXnFL/s320/pedagang+minang.jpg" height="240" style="border-width: 0px;" width="320" /></span></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.1875px; text-align: justify;">
<span style="background-color: black;"><span style="color: white;"><br /></span></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.1875px; text-align: justify;">
<span style="background-color: black; color: white;">Mengapa “ urang minang” senang berdagang ? Jika pertanyaan yang sama ditujukan kepada komunitas bangsa Cina, maka jawaban mereka pasti berbeda dengan jawaban urang minang.<br />Mengapa ? motivasi “urang minang” berdagang karena ingin melawan dunia orang – suatu tema yang mengandung amanat untuk hidup bersaing terus menerus mencapai kemuliaan, kenamaan, kepintaran dan kekayaan.<br /><br />Bagi bangsa Cina, lintasan yang dilaluinya dalam merambah dunia melebihi lintasan yang dilakukan oleh perantau Minang. Dibelahan dunia manapun kita menemukan bangsa Cina berprofesi sebagai pedagang.Bahkan secara khusus, mereka membuat dan memproduksi keperluan pernak-pernik yang bercirikan khas Negara-negara didunia untuk keperluan turis, suku cadang, dan material lainnya, yang diproduksi dari negaranya.<br /><br />Filosofi bangsa Cina dalam berdagang pasti berbeda dengan “ urang minang”. Orang Minang berpolakan prinsip bagi hasil pada system anak semang dan induk semang. Sementara bangsa china menganut pola berjenjang.<br /><br />Pada “urang minang” – profesi sebagai pedagang, merupakan salah satu diantara aktualisasi peran fungsional dalam mencari nafkah hidup. Menjadi Saudagar, adalah suatu cita-cita. Fungsi ini akan berbeda diantara profesi yang lain, karena ada yang menjadi ; petani, tukang, penghulu, ulama, dll.<br />Kita ingat akan falsafah alam yang menjadi pedoman hidup “urang minang”, yaitu ;<br />Nak mulia batabua urai,<br />Nak tuah tagak di nan manang,<br />Nak cadiek sungguah baguru,<br />Nak kayo kuaik mancari.<br />Maksudnya, agar setiap orang berusaha sekuat tenaga agar memperoleh kemuliaan dan kedudukan yang berarti dan penting.<br /><br />Keunggulan “urang minang” dalam berdagang, karena adanya hasil produksi yang mesti dijual keluar Nagari. Dahulu, cara berniaga pun mulanya dengan membawa barang pada bahu atau secara pikulan dengan jalan beriringan beramai-ramai agar tidak dirampok diperjalanan.<br />Kemudian istilah berniaga berkembang menjadi berbagai istilah sesuai dengan produk dagangan mereka, seperti ;<br />- saudagar yang spesialisasinya jual beli barang pecah belah disebut “ manggaleh”,<br />- penjual ternak dan daging disebut jagal – jaga – bajaga.<br />- Bagi “urang minang”, yang berjualan dengan cara menjunjung keranjang barang (katidiang) diatas kepalanya disebut jojo – bajojo (jaja).<br /><br />Yang diperdagangkan adalah setiap kegiatan usaha yang bersifat individu, berupa barang-barang kerajinan dan industri, seperti ; peralatan produksi, perkakas rumah tangga termasuk makanan dan masakan.<br /><br />Di setiap Nagari memiliki spesialisasi dalam berproduksi, seperti :<br />- Kerajinan emas dan perak berasal dari Nagari Koto Gadang dan Guguk,<br />- Sulam dan jahit, seperti konveksi, berasal dari Nagari Empat Angkat, Koto Gadang,<br />- Pandai besi, berasal dari Sungai Puar,<br />- Pertenunan yang terkenal dari Silungkang dan Pandai Sikat.<br />- Tilam yang terkenal, buatan orang Bayur.<br /><br />Melihat jenis barang yang diperdagangkan memiliki spesialisasi pula, antara lain ;<br />- perdagangan tembakau oleh orang Sianok,<br />- Kain, oleh orang Maninjau dan Balingka,<br />- Ternak, oleh orang Pitalah dan Koto Enau,<br />- Perdagangan kelontong,oleh orang Kumango, oleh sebab itu perdagangan kelontong disebut perdagangan kumango.<br /><br />Demikian pula dalam hal makananpun “urang minang”, memiliki spesialisasi, yaitu ;<br />- gelamai (dodol) dari Payakumbuh,<br />- kerupuk dari Sanjai,<br />- lemang dari Pitalah,<br />- kedai nasi dari Kapau dan Sumpur,<br /><br />Begitu banyak keunggulan produk dagangan “urang minang” dari sejak zaman dahulu hingga sekarang, maka etnis ini terkenal ulet, sehingga mampu menyaingi pedagang Cina…<br /><br />Nah.. sekarang istilah kegiatan berdagang yang dilakukan oleh Saudagar telah berubah menjadi “Pengusaha”, yang kegiatannya adalah ber wira usaha, wira swasta. Selain itu terdapat pula profesi yang dikembangkan dari disiplin ilmu tertentu, seperti menjadi : Notaris, advokat dan pengacara, akuntan,dll. Sepertinya menjadi seorang profesioanl adalah lebih cocok bagi “urang minang “ demi melawan dunia orang. Maka menyebarlah engkau, wahai “ urang minang “ selagi di kampuang berguna belum. Namun ingatlah selalu ranah minangmu.</span></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/16870304953850230049noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-4189939127238540960.post-49940173515798685732014-04-05T13:13:00.003+07:002014-04-06T18:21:15.892+07:00Danau Singkarak nan Rancak (Singkarak Lake)<div class="fullpost" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span style="background-color: black; color: white;">Danau Singkarak membentang di dua kabupaten di Sumatera Barat, yaitu Kabupaten Solok dan Kabupaten Tanah Datar. Danau Singkarak merupakan hulu dari Batang (sungai) Ombilin dan Batang Anai. Air ke Batang Anai dialirkan melewati terowongan yang menembus Bukit Barisan dan digunakan untuk menggerakkan generator PLTA Singkarak yang berada di dekat Lubuk Alung.</span></div>
<div class="fullpost" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span style="background-color: black; color: white;"><br />Dengan luas 107,8 km² danau ini merupakan danau terluas ke-2 di Pulau Sumatera setelah Danau Toba yang terdapat di Sumatera Utara. Di samping itu, Keindahan alam, kesejukan udara dan airnya yang jernih merupakan pesona dari Danau Singkarak sehingga begitu istimewa untuk dikunjungi.</span></div>
<div class="fullpost" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span style="background-color: black; color: white;"><br />Danau yang terletak pada ketinggian 362,5 m dari permukaan laut ini memiliki spesies ikan khas yang hanya hidup di danau ini. Masyarakat setempat menyebutnya dengan “Ikan Bilih” (Mystacoleuseus Padangensis). Ikan ini, tidak bisa dibudidayakan di luar habitatnya yang asli, baik itu di aquarium, kolam, bahkan dalam jala terapung yang ada di Danau Singkarak sekalipun.</span></div>
<div class="fullpost" style="font-family: Arial, serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span style="background-color: black;"><span style="color: white;"><br /></span></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; font-family: Arial, serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhat4xNyq5QXrT48owZxwnPFOzBf7vwTNycTkFhUtn0n2hyphenhyphenx5QBnvm9INkfGWaLMInJfDrnvKfywstNWcvkDaYSPBw7V0E7gf5nyOSZQXQS7xsw9s1qpLGKrUZBbOjQDNapdRR6B8z9xB9-/s1600/dasingk-1.JPG" imageanchor="1" style="background-color: black; margin-left: 1em; margin-right: 1em; text-decoration: none;"><span style="color: white;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhat4xNyq5QXrT48owZxwnPFOzBf7vwTNycTkFhUtn0n2hyphenhyphenx5QBnvm9INkfGWaLMInJfDrnvKfywstNWcvkDaYSPBw7V0E7gf5nyOSZQXQS7xsw9s1qpLGKrUZBbOjQDNapdRR6B8z9xB9-/s320/dasingk-1.JPG" height="220" style="border-width: 0px;" width="320" /></span></a></div>
<span style="background-color: black;"><span style="color: white;"><br style="font-family: Arial, serif; line-height: 18.200000762939453px;" /></span></span>
<div class="separator" style="clear: both; font-family: Arial, serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiAOPQVfcRThuN8f5SyeMmaWQsZ9sRHAUYywyXCKNHGLmNIgKjhLidr3YEUBRC-EavDQ-GcU8ddo7WVh0mJWDfM1QGVKv9-rSbWIqpghBw0QmTARe_zcFew4iWhhokMxCeDqkUcfnxXwUqV/s1600/dasingk-2.JPG" imageanchor="1" style="background-color: black; margin-left: 1em; margin-right: 1em; text-decoration: none;"><span style="color: white;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiAOPQVfcRThuN8f5SyeMmaWQsZ9sRHAUYywyXCKNHGLmNIgKjhLidr3YEUBRC-EavDQ-GcU8ddo7WVh0mJWDfM1QGVKv9-rSbWIqpghBw0QmTARe_zcFew4iWhhokMxCeDqkUcfnxXwUqV/s320/dasingk-2.JPG" height="320" style="border-width: 0px;" width="240" /></span></a></div>
<span style="background-color: black;"><span style="color: white;"><br style="font-family: Arial, serif; line-height: 18.200000762939453px;" /></span></span>
<div class="separator" style="clear: both; font-family: Arial, serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiRkiC9fel3eTZUTlcEhoQl4Ek3wJweptHKMKWNJuOZNCez77HGxK8Z6TBF10kq8UTR55eVIO82latyor7_1QJUXz40dtRr3qlGfonXeJL15TrtGQ686ePbshHgLE48v2dpaU7WVxjEnygP/s1600/dasingk-3.JPG" imageanchor="1" style="background-color: black; margin-left: 1em; margin-right: 1em; text-decoration: none;"><span style="color: white;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiRkiC9fel3eTZUTlcEhoQl4Ek3wJweptHKMKWNJuOZNCez77HGxK8Z6TBF10kq8UTR55eVIO82latyor7_1QJUXz40dtRr3qlGfonXeJL15TrtGQ686ePbshHgLE48v2dpaU7WVxjEnygP/s320/dasingk-3.JPG" height="223" style="border-width: 0px;" width="320" /></span></a></div>
<span style="background-color: black;"><span style="color: white;"><br style="font-family: Arial, serif; line-height: 18.200000762939453px;" /></span></span>
<div class="separator" style="clear: both; font-family: Arial, serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgek9t8InCupmurOpNiXnJRY2aDT8KdgcjYpIGEYGI8-mIKspdHcmFYVqwi8MSYI5Vo-Fl7Dk-gK-qwVpAasew3TZMi03RehjtuQckugrqOJS9FxIgeJmt0fwN9FttYyPwAXGy3qIQ2FfGc/s1600/dasingk-4.JPG" imageanchor="1" style="background-color: black; margin-left: 1em; margin-right: 1em; text-decoration: none;"><span style="color: white;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgek9t8InCupmurOpNiXnJRY2aDT8KdgcjYpIGEYGI8-mIKspdHcmFYVqwi8MSYI5Vo-Fl7Dk-gK-qwVpAasew3TZMi03RehjtuQckugrqOJS9FxIgeJmt0fwN9FttYyPwAXGy3qIQ2FfGc/s320/dasingk-4.JPG" height="320" style="border-width: 0px;" width="240" /></span></a></div>
<span style="background-color: black;"><span style="color: white;"><br style="font-family: Arial, serif; line-height: 18.200000762939453px;" /></span></span>
<div class="separator" style="clear: both; font-family: Arial, serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEju3aywIMisu4mgvt6gpke-Au8N1REcIUl-yWg4RWmDxcMMY8Sqai7rf7NLBhVZmDTz8e44Pbfna2U2E2hwsnJRkT1UIMlElrAq2PouasY-9DVIP68U1sEialt-kRQDYsouViWm0-ueOeB5/s1600/dasingk-6.JPG" imageanchor="1" style="background-color: black; margin-left: 1em; margin-right: 1em; text-decoration: none;"><span style="color: white;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEju3aywIMisu4mgvt6gpke-Au8N1REcIUl-yWg4RWmDxcMMY8Sqai7rf7NLBhVZmDTz8e44Pbfna2U2E2hwsnJRkT1UIMlElrAq2PouasY-9DVIP68U1sEialt-kRQDYsouViWm0-ueOeB5/s320/dasingk-6.JPG" height="320" style="border-width: 0px;" width="240" /></span></a></div>
<span style="background-color: black;"><span style="color: white;"><br style="font-family: Arial, serif; line-height: 18.200000762939453px;" /></span></span>
<div class="separator" style="clear: both; font-family: Arial, serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEguekFsB85i-6mTXLtmV_WFln6KEOu1yvOOMeGDMH-L13iG_zL3ejvdL5fTqSEaVJexOKrqCa8mjiY5Q1NcbvA8tT2Hje_9zaXJzFPPBcRfRLPekXR_j5vC92KH2djTkC_xLc9qWFDPXxQw/s1600/dasingk-7.JPG" imageanchor="1" style="background-color: black; margin-left: 1em; margin-right: 1em; text-decoration: none;"><span style="color: white;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEguekFsB85i-6mTXLtmV_WFln6KEOu1yvOOMeGDMH-L13iG_zL3ejvdL5fTqSEaVJexOKrqCa8mjiY5Q1NcbvA8tT2Hje_9zaXJzFPPBcRfRLPekXR_j5vC92KH2djTkC_xLc9qWFDPXxQw/s320/dasingk-7.JPG" height="320" style="border-width: 0px;" width="240" /></span></a></div>
<span style="background-color: black;"><span style="color: white;"><br style="font-family: Arial, serif; line-height: 18.200000762939453px;" /></span></span>
<div class="separator" style="clear: both; font-family: Arial, serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhnL9J85sqIK66DxDZuDdKSKOgRkRbmBA137R5KDIyfiKRXJKTorS41qN1LPUJzZdBHKMxoqv9R5xCDudexAet536ny5fKLZvjV9OsEuKo_x5nVTyWCJD9tSgL_XO2c9duZ2W1jcUof1kdF/s1600/dasingk-8.JPG" imageanchor="1" style="background-color: black; margin-left: 1em; margin-right: 1em; text-decoration: none;"><span style="color: white;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhnL9J85sqIK66DxDZuDdKSKOgRkRbmBA137R5KDIyfiKRXJKTorS41qN1LPUJzZdBHKMxoqv9R5xCDudexAet536ny5fKLZvjV9OsEuKo_x5nVTyWCJD9tSgL_XO2c9duZ2W1jcUof1kdF/s320/dasingk-8.JPG" height="320" style="border-width: 0px;" width="240" /></span></a></div>
<span style="background-color: black;"><span style="color: white;"><br style="font-family: Arial, serif; line-height: 18.200000762939453px;" /></span></span>
<div class="separator" style="clear: both; font-family: Arial, serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj3mVqZYbQsxWmV4SWrK5goFU-_Jul2M7hjQ1br0rifSO-vXhhLpjTmjmB5_bwYLh3_bwV3bY6kpBMslMEHLFyDPeFVti_qsjfKoBCxtzgSU4FQu_regTSWLZnC3XZDq3GqV2LRggOhvMGW/s1600/dasingk-9.JPG" imageanchor="1" style="background-color: black; margin-left: 1em; margin-right: 1em; text-decoration: none;"><span style="color: white;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj3mVqZYbQsxWmV4SWrK5goFU-_Jul2M7hjQ1br0rifSO-vXhhLpjTmjmB5_bwYLh3_bwV3bY6kpBMslMEHLFyDPeFVti_qsjfKoBCxtzgSU4FQu_regTSWLZnC3XZDq3GqV2LRggOhvMGW/s320/dasingk-9.JPG" height="320" style="border-width: 0px;" width="240" /></span></a></div>
<span style="background-color: black;"><span style="color: white;"><br style="font-family: Arial, serif; line-height: 18.200000762939453px;" /></span></span>
<div class="separator" style="clear: both; font-family: Arial, serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj5-vcl_7v9ONwTr3H4dFdr-4-vEXlqeWo8zdX0z6aUoUMfoVON582I6ety396PKQ_UKdvY2dqmpeHx2SUQhqCkCuLwT7VcvZM6Icam39g8UCuwWE0EU4Ec-oC289L-gVvCc_Lxdf3o7kLX/s1600/dasingk-10.JPG" imageanchor="1" style="background-color: black; margin-left: 1em; margin-right: 1em; text-decoration: none;"><span style="color: white;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj5-vcl_7v9ONwTr3H4dFdr-4-vEXlqeWo8zdX0z6aUoUMfoVON582I6ety396PKQ_UKdvY2dqmpeHx2SUQhqCkCuLwT7VcvZM6Icam39g8UCuwWE0EU4Ec-oC289L-gVvCc_Lxdf3o7kLX/s320/dasingk-10.JPG" height="320" style="border-width: 0px;" width="230" /></span></a></div>
<span style="background-color: black;"><span style="color: white;"><br style="font-family: Arial, serif; line-height: 18.200000762939453px;" /></span></span>
<div class="separator" style="clear: both; font-family: Arial, serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgLPL4bBtZD0ES97dfgTx1IotSaRiin6JRJXYJA_yUGToRcloS2xgFYZjL1GQptVhX6olnETnAu0J_YKF6Gz4xpVgYt_M0gHB7nEamWrc9lNk55U7c2cERq6mgHoh4k0WWHsQgfrjp1rcfC/s1600/dasingk-11.JPG" imageanchor="1" style="background-color: black; margin-left: 1em; margin-right: 1em; text-decoration: none;"><span style="color: white;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgLPL4bBtZD0ES97dfgTx1IotSaRiin6JRJXYJA_yUGToRcloS2xgFYZjL1GQptVhX6olnETnAu0J_YKF6Gz4xpVgYt_M0gHB7nEamWrc9lNk55U7c2cERq6mgHoh4k0WWHsQgfrjp1rcfC/s320/dasingk-11.JPG" height="320" style="border-width: 0px;" width="240" /></span></a></div>
<span style="background-color: black;"><span style="color: white;"><br style="font-family: Arial, serif; line-height: 18.200000762939453px;" /></span></span>
<div class="separator" style="clear: both; font-family: Arial, serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEji11vuANjdqjJat8FaAgKoF8DbVea4C2gKH0h4oDKq9Po27j99RlSaBNCzXeZyS6Vj6LFEGY5IaHy3Hyo5n-6Hsz5sfx2Ob8E8HZO1FgiKN3zeE9uJoVjeG6ctoLRQDEN9O6GArdizKjfI/s1600/dasingk-12.JPG" imageanchor="1" style="background-color: black; margin-left: 1em; margin-right: 1em; text-decoration: none;"><span style="color: white;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEji11vuANjdqjJat8FaAgKoF8DbVea4C2gKH0h4oDKq9Po27j99RlSaBNCzXeZyS6Vj6LFEGY5IaHy3Hyo5n-6Hsz5sfx2Ob8E8HZO1FgiKN3zeE9uJoVjeG6ctoLRQDEN9O6GArdizKjfI/s320/dasingk-12.JPG" height="240" style="border-width: 0px;" width="320" /></span></a></div>
<span style="background-color: black;"><span style="color: white;"><br style="font-family: Arial, serif; line-height: 18.200000762939453px;" /></span></span>
<div class="separator" style="clear: both; font-family: Arial, serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgBFRjLun7hcnW2GsOpzakGiVV_uV9TVk9kT0rcSL9nLD8voH2Yy2awBrf9SwLMZPOXZKyWRNQ4kYgr81VvyYFwTeh-OnQb_vbPfttpKMLKiuiqJsdjJp7zoE3QEX0qFMALYAvDbSm9JgcS/s1600/dasingk-13.JPG" imageanchor="1" style="background-color: black; margin-left: 1em; margin-right: 1em; text-decoration: none;"><span style="color: white;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgBFRjLun7hcnW2GsOpzakGiVV_uV9TVk9kT0rcSL9nLD8voH2Yy2awBrf9SwLMZPOXZKyWRNQ4kYgr81VvyYFwTeh-OnQb_vbPfttpKMLKiuiqJsdjJp7zoE3QEX0qFMALYAvDbSm9JgcS/s320/dasingk-13.JPG" height="320" style="border-width: 0px;" width="240" /></span></a></div>
<span style="background-color: black;"><span style="color: white;"><br style="font-family: Arial, serif; line-height: 18.200000762939453px;" /></span></span>
<div class="separator" style="clear: both; font-family: Arial, serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiixkvoWBaBE1Bw7csOEA6dh_9U8XuFT6Dl6g27f4Mn8cahsf1SGn7mB1PrtbepvAcW8jmTFDP46F9Eau-ZjY-ktUy_543GaFkz2YslFtvjTTyZ7OSdP9qEBmlqCJx5sJErF8lFWV4za7nn/s1600/dasingk-14.JPG" imageanchor="1" style="background-color: black; margin-left: 1em; margin-right: 1em; text-decoration: none;"><span style="color: white;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiixkvoWBaBE1Bw7csOEA6dh_9U8XuFT6Dl6g27f4Mn8cahsf1SGn7mB1PrtbepvAcW8jmTFDP46F9Eau-ZjY-ktUy_543GaFkz2YslFtvjTTyZ7OSdP9qEBmlqCJx5sJErF8lFWV4za7nn/s320/dasingk-14.JPG" height="320" style="border-width: 0px;" width="240" /></span></a></div>
<span style="background-color: black;"><span style="color: white;"><br style="font-family: Arial, serif; line-height: 18.200000762939453px;" /></span></span>
<div class="separator" style="clear: both; font-family: Arial, serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEisOOO0ZKSHxIyeLYFtiGaAAqbZbjQCHXecuVJ5rFsucjDx67bxp0FA3LKvh0YD-8yuJDh-R_d3JbV02hL8DdCbbMGzPcHyaDXmgyaDcSi2LmMbsDQCK5bSrmLB1ldMJoMn9S_npZ9e2fBN/s1600/dasingk-15.JPG" imageanchor="1" style="background-color: black; margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><span style="color: white;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEisOOO0ZKSHxIyeLYFtiGaAAqbZbjQCHXecuVJ5rFsucjDx67bxp0FA3LKvh0YD-8yuJDh-R_d3JbV02hL8DdCbbMGzPcHyaDXmgyaDcSi2LmMbsDQCK5bSrmLB1ldMJoMn9S_npZ9e2fBN/s320/dasingk-15.JPG" height="240" style="border-width: 0px;" width="320" /></span></a></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/16870304953850230049noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4189939127238540960.post-2677173511554100792014-04-05T13:12:00.000+07:002014-04-06T18:20:45.448+07:00Mentawai The Surving Island<div class="fullpost" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span style="background-color: black; color: white;">Mentawai adalah nama sebuah kepulauan terletak ±150 km di Samudra Hindia yang terdiri dari kelompok pulau utama yaitu Pulau Siberut, Sipora, Kepulauan Pagai Utara, dan Kepulauan Pagai Selatan (masing-masing memiliki pulau-pulau kecil) yang dihuni oleh masyarakat suku Mentawai di lepas pantai Sumatra Barat, sekaligus nama kabupaten.<br /><br />Kabupaten ini memiliki luas wilayah 601 km² dan populasi 64.235 jiwa. Ibu kotanya berada di Tuapejat. Kabupaten ini terbagi menjadi empat kecamatan dan 40 desa.<br /><br />Pulau Mentawai populer dengan gulungan ombaknya yang sangat digemari para peselancar. Oleh berbagai organisasi selancar, ombak di Mentawai dinilai sebagai terbaik ketiga sejagat setelah Hawaii dan Tahiti.<br />Disebutkan pula bahwa pulau Mentawai mempunyai 400 surf spot.</span></div>
<div class="fullpost" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
</div>
<div class="fullpost" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span style="background-color: black; color: white;">Menurut Jazali, hampir setiap minggu ada saja turis asing—biasanya dari Amerika dan Eropa—yang menginap 1-2 malam di uma. Ada dua daya tarik di situ: mengalami sendiri kehidupan suku Mentawai yang eksotis serta menikmati aliran Sungai Butui nan jernih serta dikelilingi pasir dan bebatuan putih di depan uma.<br /><br />Di Mentawai, selancar biasanya dilakukan di Pulau Nyangnyang, Karang Majat, Masilok, Botik, dan Mainuk. Puncak kunjungan wisatawan ada di bulan Juli dan Agustus. Saat itu ketinggian ombak di Mentawai mencapai 7 meter.</span></div>
<div class="fullpost" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span style="background-color: black; color: white;"><br /></span></div>
<div class="fullpost" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span style="background-color: black; color: white;"><br /></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: center;">
<span style="color: white;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg1Yz2gkJgvbYYbefKhu-Ru1CQDxO4DOHRvJStw9UzlGSk-CItofFOr1L6YUWY69YOK6pgD2BulVUXfmOUCMzUGXZHvW1RUZIJe0Nz5qFfCNV8BywCLkfPwFW34YOmm2A5myPqhUwn7dG8x/s1600/2.jpg" imageanchor="1" style="background-color: black; margin-left: 1em; margin-right: 1em; text-decoration: none;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg1Yz2gkJgvbYYbefKhu-Ru1CQDxO4DOHRvJStw9UzlGSk-CItofFOr1L6YUWY69YOK6pgD2BulVUXfmOUCMzUGXZHvW1RUZIJe0Nz5qFfCNV8BywCLkfPwFW34YOmm2A5myPqhUwn7dG8x/s320/2.jpg" height="213" style="border-width: 0px;" width="320" /></a></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px;">
<span style="background-color: black; color: white;"><br /></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: center;">
<span style="color: white;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjnR8PU76MaeMCcCEFXIDdkA7XXjS656HEQbsDXHcads23f2BUJZUrD56rqbt-_WgPI3IcryExRrRzvcMJp-1gB-whpoSFA06-6_M99LdJhjd79U4NyNLMGHGIliBifqaZWMz18VFn2K394/s1600/3.jpg" imageanchor="1" style="background-color: black; margin-left: 1em; margin-right: 1em; text-decoration: none;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjnR8PU76MaeMCcCEFXIDdkA7XXjS656HEQbsDXHcads23f2BUJZUrD56rqbt-_WgPI3IcryExRrRzvcMJp-1gB-whpoSFA06-6_M99LdJhjd79U4NyNLMGHGIliBifqaZWMz18VFn2K394/s320/3.jpg" height="215" style="border-width: 0px;" width="320" /></a></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px;">
<span style="background-color: black; color: white;"><br /></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: center;">
<span style="color: white;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhSkH6xfk9udZ26Wzf0gJ9YniS-ppU5z1k5cB0TjVav5Gm49v1IgGJxEv39X8eNA0ZprYd90NStluf9jh3f82jI513Jq4EgApOJCX47GpHMbpY6nmbBvqdsNtnNBggBGw2lDnNWRK_MmBjZ/s1600/mentawai+Islands.jpg" imageanchor="1" style="background-color: black; margin-left: 1em; margin-right: 1em; text-decoration: none;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhSkH6xfk9udZ26Wzf0gJ9YniS-ppU5z1k5cB0TjVav5Gm49v1IgGJxEv39X8eNA0ZprYd90NStluf9jh3f82jI513Jq4EgApOJCX47GpHMbpY6nmbBvqdsNtnNBggBGw2lDnNWRK_MmBjZ/s320/mentawai+Islands.jpg" height="213" style="border-width: 0px;" width="320" /></a></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px;">
<span style="background-color: black; color: white;"><br /></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: center;">
<span style="color: white;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiibKds8ANlksB3kZY9C_k5V3QdalC1Cq2T1_mdzESgLJXxieGv7Eer5ePUdYcFS24PcVQEKd1cUkvnjoP-kGgTXl1x9IWfRAhCYXBLK7YC7O6SpE_eM9fAzTvuiCzuL4Ia28HF14snnMeN/s1600/mentawai.jpg" imageanchor="1" style="background-color: black; margin-left: 1em; margin-right: 1em; text-decoration: none;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiibKds8ANlksB3kZY9C_k5V3QdalC1Cq2T1_mdzESgLJXxieGv7Eer5ePUdYcFS24PcVQEKd1cUkvnjoP-kGgTXl1x9IWfRAhCYXBLK7YC7O6SpE_eM9fAzTvuiCzuL4Ia28HF14snnMeN/s320/mentawai.jpg" height="239" style="border-width: 0px;" width="320" /></a></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px;">
<span style="background-color: black; color: white;"><br /></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: center;">
<span style="color: white;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjIfsu8l4ABAtqysdz_nOG627nlzl_OB0kMJdNaKijE_IKyy-KOX_MQuNZ1Oj4dOT_Xzm3r3mky2q84zb6X8EIo_KjrHkImO9yKR1GEE4NrOAAjRfYzl9Mc4WTLJ6iYA-h0e92HY_HwuXwH/s1600/mentawai-beach-house-1.jpg" imageanchor="1" style="background-color: black; margin-left: 1em; margin-right: 1em; text-decoration: none;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjIfsu8l4ABAtqysdz_nOG627nlzl_OB0kMJdNaKijE_IKyy-KOX_MQuNZ1Oj4dOT_Xzm3r3mky2q84zb6X8EIo_KjrHkImO9yKR1GEE4NrOAAjRfYzl9Mc4WTLJ6iYA-h0e92HY_HwuXwH/s320/mentawai-beach-house-1.jpg" height="216" style="border-width: 0px;" width="320" /></a></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px;">
<span style="background-color: black; color: white;"><br /></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: center;">
<span style="color: white;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjgUWNhrKtGoOUXmTjOtjCaWu_tSvEWbTEujIYxIdh-SSev7ZbSgwLpJPLbxhLP6gSPwRcfKgNu0lVOTp-X3Mw-IF5eqTTQcf0OmWdzcN4btYF5d7P_I_DyjkHHSfsEJYbjweFwbpSuv8sB/s1600/mentawai-island.jpg" imageanchor="1" style="background-color: black; margin-left: 1em; margin-right: 1em; text-decoration: none;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjgUWNhrKtGoOUXmTjOtjCaWu_tSvEWbTEujIYxIdh-SSev7ZbSgwLpJPLbxhLP6gSPwRcfKgNu0lVOTp-X3Mw-IF5eqTTQcf0OmWdzcN4btYF5d7P_I_DyjkHHSfsEJYbjweFwbpSuv8sB/s320/mentawai-island.jpg" height="209" style="border-width: 0px;" width="320" /></a></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px;">
<span style="background-color: black; color: white;"><br /></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: center;">
<span style="color: white;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiW3kTN-Cu_InO5eUVQuSYpuq8HimYrPAu434SCvOALY4BrqA6ayi5Qfw_pI4wftg0_KhO8nfnTz02M33lbmJ8kO4ryTg1UjaxnPEVUSiimUIDAiYT703Zn7nHpKe6pvuFsqqnMt6Qgnd2Y/s1600/Surfing_gallery__600x3920-600x400.jpg" imageanchor="1" style="background-color: black; margin-left: 1em; margin-right: 1em; text-decoration: none;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiW3kTN-Cu_InO5eUVQuSYpuq8HimYrPAu434SCvOALY4BrqA6ayi5Qfw_pI4wftg0_KhO8nfnTz02M33lbmJ8kO4ryTg1UjaxnPEVUSiimUIDAiYT703Zn7nHpKe6pvuFsqqnMt6Qgnd2Y/s320/Surfing_gallery__600x3920-600x400.jpg" height="209" style="border-width: 0px;" width="320" /></a></span></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/16870304953850230049noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4189939127238540960.post-76770105557248470022014-04-05T13:10:00.003+07:002014-04-06T18:22:59.405+07:00Van Batavia Naar Atjeh (1904) - Bagian V (TAMAT)<div style="font-family: Arial, serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span"><span style="background-color: black; color: white;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, sans-serif; line-height: 18px;"><i>(<b>Pengantar</b> : Tulisan berikut adalah Bagian Terakhir dari terjemahan bebas dari buku berjudul </i></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, sans-serif; line-height: 18px;">Van Batavia Naar Atjeh, Dwars Door Sumatra De Aarde en Haar Volken (Dari Batavia ke Aceh, Bumi dan Rakyat Sumatera</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, sans-serif; line-height: 18px;"><i>) yang merupakan catatan perjalanan sang pengarang, </i></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, sans-serif; line-height: 18px;">Fransch F. Bernard</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, sans-serif; line-height: 18px;"><i>. Buku ini aslinya diterbitkan pada tahun 1904 dan saat ini telah didigitasi oleh Project Gutenberg.</i></span></span></span></div>
<div style="font-family: Arial, serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span style="background-color: black; color: white;"><i></i></span></div>
<div style="font-family: Arial, serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<i><span style="background-color: black; color: white;"><br /></span></i></div>
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: white; font-family: Arial, serif; line-height: 18.200000762939453px;"><i><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, sans-serif; line-height: 18px;">Bagi yang belum membaca Bagian Keempat silakan</span></i><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, sans-serif; line-height: 18px;"><a href="http://minanglamo.blogspot.com/2011/05/van-batavia-naar-atjeh-1904-bagian-iii.html" style="text-decoration: none;"><i> </i></a></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, sans-serif; line-height: 18px;"><i><b><a href="http://coretananakminang.blogspot.com/2014/04/van-batavia-naar-atjeh-1904-bagian-iv.html">klik disini</a> .</b></i></span></span><br />
<div style="font-family: Arial, serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
</div>
<div style="font-family: Arial, serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span style="background-color: black;"><span style="color: white;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;"><i><br /></i></span></span>
</span></span><br />
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, sans-serif; line-height: 18px;">
<span style="background-color: black; color: white;">Kami tinggal di Fort de Kock sampai tanggal 26 April dan selanjutnya menuju ke Pajacombo lewat Padang Pandjang dan Fort van der Capellen, sehingga mundur dari arah selatan Gunung Merapi. Perjalanan kami tanpa insiden, dan jalan sangat baik, sehingga kereta kuda kami berjalan lancar, meskipun kemiringan jalan sangat tinggi. Kebun kopi sangat luas di lereng pegunungan, sawah dan desa-desa, sejauh mata dapat melihat, tersebar di dataran, dan selalu terlihat situasi monoton yang sama di Pajacombo, tetapi pemandangan selalu terlihat indah di depan mata kami.</span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, sans-serif; line-height: 18px;">
<span style="background-color: black; color: white;"><br /></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, sans-serif; line-height: 18px;">
<span style="background-color: black; color: white;">Kami berencana berangkat dari Pajacombo pada hari pertama bulan Mei, tetapi kami terpaksa tinggal satu hari lagi. Perjalanan yang ingin kami lakukan orang-orang mengatakannya sulit dan meskipun dengan sedikit kesulitan kami akhirnya mendapat izin untuk memulainya. Kami akan melalui daerah yang belum sepenuhnya tunduk. Daerah-daerah di pantai timur hampir semua independen, dan Belanda tidak ingin memaksakan otoritas mereka dengan kekuatan untuk hasil yang tidak seimbang.</span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, sans-serif; line-height: 18px;">
<span style="background-color: black; color: white;"><br /></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, sans-serif; line-height: 18px;">
<span style="background-color: black; color: white;">Kami tidak melewati lembah Jambi, ataupun Indragiri berdasarkan penolakan formal atas permintaan kami untuk maju. Kampar dianggap terlalu berbahaya, dan Batavia telah jujur,dengan tidak memberi izin untuk kunjungan ke sebuah wilayah yang kondisi damai-nya hanya berumur beberapa minggu. Akibatnya kami harus memutuskan, langsung ke Taboeg di Batu Gajah Kampar Kiri dan kemudian setelah itu dilanjutkan perjalanan ke Siak. Tetapi Asisten-Residen Pajacombo memberi kami pesan meyakinkan tentang kondisi di Limo Koto sehingga kami memutuskan untuk sekali lagi mengubah jadwal kami.</span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, sans-serif; line-height: 18px;">
<span style="background-color: black; color: white;"><br /></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, sans-serif; line-height: 18px;">
<span style="background-color: black; color: white;">Pajacombo berada di pinggir Sinamar, anak sungai Ombilien. Jalan yang akan ditempuh akan membawa kami ke pasar Kota Baru, 45 km utara Pajacombo dan terus ke tepi Soengai Mahe, anak sungai Kampars. Dari sana kami naik sampan di Soengai Mahe, dan kemudian berlayar ke Bengkinang Teratak Boeloe dan kemudian pergi lewat darat ke tepi Sungai Siak Pakan Baru dan terakhir sampai Beng Kalis.</span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, sans-serif; line-height: 18px;">
<span style="background-color: black; color: white;"><br /></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, sans-serif; line-height: 18px;">
<span style="background-color: black; color: white;">Untuk mencapai perjalanan ini tanpa hambatan, kami jelas membutuhkan pemimpin-pemimpin pribumi untuk memperingatkan kedatangan kami, dan juga memberitahukan ke komandan pos Bengkinang. Sayangnya, dan ini cukup sering terjadi, garis telegraf yang menghubungkan Pajacombo dengan Bengkinang rusak sehingga kami dipaksa untuk menunda keberangkatan kami satu hari.</span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, sans-serif; line-height: 18px;">
<span style="background-color: black; color: white;"><br /></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, sans-serif; line-height: 18px;">
<span style="background-color: black; color: white;">Pajacombo adalah sebuah desa yang sangat besar, terletak di dataran yang cukup lebar, di mana pohon kelapa tumbuh, dan di mana sawah telah dibuat. Meskipun hampir di ketinggian 500 M., iklimnya menyenangkan. Disekitarnya pegunungan yang tinggi dan di lereng Gunung Sago setinggi 2240 M, di tengah-tengah perkebunan kopi, terdapat pasangrahan yang dibangun oleh penduduk desa, dimana udara segar dapat menjadi pengobatan. Perawatan dan pengaturan dilakukan dan dikelola oleh pasangrahan, termasuk di dalamnya kelompok bungalow atau rumah peristirahatan.</span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, sans-serif; line-height: 18px;">
<span style="background-color: black; color: white;"><br /></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, sans-serif; line-height: 18px;">
<span style="background-color: black; color: white;">Orang Eropa tidak terlalu banyak. Di luar Asisten-Residen ada letnan komandan garnisun kecil, dokter dan dokter hewan. Pemerintah memiliki peternakan pejantan dengan perangkat yang sangat sederhana, di mana tidak ada bangunan mahal didirikan seperti di tempat lain. Seluruhnya hanya membutuhkan biaya 3000 gulden, dengan bangunan dari kayu dan jerami. Ada dua puluh dua kuda-kuda ras yang berbeda, dari pulau Sumba, yang terbesar dan paling terkenal dari Makassar dan kemudian Batak, dipilih dari hewan-hewan terbaik, namun harga rata-rata mereka lebih dari £ 300. Kuda jantan didistribusikan ke distrik yang berbatasan dengan Pajacombo, dan lokasi dipilih sedemikian rupa sehingga pemeriksaan dengan mudah bisa berakhir dalam beberapa hari. Para pemilik kuda menerima suatu keuntungan, yaitu anak kuda muda yang bagus dan terawat dengan baik.</span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, sans-serif; line-height: 18px;">
<span style="background-color: black; color: white;"><br /></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, sans-serif; line-height: 18px;">
<span style="background-color: black; color: white;">Hanya ada satu orang Eropa, dokter hewan, yang ada di peternakan. Operasional dan staf yang telah ditunjuk, menghabiskan biaya tidak lebih dari £ 800 per bulan. Prasarana ini memiliki hasil yang sangat baik, hanya dalam dua tahun sudah ada sekitar 270 anak kuda yang sangat baik lahir di Pajacombo.</span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, sans-serif; line-height: 18px;">
<span style="background-color: black; color: white;">Pasar Pajacombo merupakan salah satu yang tersibuk seluruh Dataran tinggi Padang. Kami membeli beberapa perlengkapan untuk perjalanan. Ini terlihat seperti kerumunan padat orang, kota yang ramai dan riuh. Pajacombo adalah salah satu pos paling diminati di Sumatera. Iklimnya nyaman, sama seperti kecantikan dan kelembutan para wanitanya.</span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, sans-serif; line-height: 18px;">
<span style="background-color: black; color: white;"><br /></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, sans-serif; line-height: 18px;">
<span style="background-color: black; color: white;">Tanggal 2 Mei pada pukul enam pagi, kami berangkat dari Pajacombo. Di utara dataran ini tertutup oleh sebuah tebing setinggi 1500 M. Beberapa lembah menembus pegunungan dan melalui ke atas pegunungan. Kami telah melewati Lembah Harrau, sebuah celah di antara gunung dinding tegak yang tinggi, di mana air terjun berbusa turun. Hari ini kami pergi menuju lembah Ayer Poetih.</span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, sans-serif; line-height: 18px;">
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: white;"><br /></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, sans-serif; line-height: 18px;">
<span style="background-color: black; color: white;"><img alt="" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhdq7az9m0Q45skH6hXaVpZlrzMaCfOeQZ946T_vGUThcj6OmT3Vgpkvp127y5cAgguZmPW8re7rivPU9pSu1cRlL7FMcsySdL7UgXMpZz1oKsUxixTYjTJmPwJ-8Oj-7Gt7rxMiN1lkMQ/s320/harau.jpg" height="320" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5621059040255672722" style="border-style: none; display: block; height: 400px; margin: 0px auto 10px; position: relative; width: 300px;" width="240" /><span class="Apple-style-span" style="font-style: italic;">(Gambar : Lembah Harau)</span></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, sans-serif; line-height: 18px;">
<span class="Apple-style-span" style="font-style: italic;"><span style="background-color: black; color: white;"><br /></span></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, sans-serif; line-height: 18px;">
</div>
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, sans-serif; line-height: 18px;"><span style="background-color: black; color: white;">Kami sampai di Loeboek Bengkoeang yang berjarak 12 batu dari Pajacombo (satu batu adalah 1500 M), di mana kami naik di atas punggung kuda dan mulai mendaki jalan curam, sepanjang sisi angin lembah bertiup. Tanah terdiri dari batuan konglomerat tinggi kasar dan curam naik di atas sungai.<br /><br />Sebuah karpet tanaman yang cukup lebat menutupi lereng dari permukaan sungai ke atas ketinggian. Kami secara perlahan maju di jalan yang telah banyak mendapat curah hujan. Setelah satu jam kami mencapai puncak gunung. Kami melihat ke bawah ke lembah di mana sungai memperoleh air dari lembah Ayer Poetih. Aku telah melakukan kebodohan dimana kudaku tergelincir dan jatuh di lantai jembatan kayu. Kakiku terhimpit di bawah hewan, topiku jatuh bergulung ke kedalaman ngarai, dan aku mendapat memar parah dan sayatan panjang di lengan dan kaki.<br /><br />Kami berhenti beberapa saat di sebuah gubuk di sisi jalan. Daerah ini disebut Ulu Ayer. Kami berada di ketinggian 950 M., Celah yang akan kami tempuh beberapa ratus meter lagi, dan kami akan segera turun ke Kota Baru di 20 KM dari sini. Dari celah kami lihat bukit yang berurutan, yang secara bertahap menurun, di kejauhan lautan dedaunan, lautan hijau, hijau tua, gelombang luas menyebar lebih jauh dan lebih jauh di cakrawala.<br /><br />Ini adalah hutan raksasa yang menutupi dataran, di mana kami akan lewat. Kemiringan pegunungan menuju 250 km dari sini, ke Selat Malaka. Kami tetap sejenak di atas. Lanskap ini, kasar dan gelap membuat kesan yang mendalam pada kami. Tidak ada jejak kehadiran atau aktivitas manusia. Tidak ada sepotong tanah yang telah diolah, tidak ada terlihat asap membumbung ke udara. Pepohonan sangat rapat, dengan tanah yang tidak digarap dan tidak diragukan lagi akan berada dalam bayang-bayang bahaya dan ancaman hewan buas. Rasa haus akan petualangan, keinginan dan keinginan untuk pengalaman baru, keinginan untuk hal-hal yang belum diketahui, sebagaimana perasaan semua orang , kenangan cerita masa lalu, mimpi-mimpi, mimpi masa kanak-kanak, semuanya ada di dalam diri dan menantang kami...<br /><br />(***HABIS***)<br /><br /><span style="font-style: italic;">(Fakta menarik :</span><br /><span style="font-style: italic;">1. Sangat disayangkan tidak ada ulasan tentang Fort van der Cappelen alias Batusangkar. Padahal kota ini dilewati dalam perjalanan Fort de Kock - Padang Panjang - Fort van der Cappelen - Payakumbuh. Kira-kira kenapa ya? Padahal di Batusangkar banyak yang bisa dibahas, terutama sebagai pusat kerajaan Minangkabau di Pagarayung.</span><br /><span style="font-style: italic;">2. Daerah-daerah di pantai timur Sumatera belum sepenuhnya ditundukkan Belanda karena dianggap hasilnya tidak sepadan dengan biaya yang dikeluarkan. Belum tau rupanya kalau di sana banyak minyak...:)</span><br /><span style="font-style: italic;">3. Sangat sulit untuk mendapat izin perjalanan ke daerah-daerah tersebut. Izin pun harus diperoleh dari Batavia. Rute pun harus berubah-ubah sesuai informasi kondisi keamanan jalan yang akan dilalui.</span><br /><span style="font-style: italic;">4. Rencana rute perjalanan selanjutnya adalah Payakumbuh - Koto Baru - Berperahu di Sungai Mahat - Teratak Buluh - Bangkinang - Pekanbaru - Bengkalis</span><br /><span style="font-style: italic;">5. Sudah ada jaringan telegraf antara Payakumbuh dan Bangkinang saat itu. Tapi sering putus.</span><br /><span style="font-style: italic;">6. Di lereng Gunung Sago terdapat perkebunan kopi dengan bungalow-bungalow peristirahatan di tengahnya, yang disebut pasangrahan.</span><br /><span style="font-style: italic;">7. Orang Belanda di Payakumbuh tidak banyak. Hanya ada Asisten Residen, Letnan Komandan Garnisun, Dokter dan Dokter Hewan. Mungkin juga ada beberapa yang lain tapi tidak disebutkan.</span><br /><span style="font-style: italic;">8. Payakumbuh sudah menjadi sentra pembibitan kuda. Tercatat ada 22 ras yang dikembangkan dengan pengawasan seorang dokter hewan Belanda! Bayangkan. Dokter orang saja jarang pada saat itu, lahhh ini dokter kuda disediakan. Artinya, kuda sangat berharga...</span><br /><span style="font-style: italic;">9. Pembibitan itu berlangsung sukses. Terbukti telah lahir 270 anak kuda ras dalam dua tahun. Well done, tuan dokter kuda!</span><br /><span style="font-style: italic;">10. Payakumbuh termasuk pos yang diminati orang Belanda, terutama karena iklim dan kecantikan wanitanya...</span><br /><span style="font-style: italic;">11. Hitungan satu batu berarti berjarak 1,5 kilometer.</span><br /><span style="font-style: italic;">12. Rimba antara Payakumbuh dan Bangkinang masih perawan, belum terjamah, lebat dan menyeramkan. Berkemungkinan rombongan ini berhenti di lokasi puncak panorama Selat Malaka sekarang, dan memandang sekeliling, hanya ada hamparan pucuk-pucuk pohon hijau pekat bergelombang naik turun sejauh-jauh mata memandang......</span></span></span></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/16870304953850230049noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4189939127238540960.post-18036322722009387512014-04-05T13:09:00.001+07:002014-04-06T18:23:35.488+07:00Van Batavia Naar Atjeh (1904) - Bagian IV<div class="post-body entry-content" id="post-body-7484240697636547652" style="border-top-color: rgb(221, 221, 221); border-top-style: solid; border-top-width: 2px; font-family: Arial, serif; line-height: 1.3em; margin: 1em 0px 0.75em; padding-top: 10px;">
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; text-align: justify;">
<span style="background-color: black; color: white;"><span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;"><i>(<b>Pengantar</b> : Tulisan berikut adalah Bagian Keempat dari terjemahan bebas dari buku berjudul </i></span><span class="Apple-style-span"><span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;">Van Batavia Naar Atjeh, Dwars Door Sumatra De Aarde en Haar Volken (Dari Batavia ke Aceh, Bumi dan Rakyat Sumatera</span><span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;"><i>) yang merupakan catatan perjalanan sang pengarang, </i></span><span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;">Fransch F. Bernard</span><span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;"><i>. Buku ini aslinya diterbitkan pada tahun 1904 dan saat ini telah didigitasi oleh Project Gutenberg.</i></span></span></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; text-align: justify;">
<span style="background-color: black; color: white;"><br /></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-style: italic;"><span style="background-color: black; color: white;"><br /></span></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; text-align: justify;">
<span style="background-color: black; color: white;"><i><span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;">Bagi yang belum membaca Bagian Ketiga silakan</span></i><span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;"><i> <b><a href="http://coretananakminang.blogspot.com/2014/04/van-batavia-naar-atjeh-1904-bagian-iii.html">klik disini</a></b></i></span><span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;"><i>)</i></span></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; text-align: justify;">
<span style="background-color: black;"><span style="color: white;"><span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;"><i><br /></i></span>
</span></span><br />
<div style="line-height: 18px;">
<span style="background-color: black; color: white;">Kami membalik untuk menyaksikan untuk terakhir kali pemandangan yang indah ini, angin bertiup kuat, dan kami segera kembali ke Matoea terus ke Fort de Kock. Badai mengancam, dan jalan terjal yang menanjak ke atas Si Anoq. Kami memacu kuda-kuda kami melarikan diri agar terhindar dari hujan.</span></div>
<div style="line-height: 18px;">
<span style="background-color: black; color: white;">Pada saat kedatangan kami di Fort de Kock, di hotel kami berjumpa dengan kepala Laras Soengai Poear, atas permintaan salah satu teman kami untuk mempersiapkan dan menyewa pemandu dan porter bagi perjalanan kami ke Merapi .</span></div>
<div style="line-height: 18px;">
<span style="background-color: black; color: white;"><br /></span></div>
<div style="line-height: 18px;">
<span style="background-color: black; color: white;">Keesokan harinya di siang hari kami pergi ke Soengai Poear. Angku Laras mengajak kami makan, masakan harum dibuat dari daging rusa kering dan dibumbui dengan selera yang sesuai.</span></div>
<div style="line-height: 18px;">
<span style="background-color: black; color: white;">Salah satu rekan saya dari Fort de Kock tidak jadi berangkat. Ia mendapat luka di kaki, dan tampaknya cukup serius, ia memutuskan untuk tinggal. Jadi kami hanya berdua, dan kami melakukan pendakian selama tiga jam di sore hari itu. Kami berada di ketinggian 1100 M., dan harus menghabiskan malam di sebuah pondok di ketinggian sekitar 2000 M. Awalnya jalan cukup bagus, tetapi segera kami mencapai akhir itu, dan segera menjadi sulit, jalan berbatu, curam, semakin tinggi. Pada jam setengah enam kami akhirnya mencapai tujuan dan kami merasa lelah. Kabut telah menyebar, dan kami melihat di kejauhan, lereng gundul dan lebih rendah, perkebunan kopi, Soengai Poear dan Fort de Kock.</span></div>
<div style="line-height: 18px;">
<span style="background-color: black; color: white;"><br /></span></div>
<div style="line-height: 18px;">
<span style="background-color: black; color: white;">Malam yang dingin berlalu dengan tenang. Untuk waktu yang lama tidak ada yang melewati hutan ini, penuh dengan pakis, tanaman merambat dan berbahaya, penuh juga rumput, yang bermata, dan semak belukar, yang sangat berduri. Di sana-sini jalan setapak menghilang, dan pemandu akan melihat ke belakang, menyelinap, bertiarap di bawah semak-semak dengan parang dan lorong sempit. Alang-alang menyembunyikan lubang tak terduga yang berbahaya, dan setiap kali kaki tenggelam di 'jalan kosong ‘, maka itu akan membuat jungkir balik di rumput basah. Hari belum terang, dan beberapa bintang bersinar. Jika melihat ke belakang, terlihat di belakang kami awan putih polos menggantung.</span></div>
<div style="line-height: 18px;">
<span style="background-color: black; color: white;">Akhirnya, setelah setengah jam, kami meninggalkan hutan dan semak belukar. Tidak ada di depan kami selain kemiringan setinggi 200 M, sungai lava hitam yang mengalir, bergerak di bawah kaki kami. Pendakian masih berlanjut, dan kami mencapai dataran tinggi, dikelilingi oleh dinding lagi. Sebuah tingkat kedua naik sedikit lebih jauh, dan ketika kami lihat, sebuah mangkuk dangkal di tengah kawah yang terbuka.</span></div>
<div style="line-height: 18px;">
<span style="background-color: black; color: white;"><br /></span></div>
<span style="color: white;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; line-height: 18px;"><img alt="" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgajXQJZA57nprDZOlzdFe4I5JJ5oGspDA6ya5ENSn1x2RCdS2K6fTyMS4Hop9SR6LW5qTBJF5nZRb-59jQ5553tvwE1XSuMsvN0t3la9B0KtitCYEDDl4qvBTVFmrTZ-VWvTIUZh1oSkU/s320/kawah+merapi+1904.jpg" height="320" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5617989065154509186" style="border-style: none; display: block; height: 400px; margin: 0px auto 10px; position: relative; width: 347px;" width="277" /></span></span><br />
<div style="line-height: 18px;">
<span style="background-color: black; color: white;">(Gambar : Kawah Gunung Merapi)</span></div>
<div align="center" style="line-height: 18px;">
<span style="background-color: black; color: white;"><br /></span></div>
<div style="line-height: 18px;">
<span style="background-color: black; color: white;">Ini adalah lubang hitam dengan diameter 200 sampai 300 M., dengan asap tebal yang tak bersuara. Aku berjalan di sekitarnya. Pinggiran kawah sebelah selatan sedikit lebih tinggi dan lebih tipis, dan meruncing di atas kedalaman yang menganga. Ada tangga sempit, diukir di batu, sangat sempit sehingga tangan seseorang akan basah waktu menaikinya. Pada kedua sisi menguap jurang; asap belerang membuat seseorang tersedak. Aku mundur beberapa langkah, ke tempat yang cukup lebar untuk menempatkan kaki, dan tanah basah lengket. Aku kembali beberapa meter ke bawah dan beristirahat di atas sebuah dataran tinggi yang sempit, dari mana aku bisa melihat panorama yang indah.</span></div>
<div style="line-height: 18px;">
<span style="background-color: black; color: white;"><br /></span></div>
<div style="line-height: 18px;">
<span style="background-color: black; color: white;">Segera hari menjadi pagi. Sebuah secercah pucat muncul seperti surga. Angin membawa awan pergi, dan dataran muncul dari kegelapan. Puncak tinggi, titik tertinggi dari Merapi, di sebelah timur menyembunyikan bagian dari cakrawala dimana matahari bersinar merah. Tampak berwarna ungu bagian atas gunung Singgalang.</span></div>
<div style="line-height: 18px;">
<span style="background-color: black; color: white;">Semakin terang, sementara lembah di bawah kami bayangan gelap besar masih melingkupi hutan. Di kejauhan kami melihat laut, gulungan ombak yang tenang. Kami melihat lengkungan pantai, dan garis pasir putih yang indah jelas terlihat sebelum massa hijau tua.</span></div>
<div style="line-height: 18px;">
<span style="background-color: black; color: white;"><br /></span></div>
<div style="line-height: 18px;">
<span style="background-color: black; color: white;">Lembah Anei terbuka, dan sungainya terlihat seperti garis besar busa. Rumah-rumah di Padang Pandjang di tengah-tengah. Danau Sing Kara menunjukkan dirinya di Selatan, dan tebing di tepi kanan disinari oleh matahari cerah, sedangkan yang ke kiri tetap dalam bayang-bayang pegunungan yang curam. Dataran Fort de Kock, dihiasi dengan desa, tersebar di depan kami, dengan sawah dan dihiasi dengan tebing putihnya. Air terjun memantulkan cahaya seperti cermin logam dan aliran lampu terang sekilas. Sebuah rangkaian gunung terlihat, Tandikat, Singgalang yang tipis, pohon-pohon kecil berdiri sekitar kolam kecil, sehingga tampaknya seperti cangkang berbingkai yang memegang danau Manindjoe. Kemudian gunung Ophirberg dan batu kapur dan formasi batuan aneh Pajacombo, dan di Selatan di kejauhan, Indrapoera yang gilang-gemilang dan, lembah besar Korintji.</span></div>
<span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;"><span style="background-color: black; color: white;">Adegan ini bukan hal baru bagiku. Aku ingat perjalanan ke Bromo dan kabut putih naik dari kawah raksasa.</span></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; text-align: justify;">
<span style="background-color: black; color: white;"><span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;"><br /></span><span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;"><img alt="" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgsgxhOVbWBjpHZ9i3_iK_zv4LsXyBlnHh1tWIuUUCvYWB_grzI8k8vU7Fk0tWGwO5fgX59154SDOHSTVE4a-Q_BpkEgZcLalHtUjlQwCY68aG38YVVb3d-K-cSUkS9Kwhun-FCW8ItwAA/s320/merapi+-+mirip+bromo+1904.jpg" height="216" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5617989066251763810" style="border-style: none; display: block; height: 271px; margin: 0px auto 10px; position: relative; width: 400px;" width="320" /></span></span><br />
<div style="line-height: 18px;">
<span style="background-color: black; color: white;">(Gambar : Merapi mengingatkanku akan Gunung Bromo)</span></div>
<div align="center" style="line-height: 18px;">
<span style="background-color: black; color: white;"><br /></span></div>
<div align="left" style="line-height: 18px;">
<span style="background-color: black; color: white;">Tapi kami harus pergi, membenamkan diri lagi dalam kabut. Penurunan bahkan lebih sulit daripada pendakian. Pada tanah yang licin, ditutupi dengan daun basah, terbenam hampir ke lutut. Kami muncul dengan tertutup lumpur di pondok tempat rekanku menunggu. Kami melanjutkan perjalanan ke bawah dengan langkah tidak pasti, kadang-kadang cepat, karena ditarik berat badan sendiri. Akhirnya tiba Soengai Boeloe dimana kereta api akan membawa kami kembali ke Fort de Kock.</span></div>
<span style="background-color: black;"><span style="color: white;"><br />
</span></span><br />
<div style="line-height: 18px;">
<i><span style="background-color: black; color: white;">(Fakta menarik :</span></i></div>
<div style="line-height: 18px;">
<i><span style="background-color: black; color: white;">1. Pada waktu itu masih banyak rusa. Buktinya Angku Lareh Sungai Pua menyuguhkan dendeng rusa kepada tamunya. Mungkin juga rendang rusa? Hmmmm.....jadi terbayang harumnya rendang yang sedang dimasak....:)</span></i></div>
<div style="line-height: 18px;">
<i><span style="background-color: black; color: white;">2. Mereka mulai mendaki Gunung Merapi selepas tengah hari. Selanjutnya menginap di ketinggian 2000 M. Sebelum fajar sudah jalan lagi sehingga sampai di puncak sebelum terang. Berbeda dengan sekarang, para pendaki gunung Merapi naik malam hari dan non-stop sampai di puncak juga menjelang terang.</span></i></div>
<div style="line-height: 18px;">
<i><span style="background-color: black; color: white;">3. Satu hal lagi yang berbeda dengan pendaki sekarang adalah rute. Mereka naik dan turun dari sisi Sungai Pua, sebuah rute tradisional yang sekarang tidak umum. Rute sekarang adalah dari Koto Baru, di pinggir jalan Padang-Bukittinggi.</span></i></div>
<div style="line-height: 18px;">
<i><span style="background-color: black; color: white;">4. Jaman itu belum banyak orang yang naik gunung. Terlihat dari jalan yang harus dirintis dulu oleh pemandu lokal. Semak dan rumput tebal setinggi lutut. Belukar yang sudah membentuk lorong. Bahkan ada juga jalan yang 'hilang' dan membuat kaki kejeblos. Untung bukan kejeblos jurang, meneer!</span></i></div>
<div style="line-height: 18px;">
<i><span style="background-color: black; color: white;">5. Kawah merapi waktu itu berdiameter 200 - 300 m. Sekarang berapa ya?</span></i></div>
<div style="line-height: 18px;">
<i><span style="background-color: black; color: white;">6. Di sisi kawah ada tangga batu! Buatan siapakah? Penduduk lokal, Belanda, atau ..... alien...???!! *pikiranliar dot com*</span></i></div>
<div style="line-height: 18px;">
<i><span style="background-color: black; color: white;">7. Dari puncak merapi kelihatan samudera Hindia, lembah Anai, Danau Singkarak, Bukittinggi, Danau Maninjau, Gunung Singgalang, Gunung Tandikat, Gunung Pasaman (Ophirberg), Payakumbuh, Indrapura dan Kerinci. Luar biasa!</span></i></div>
<div style="line-height: 18px;">
<span style="background-color: black; color: white;"><i>8. Gambar terakhir sepertinya tidak sinkron dengan gunung Merapi. Terlihat seseorang (mungkin penulis) berjongkok sambil merokok dengan latar belakang sebuah gunung yang berasap. </i><i>Keanehannya adalah jika si penulis memanjat gunung Merapi, maka gunung yang berasap di belakangnya itu gunung apa? Karena di Sumatera Barat gunung yang sering mengeluarkan asap hanya gunung Merapi. </i><i>Perhatikan juga pakaian dan sepatunya. Kira-kira mungkin tidak orang naik gunung Merapi yang jalannya harus dirintis dulu sampai tiarap-tiarap dengan jas dan sepatu kulit? Rasanya tidak. Melihat lapisan pegunungan di belakangnya, berkemungkinan gambar ini adalah memang di Gunung Bromo Jawa Timur dan ditampilkan hanya sebagai ilustrasi. Karena ke Gunung Bromo orang bisa berkuda sehingga wajar berpakaian begitu.... )</i></span></div>
<div style="line-height: 18px;">
<span style="color: white;"><i style="background-color: black;">---Untuk meneruskan ke bagian kelima <span style="font-weight: bold;"><a href="http://coretananakminang.blogspot.com/2014/04/van-batavia-naar-atjeh-1904-bagian-v.html">klik disini.</a></span></i></span></div>
</div>
</div>
<div id="fb-root" style="-webkit-text-stroke-width: 0px; color: black; font-family: Arial; font-size: 12px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; orphans: auto; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: auto; word-spacing: 0px;">
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/16870304953850230049noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4189939127238540960.post-17992310198041144322014-04-05T13:07:00.001+07:002014-04-06T18:24:22.976+07:00Van Batavia Naar Atjeh (1904) - Bagian III<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<div style="line-height: 18px;">
<span class="Apple-style-span"><span style="background-color: black; color: white;"><i>(<b>Pengantar</b> : Tulisan berikut adalah Bagian Ketiga dari terjemahan bebas dari buku berjudul </i>Van Batavia Naar Atjeh, Dwars Door Sumatra De Aarde en Haar Volken (Dari Batavia ke Aceh, Bumi dan Rakyat Sumatera<i>) yang merupakan catatan perjalanan sang pengarang, </i>Fransch F. Bernard<i>. Buku ini aslinya diterbitkan pada tahun 1904 dan saat ini telah didigitasi oleh Project Gutenberg.</i></span></span></div>
<span style="background-color: black; color: white;"><br /><span class="Apple-style-span" style="font-style: italic; line-height: 18px;"><br /></span><br /><i style="line-height: 18px;">Bagi yang belum membaca Bagian Kedua silakan</i><i> <b><a href="http://coretananakminang.blogspot.com/2014/03/van-batavia-naar-atjeh-1904-bagian-ii.html">klik disini</a></b></i><i style="line-height: 18px;">)</i></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18px; text-align: justify;">
<span style="background-color: black; color: white;"><br /></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span style="background-color: black; color: white;"><img alt="" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhcZkSvGsKuYiNJb3KaEx7whJJYnIoaDUp2dkbZkouG2JNAivnZdhoqPxoBSgYIl-rBBls2tcKK-GIjwwfIipkYVBUkw5BJpoEQMcY8_T9M-FAxeAItGeIqr48pIyynAkKb42BxVSBY7WE/s320/buah+melimpah+di+pasar+1904.jpg" height="184" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5612388578182501874" style="border-style: none; display: block; height: 230px; margin: 0px auto 10px; position: relative; width: 400px;" width="320" /><i><span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;">(Gambar : Buah melimpah di pasar)</span></i></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<i><span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;"><span style="background-color: black; color: white;"><br /></span></span></i></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18px; text-align: justify;">
<span style="background-color: black; color: white;">Lalu muncullah kaum wanita. Mereka mengenakan sarung dan baju panjang dengan peniti emas. Mereka menggunakan penutup kepala, yang kelihatan melebar ke samping seperti memunculkan dua sayap, sementara kedua ujung belakangnya menggantung ke bawah, dengan membawa beban di kepala mereka. Mereka berjalan dengan cepat di sepanjang jalan, dengan perhiasan di tangan dan dada. Cincin emas, hiasan rambut, anting-anting, kalung manik-manik berwarna, ikat pinggang dan perhiasan emas lainnya.</span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18px; text-align: justify;">
<span style="background-color: black; color: white;"><br /></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18px; text-align: justify;">
<span style="background-color: black; color: white;"><img alt="" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh7pXWy-p4DmnRiZ7lTR58Xr_iMHYDo0szSTp4-G4JbU1E3SmJc2HdhWaE3idA4E40MAhRZNnyYv-RSK9ft58U5DePWDVCk7mx9Zd3nSMMY2fz_c3dua9LQMsaMhfM2REYjcsNehBXqnRk/s320/pribumi+ke+pasar+1904.jpg" height="216" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5612389814302880962" style="border-style: none; float: left; height: 271px; margin: 0px 10px 10px 0px; position: relative; text-align: center; width: 400px;" width="320" /></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span style="background-color: black; color: white;"><br /></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;"><span style="background-color: black; color: white;"><br /></span></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;"><span style="background-color: black; color: white;"><br /></span></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;"><span style="background-color: black; color: white;"><br /></span></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;"><span style="background-color: black; color: white;"><br /></span></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;"><span style="background-color: black; color: white;"><br /></span></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;"><span style="background-color: black; color: white;"><br /></span></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;"><span style="background-color: black; color: white;"><br /></span></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;"><span style="background-color: black; color: white;"><br /></span></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;"><span style="background-color: black; color: white;"><br /></span></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;"><span style="background-color: black; color: white;"><br /></span></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;"><span style="background-color: black; color: white;"><br /></span></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;"><span style="background-color: black; color: white;"><br /></span></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;"><span style="background-color: black; color: white;"><br /></span></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;"><span style="background-color: black; color: white;"><br /></span></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;"><span style="background-color: black; color: white;"><br /></span></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;"><i><span style="background-color: black; color: white;">(Gambar : Penduduk pergi ke pasar)</span></i></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span style="background-color: black; color: white;"><br /></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;"><span style="background-color: black; color: white;">Sumatera adalah daerah pengrajin emas. Di Fort de Kock, lereng gunung Singgalang, penduduk desa Kota Gedang mengolah semua jenis perhiasan, mereka juga membuat kain yang indah, membuat sulaman terawang, dan seni halus lainnya untuk mempercantik gadis manis di daerah indah ini.</span></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;"><span style="background-color: black; color: white;"><br /></span></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18px; text-align: justify;">
<span style="background-color: black; color: white;">Fort de Kock mempunyai ketinggian 930 M. Tinggi dan memiliki suhu yang sangat nyaman. Namun situasi kesehatan masih jauh dari sempurna, demam adalah biasa disini. Dokter Belanda banyak memberikan resep untuk nyamuk yang melayang di atas genangan sawah di sekitar kota yang membentuk rawa buatan yang besar. Dari perspektif ini, Padang Pandjang, meskipun jauh lebih rendah, jauh lebih disukai. Kecuraman dari lereng sana menghilangkan genangan air, dan berkat curah hujan yang melimpah dan teratur tidak ada variasi yang besar pada suhu. Selain nyamuk, bagaimanapun, kondisi orang Eropa di Fort de Kock dan koridor kecokelatan yang teduh menunjukkan tingkat kesehatan yang baik di sini.</span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18px; text-align: justify;">
<span style="background-color: black; color: white;"><br /></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18px; text-align: justify;">
<span style="background-color: black; color: white;">Orang Eropa sebagian besar pergi berlibur kesini, dan banyak perwira datang dan pergi dari Aceh. Ada banyak garnisun, dan mereka hidup nyaman dan sederhana, dengan kenyamanan dan gaya hidup yang efektif, seperti yang saya lihat di Jawa. Barak kecil, bangunan rendah, yang tidak memiliki kesamaan dengan reuzentabernakels kami yang menghabiskan biaya besar di Saigon, Hanoi, Dakar dan Saint Louis.</span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18px; text-align: justify;">
<span style="background-color: black; color: white;">Di sini semua orang tidak merasa tercela tinggal di rumah kecil. Sebuah rumah dengan taman di mana orang dapat berjalan ke rumah tetangga dalam tiga puluh langkah.</span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18px; text-align: justify;">
<span style="background-color: black; color: white;"><br /></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;"><span style="background-color: black; color: white;"><img alt="" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi_nCJTzgKc3KwvgFsDTkVulaytvxTjtJbSS57oZrihyp4jAD3-QPPbGLVZh3ZnBEQmHpIaQE9Wo7zPIs4DQyJg7Iv4IxW3QR-AxGDTpPc0W-sLQGSq3g85lYrkWEPiXArtrkTg5_xRh-w/s320/rumah+dinas+petugas+1904.jpg" height="291" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5612388936596638626" style="border-style: none; float: left; height: 364px; margin: 0px 10px 10px 0px; position: relative; width: 400px;" width="320" /></span></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;"><span style="background-color: black; color: white;"><br /></span></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;"><span style="background-color: black; color: white;"><br /></span></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;"><span style="background-color: black; color: white;"><br /></span></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;"><span style="background-color: black; color: white;"><br /></span></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;"><span style="background-color: black; color: white;"><br /></span></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;"><span style="background-color: black; color: white;"><br /></span></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;"><span style="background-color: black; color: white;"><br /></span></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;"><span style="background-color: black; color: white;"><br /></span></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;"><span style="background-color: black; color: white;"><br /></span></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;"><span style="background-color: black; color: white;"><br /></span></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;"><span style="background-color: black; color: white;"><br /></span></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;"><span style="background-color: black; color: white;"><br /></span></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;"><span style="background-color: black; color: white;"><br /></span></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;"><span style="background-color: black; color: white;"><br /></span></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;"><span style="background-color: black; color: white;"><br /></span></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;"><span style="background-color: black; color: white;"><br /></span></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;"><span style="background-color: black; color: white;"><br /></span></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;"><span style="background-color: black; color: white;"><br /></span></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;"><span style="background-color: black; color: white;"><br /></span></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;"><span style="background-color: black; color: white;"><br /></span></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;"><span style="background-color: black; color: white;"><br /></span></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18px; text-align: justify;">
<i><span style="background-color: black; color: white;">(Gambar : Rumah perwira di Fort de Kock)</span></i></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span style="background-color: black; color: white;"><br /></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;"><span style="background-color: black; color: white;">Di luar hampir tidak ada apa-apa, dan tidak ada alasan untuk membangun sesuatu disana. Di Hindia Belanda barak menempati wilayah besar, mereka tidak di dalam kota, seperti di Saigon atau Hanoi, tetapi di luar. Bangunan biasanya dibuat di lereng landai, yang berdrainase baik dan dibedah oleh parit-parit yang dalam dari semen, yang masih banyak mengalir air. Ada taman bunga besar, banyak pohon dan udara segar, paviliun dan di belakang masing-masing rumah memiliki kamar mandi kecil dalam jumlah yang cukup. Kotak-kotak ini begitu kecil. Tidak ada rumah yang memiliki ruang dengan dinding bercat putih, , betapapun kecilnya, di mana terdapat sebuah bak mandi dengan air jernih, untuk mandi berendam.</span></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;"><span style="background-color: black; color: white;"><br /></span></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18px; text-align: justify;">
<span style="background-color: black; color: white;">Di luar barak ada klub para bintara dan prajurit. Para perwira juga pergi ke Club, Harmony, dimana pegawai negeri juga menjadi anggota, tetapi para prajurit memiliki lingkungan mereka sendiri. Mereka memiliki ruangan membaca dan permainan, lapangan untuk permainan bola dan tennis, dan yang mungkin dapat menjelaskan bahwa situasi kesehatan di Hindia Belanda lebih baik daripada di Indo-China.</span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18px; text-align: justify;">
<span style="background-color: black; color: white;"><br /></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;"><span style="background-color: black; color: white;">Pada malam hari, para tentara kelihatan tampan berseragam coklat, dengan menggandeng atau memeluk pinggang seorang gadis. Di barak, para wanita bebas menemui pasangannya, dan ada dapur terpisahnya, dimana masing-masing menyiapkan hidangan untuk pasangannya tersebut. Area tidur dipisahkan menjadi dua, untuk bujangan dan keluarga. Para perwira yang membawa saya berkeliling, memuji kebebasan yang mereka dapatkan, yang mereka anggap sangat diperlukan untuk menghapus kerinduan pada rumah dan semua hal-hal sedih lain, dan saya pikir mereka benar.</span></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span style="background-color: black; color: white;"><br /></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span style="background-color: black; color: white;"><span class="Apple-style-span" style="clear: left; display: inline; float: none; line-height: 18px; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiYtZovpmuavPu9Y-w6ORV3cp4kHtJXRjOTqp6BcD7vY8KVam93q8RZxY5953fmrg7cBLAZnotu7DQBGAxr7zt3xNx66X3RZM7mnnCM6IjcsFXws2-6kRRZnOVjraEyQo3yRtngaEPN8TQ/s320/kamar+di+barak+di+bkt+1904.jpg" height="281" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5612389168809618450" style="border-style: none; float: right; height: 352px; margin: 0px 0px 10px 10px; position: relative; text-align: center; width: 400px;" width="320" /></span><span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;"> </span></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;"><span style="background-color: black; color: white;"><br /></span></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;"><span style="background-color: black; color: white;"><br /></span></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;"><span style="background-color: black; color: white;"><br /></span></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;"><span style="background-color: black; color: white;"><br /></span></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;"><span style="background-color: black; color: white;"><br /></span></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;"><span style="background-color: black; color: white;"><br /></span></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;"><span style="background-color: black; color: white;"><br /></span></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;"><span style="background-color: black; color: white;"><br /></span></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;"><span style="background-color: black; color: white;"><br /></span></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;"><span style="background-color: black; color: white;"><br /></span></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;"><span style="background-color: black; color: white;"><br /></span></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;"><span style="background-color: black; color: white;"><br /></span></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;"><span style="background-color: black; color: white;"><br /></span></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;"><span style="background-color: black; color: white;"><br /></span></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;"><span style="background-color: black; color: white;"><br /></span></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;"><span style="background-color: black; color: white;"><br /></span></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;"><span style="background-color: black; color: white;"><br /></span></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;"><span style="background-color: black; color: white;"><br /></span></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;"><span style="background-color: black; color: white;"><br /></span></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;"><span style="background-color: black; color: white;"><br /></span></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18px; text-align: justify;">
<i><span style="background-color: black; color: white;">(Gambar : Kamar di dalam barak tentara di Fort de Kock)</span></i></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span style="background-color: black; color: white;"><br /></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;"><span style="background-color: black; color: white;">Bukan berarti sistem seperti itu dapat diterapkan pada seluruh koloni. Harus juga memperhitungkan karakter dan temperamen. Orang Belanda di sini senang dengan kehidupan yang tenang dan monoton. Di Fort de Kock, di Batavia dan di tempat lain ada sedikit perbedaan. Namun lingkungan disini indah. Kami suka itu. Kami akan mengunjungi danau Manindjoe dan kawah gunung Merapi.</span></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span style="background-color: black;"><span style="color: white;"><span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;"><br /></span>
</span></span><br />
<div style="line-height: 18px;">
<span style="background-color: black; color: white;">Kami pergi dengan mengendarai kuda, pagi pada tanggal 22 April. Ketika pertama kali meninggalkan kota kami turun ke jurang yang dalam, yang mengalir anak sungai dari Masang, Si Anoq. Sungai berliku dengan kedalaman antara 2 M-300 M. Lembah yang luas, dikelilingi oleh dinding putih, yang curam dengan kedalaman 100 M. Lembah ini disebut Karbouwengat. Kami mengarungi sungai ke hulu dan mengikuti tepi sampai bertemu dengan sungai lain. Kabut pagi membuat batu berwarna terang dengan pegunungan yang tajam dan bentuk terpahat memberi kesan yang mendalam. Setiap jejak air ke dalam batu pasir yang lembut memiliki alur dalam, di mana banyak tanaman tumbuh. Di sana-sini blok terpisah, dimahkotai dengan pohon-pohon.</span></div>
<div style="line-height: 18px;">
<span style="background-color: black; color: white;"><br /></span></div>
<div style="line-height: 18px;">
<span style="background-color: black; color: white;">Di atas dataran tinggi kami melihat ke arah ngarai, sempit berkelok-kelok, karena ada begitu banyak di sini. Mereka membentuk tanjung dan pulau-pulau, dataran hijau tempat kerbau digembalakan. Kami segera turun ke dalam lembah Masang. Bambu dan semak yang menunjukkan tempat dimana sering dilewati, sekarang rata dengan tanah karena banyak hujan.</span></div>
<div style="line-height: 18px;">
<span style="background-color: black; color: white;"><br /></span></div>
<span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;"><span style="background-color: black; color: white;">Di desa pasangrahan Matoea kami meninggalkan barang-barang kami. Pengawas laki-laki pribumi telah menunggu kami, dia telah menyewa kuda segar dan setelah istirahat beberapa menit, kami melanjutkan perjalanan. Daerah ini menawan. Kanan dan kiri jalan tanah naik secara bertahap, dan ada gundukan bulat di atas dengan kanopi hutan. Kampung terdiri dari deretan rumah sepanjang sawah, dan di mana-mana kita melihat atap dengan ujung runcing, sehingga tampak akan terbang segera. Belakang punggung bukit nampak tidak teratur, mendekati cakrawala, kabut naik dan menyebar ke semua sisi. Kami masih berada di ketinggian, saat tampak seolah-olah tujuan menghilang di depan kami, dan tiba-tiba tenggelam dan kemudian tanah di bawah kaki juga menghilang, kami melihatnya. Danau Manindjoe.</span></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span style="background-color: black;"><span style="color: white;"><span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;"><br /></span>
</span></span><br />
<div style="line-height: 18px;">
<span style="background-color: black; color: white;">Lingkaran danau yang tenang, adalah sebuah kawah kuno berdimensi raksasa. Danau itu sendiri memiliki panjang 16 KM dan lebar 8 mil. Sekitar pantai, air mengikis tebing, dengan ketinggian antara 11 M-1200 M. Tinggi di atas tepi danau. Jalan di mana kami lewat dan seolah-olah akan jatuh tadi berada 700 M di atas danau. Lereng ke sisi danau sangat terjal dengan jurang dan jalan yang berkelok-kelok mengitari pegunungan, di mana sawah bertingkat-tingkat, dengan taman di sekitarnya.</span></div>
<span style="background-color: black; color: white;"><span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;"><br /></span><br /><img alt="" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhKQW2RKNUVe6N1tAXlrcSELGS2nzFO-S69ycXMBJhkA77Szhqmde8BaCifLipryc5l_VgP4TR2GjZiWKWvPz2RnHIPR-3t4oTMJyOzvrRaCaHHWdCdAdXwo4EncHIvoei5fqlrIYI8a0Q/s400/maninjau+1904.jpg" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5612389460669619186" style="border-style: none; display: block; height: 231px; margin: 0px auto 10px; position: relative; width: 400px;" /><i><span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;">(Gambar : Danau Manindjoe)</span></i></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span style="background-color: black;"><span style="color: white;"><span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;"><i><br /></i></span>
</span></span><br />
<div style="line-height: 18px;">
<span style="background-color: black; color: white;">Yang tidak menggembirakan adalah langit gelap dan mengancam. Di sekitar danau berkabut tebal. Ketika melihat ke selatan hanya terlihat dinding hitam, naik di atas air, di mana kabut putih pucat merayap. Sesekali petir menerangi dinding ngarai, dan terbayang adegan mengerikan saat aliran lava pijar datang bergelombang dulunya. Sinar itu menerangi sawah yang berwarna emas pucat, kebun kelapa, atap besi dan kayu, dan kami terus berlanjut mendekati permukiman. Kami dengan cepat menurun ke bawah, memotong jalan tanah licin, kuda kami gesit dan cepat seperti kambing. Tidak ada angin, kami hanya melihat sedikit riak di permukaan air, di atas kabut menggantung, lalu tiba-tiba beberapa tetes air mulai jatuh. Kami berada di hutan di ngarai yang sempit,tiba-tiba hujan lebat, membuat kami basah kuyup sampai di Manindjoe.</span></div>
<div style="line-height: 18px;">
<span style="background-color: black; color: white;"><br /></span></div>
<div style="line-height: 18px;">
<span style="background-color: black; color: white;">Auditor Manindjoe telah diberitahu sebelum kedatangan kami. Kebaikan luar biasa dari penerimaan nya membuat kami segera melupakan pengalaman yang tidak menyenangkan tadi, dan saat kami menyesal bahwa kami hanya sedikit menyaksikan pemandangan yang indah karena kabut, dia mengajak kami untuk melanjutkan pada sisa hari. Saat matahari muncul lagi, langit cerah, dan kami jadi lebih dapat melihat dengan cara yang berbeda. Kami menerima tawaran agar seorang pelayan dikirim ke Matoea untuk mengambil barang-barang. Kami menghabiskan sore yang menyenangkan. Hujan telah berhenti. Kami berdayung di danau. Air, bergerak dalam membuat jurang di antara perahu.</span></div>
<div style="line-height: 18px;">
<span style="background-color: black; color: white;"><br /></span></div>
<div style="line-height: 18px;">
<span style="background-color: black; color: white;">Malam jatuh, malam yang indah dan hening, garis-garis warna merah dalam kabut abu-abu membuat suasana seperti di surga. Tidur nyenyak tanpa terganggu oleh apa-apa, tidak ada angin, tidak ada tangisan, dan hanya beberapa lampu malu-malu bersinar sepanjang tepian, di bawah pohon palem tinggi.</span></div>
<div style="line-height: 18px;">
<span style="background-color: black; color: white;">Keesokan paginya saat fajar kami meninggalkan Manindjoe dengan rasa sedih. Inilah surga tempat dimana orang-orang bisa hidup dengan tenang , dengan udara yang lembut dan indah! Tidak ada tempat di dunia ini yang pernah saya rasakan begitu memberi kedamaian dan kebahagiaan.</span></div>
<div style="line-height: 18px;">
<span style="background-color: black; color: white;"><br /></span></div>
<div style="line-height: 18px;">
<i><span style="background-color: black; color: white;">(Fakta menarik :</span></i></div>
<div style="line-height: 18px;">
<i><span style="background-color: black; color: white;">1. Memang sudah kodratnya bahwa kaum ibu itu kalau ke pasar selalu full asesoris. Sejak jaman dulu ternyata....:)</span></i></div>
<div style="line-height: 18px;">
<i><span style="background-color: black; color: white;">2. Koto Gadang sudah terkenal sebagai daerah produsen perhiasan dan sulaman.</span></i></div>
<div style="line-height: 18px;">
<i><span style="background-color: black; color: white;">3. Meskipun banyak nyamuk, tapi orang-orang Belanda di Bukittinggi sehat-sehat.</span></i></div>
<div style="line-height: 18px;">
<span style="background-color: black; color: white;"><i>4. Bukittinggi sudah jadi lokasi berlibur bagi orang-orang Belanda, terutama dari Aceh. Ini tentu karena di Aceh waktu itu masih perang </i>basosoh<i>. Jadi refreshing itu perlu untuk yang baru pulang dari front pertempuran.</i></span></div>
<div style="line-height: 18px;">
<i><span style="background-color: black; color: white;">5. Lokasi garnisun di Bukittinggi (lapangan kantin sekarang) berada di luar kota.</span></i></div>
<div style="line-height: 18px;">
<i><span style="background-color: black; color: white;">6. Rumah perwira dianggap terlalu kecil di mata orang Belanda. Juga kamar mandinya, yang tidak pakai bath-tub. Meski demikian, toh mereka enjoy-enjoy saja....</span></i></div>
<div style="line-height: 18px;">
<i><span style="background-color: black; color: white;">7. Para prajurit dan para perwira memiliki club atau tempat ngumpul yang berbeda. Disana mereka membaca dan main bola atau tenis.</span></i></div>
<div style="line-height: 18px;">
<i><span style="background-color: black; color: white;">8. Para tentara bebas membawa wanita ke dalam barak. Katanya obat kangen kampung halaman....</span></i></div>
<div style="line-height: 18px;">
<i><span style="background-color: black; color: white;">9. Perjalanan ke danau Maninjau dilakukan lewat bawah ngarai Sianok dan naik lagi menjelang Matur. Jadi bukan lewat jalan umum. Ini yang menyebabkan pemandangannya menjadi menakjubkan.</span></i></div>
<div style="line-height: 18px;">
<span style="background-color: black; color: white;"><i>10. Deskripsi tentang danau Maninjau, kabutnya, awan mendung dan hujannya serta suasananya sungguh detail dan luar biasa. Sampai sekarang Maninjau masih seperti itu.....)</i><br /><br /><span class="Apple-style-span" style="line-height: normal;"><i style="line-height: 18px;">Bagi yang belum membaca Bagian keempat silakan</i><i> <b><a href="http://coretananakminang.blogspot.com/2014/04/van-batavia-naar-atjeh-1904-bagian-iv.html">klik disini</a></b></i><i style="line-height: 18px;">)</i></span></span></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/16870304953850230049noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4189939127238540960.post-71486810437586920712014-03-26T06:24:00.000+07:002014-04-01T00:16:54.641+07:00Cara Membuat Asam Padeh Daging atau Ikan<div class="separator" style="clear: both; font-family: Arial, serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: left;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhT3j7_ySE8Bjnpf-Wzx5_1Ovnk8-DhLV3w83iJjQmRtYr1fLLbwn2f1Z0UOsLqNP5umldMsLSm_nepD2rkEyT6KlO2N-lE_G1z-4ZxufuX30W1Ecr1mmN5stsrPNSDykDdqb4-asAZ0JLw/s1600/Oma056.jpg" imageanchor="1" style="cursor: url(http://cur.cursors-4u.net/cursors/cur-1/cur1.ani), url(http://cur.cursors-4u.net/cursors/cur-1/cur1.png), progress !important; margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><span style="background-color: black; color: #999999;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhT3j7_ySE8Bjnpf-Wzx5_1Ovnk8-DhLV3w83iJjQmRtYr1fLLbwn2f1Z0UOsLqNP5umldMsLSm_nepD2rkEyT6KlO2N-lE_G1z-4ZxufuX30W1Ecr1mmN5stsrPNSDykDdqb4-asAZ0JLw/s1600/Oma056.jpg" style="border: 0px solid rgb(204, 204, 204); padding-top: 4px;" /></span></a></div>
<div style="font-family: Arial, serif; line-height: 18.200000762939453px;">
</div>
<div style="font-family: Arial, serif; line-height: 18.200000762939453px;">
</div>
<div class="fullpost" style="font-family: Arial, serif; line-height: 18.200000762939453px;">
</div>
<div class="fullpost" style="font-family: Arial, serif; line-height: 18.200000762939453px;">
</div>
<div class="fullpost" style="font-family: Arial, serif; line-height: 18.200000762939453px;">
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt;">
<div style="text-align: left;">
<span style="background-color: black;"><span style="color: #999999;"><br /></span></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">
<div style="text-align: left;">
<span style="background-color: black; color: #999999;">Untuk porsi sedang</span></div>
</div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; margin-left: 36pt;">
<div style="text-align: left;">
<span style="background-color: black; color: #999999;">Bagi yang tidak suka daging ganti dengan IKAN dengan bumbu dan cara memasak yang sama.</span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; margin-left: 36pt;">
<div style="text-align: left;">
<span style="background-color: black; color: #999999;"><br /></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; margin-left: 36pt;">
<div style="text-align: left;">
<b style="background-color: black;"><span style="color: #999999;">Bahan :</span></b></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; margin-left: 108pt; text-indent: -18pt;">
<div style="text-align: left;">
<span style="background-color: black; color: #999999;">a. Daging Sapi, 500 gram. Dipotong-potong berbentuk segi empat (kotak-kotak)</span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; margin-left: 108pt; text-indent: -18pt;">
<div style="text-align: left;">
<span style="background-color: black; color: #999999;">b. Kentang, 250 gram. Dipotong-potong </span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; margin-left: 108pt; text-indent: -18pt;">
<div style="text-align: left;">
<span style="background-color: black; color: #999999;"><br /></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; text-indent: 36pt;">
<div style="text-align: left;">
<b style="background-color: black;"><span style="color: #999999;">Bumbu :</span></b></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; margin-left: 90pt; text-indent: -18pt;">
<div style="text-align: left;">
<span style="background-color: black; color: #999999;"><b>1. </b>Cabe merah besar 7 buah</span></div>
<div style="text-align: left;">
<b style="background-color: black; text-indent: -18pt;"><span style="color: #999999;">2. </span></b><span style="background-color: black; color: #999999; text-indent: -18pt;">Cabe rawit merah 3 buah</span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; margin-left: 90pt; text-indent: -18pt;">
<div style="text-align: left;">
<span style="background-color: black; color: #999999;"><b>3. </b>Bawang putih 4 siung</span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; margin-left: 90pt; text-indent: -18pt;">
<div style="text-align: left;">
<span style="background-color: black; color: #999999;"><b>4. </b>Bawang merah 6 buah</span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; margin-left: 90pt; text-indent: -18pt;">
<div style="text-align: left;">
<span style="background-color: black; color: #999999;"><b>5. </b>Jahe sebesar ibu jari</span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; margin-left: 90pt; text-indent: -18pt;">
<div style="text-align: left;">
<span style="background-color: black; color: #999999;"><b>6. </b>Tomat merah 2 buah</span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; margin-left: 90pt; text-indent: -18pt;">
<div style="text-align: left;">
<span style="background-color: black; color: #999999;"><b>7. </b>Kemiri 3 buah</span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; margin-left: 90pt; text-indent: -18pt;">
<div style="text-align: left;">
<span style="background-color: black; color: #999999;"><b>8. </b>Asam kandis, 2 buah</span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; margin-left: 90pt; text-indent: -18pt;">
<div style="text-align: left;">
<span style="background-color: black; color: #999999;"><b>9. </b>Langkuas, sebesar ibu jari</span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; margin-left: 90pt; text-indent: -18pt;">
<div style="text-align: left;">
<span style="background-color: black; color: #999999;"><b>10. </b>Serei, 1 batang</span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; margin-left: 90pt; text-indent: -18pt;">
<div style="text-align: left;">
<span style="background-color: black; color: #999999;"><b>11. </b>Daun jeruk purut 2 lembar</span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; margin-left: 90pt; text-indent: -18pt;">
<div style="text-align: left;">
<span style="background-color: black; color: #999999;"><b>12. </b>Daun kunyit, 1 lembar</span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; margin-left: 90pt; text-indent: -18pt;">
<div style="text-align: left;">
<span style="background-color: black; color: #999999;"><b>13. </b>Garam secukupnya</span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; margin-left: 90pt;">
<div style="text-align: left;">
<span style="background-color: black; color: #999999;">Catatan :</span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; margin-left: 126pt; text-indent: -18pt;">
<div style="text-align: left;">
<span style="background-color: black; color: #999999;">· Daging dan kentang dipotong2</span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; margin-left: 126pt; text-indent: -18pt;">
<div style="text-align: left;">
<span style="background-color: black; color: #999999;">· Bumbu yang dihaluskan: cabe merah, cabe rawit, bawang putih, bawang merah, jahe, langkuas dan kemiri.</span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; margin-left: 126pt; text-indent: -18pt;">
<div style="text-align: left;">
<span style="background-color: black; color: #999999;">· Tomat diiris-iris setebal 3 mm.</span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; margin-left: 126pt; text-indent: -18pt;">
<div style="text-align: left;">
<span style="background-color: black; color: #999999;"><br /></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; margin-left: 72pt;">
<span style="background-color: black; color: #999999;"><b></b></span></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; margin-left: 72pt;">
<span style="background-color: black; color: #999999;"><b></b></span></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; margin-left: 36pt;">
<div style="text-align: left;">
<b style="background-color: black;"><span style="color: #999999;">Cara Memasak</span></b></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; margin-left: 54pt; text-indent: -18pt;">
<div style="text-align: left;">
<span style="background-color: black; color: #999999;">1. Masukan daging ke dalam panci bersama bumbu-bumbu yang dihaluskan</span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; margin-left: 54pt; text-indent: -18pt;">
<div style="text-align: left;">
<span style="background-color: black; color: #999999;">2. Selanjutnya masukan serai, daun kunyit, daun jeruk dan tomat yang sudah diris-iris.</span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; margin-left: 54pt; text-indent: -18pt;">
<div style="text-align: left;">
<span style="background-color: black; color: #999999;">3. Agar daging cepat empuk, pancinya ditutup waktu memasak.</span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; margin-left: 54pt; text-indent: -18pt;">
<div style="text-align: left;">
<span style="background-color: black; color: #999999;">4. Apabila daging setengah matang , masukan asam kandis kentang yang sudah dipotong-potong.</span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; margin-left: 54pt; text-indent: -18pt;">
<div style="text-align: left;">
<span style="background-color: black; color: #999999;">5. Apabila daging sudah empuk dan kuah sudah kental panci diangkat</span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; margin-left: 54pt; text-indent: -18pt;">
<div style="text-align: left;">
<span style="background-color: black; color: #999999;">6. Catatan : Waktu memasak apinya pelan (jangan terlalu besar) dan kalau daging sudah empuk dan kuah belum kmengental tambahkan air panas (jangan pakai air dingin, karena daging akan mengeras).</span></div>
</div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/16870304953850230049noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4189939127238540960.post-47079166092516025262014-03-25T20:20:00.000+07:002014-04-02T19:51:20.180+07:00Van Batavia Naar Atjeh (1904) - Bagian II<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span style="background-color: black;"><span style="color: #999999;"><span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;"><i>(<span style="font-weight: bold;">Pengantar</span> : Tulisan berikut adalah Bagian Kedua dari terjemahan bebas dari buku berjudul </i><b><span style="font-style: italic;">Van Batavia Naar Atjeh, Dwars Door Sumatra De Aarde en Haar Volken</span> (Dari Batavia ke Aceh, Bumi dan Rakyat Sumatera)</b> <i>yang merupakan catatan perjalanan sang pengarang, <span style="font-weight: bold;">Fransch F. Bernard</span>. Buku ini aslinya diterbitkan pada tahun 1904 dan saat ini telah didigitasi oleh </i></span><span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;"><span style="font-style: italic;">Project Gutenberg</span><i>.</i></span></span></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span style="background-color: black;"><span style="color: #999999;"><br /></span></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; font-style: italic;"><span style="color: #999999;"><br /></span></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #999999; font-style: italic; line-height: 18px;">Bagi yang belum membaca Bagian Pertama </span><span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;"><span style="background-color: black;"><span style="color: #999999;">silahkan klik </span><b><a href="http://coretananakminang.blogspot.com/2014/03/van-batavia-naar-atjeh-1904-bagian-i.html"><span style="color: red;"><i>disini</i></span></a><span style="color: #999999;">.</span></b><span style="color: #999999;"><b></b></span></span></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span style="background-color: black;"><span style="color: #999999;"><span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;"><i><br /></i></span></span></span>
<br />
<div align="center" style="line-height: 18px;">
<span style="background-color: black;"><span style="color: #999999;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiJFYt-AqhviZa1Gx1K-2lJSh9CpgAY9MK7f7Ob_VVPnmvbkhAKswGFrYXdei2a3U2tcH2XE_dznJCHfKCDcSG6DyOJvZL9g3F8pdb5C6JVC9mv3Cfkpeg7UH6q1yA_odBmmoQjNxlRfmY/s1600/mesjid+kaki+singgalang+1904.jpg" style="text-decoration: none;"><img alt="" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiJFYt-AqhviZa1Gx1K-2lJSh9CpgAY9MK7f7Ob_VVPnmvbkhAKswGFrYXdei2a3U2tcH2XE_dznJCHfKCDcSG6DyOJvZL9g3F8pdb5C6JVC9mv3Cfkpeg7UH6q1yA_odBmmoQjNxlRfmY/s400/mesjid+kaki+singgalang+1904.jpg" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5610182186228454018" style="border-style: none; border-width: 0px; cursor: pointer; display: block; height: 303px; margin: 0px auto 10px; position: relative; text-align: justify; width: 400px;" /></a><span class="Apple-style-span" style="font-style: italic;">Gambar : Mesjid dan desa di kaki Gunung Singgalang</span></span></span></div>
<div align="center" style="line-height: 18px;">
<span style="background-color: black; font-style: italic;"><span style="color: #999999;"><br /></span></span></div>
<div style="line-height: 18px;">
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black;"><span style="color: #999999;">Kami menginap di Solok dan pergi lagi pagi-pagi. Beberapa kilometer selanjutnya kami menurun sepanjang Lassi, tapi kemudian sebuah ngarai sempit membuka, dan kami melalui terowongan sepanjang 800 sd 900 M. Kami memasuki lembah Sawah Loento.</span></span></div>
<div style="line-height: 18px;">
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black;"><span style="color: #999999;"><br /></span></span></div>
<div style="line-height: 18px;">
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black;"><span style="color: #999999;">Lapisan batu bara di Sawah Loento tersebar di area permukaan yang sangat luas sepanjang lembah sungai Ombilien. Hanya bagian selatan dioperasikan. Terbagi dalam tiga lapisan paralel, yang terendah dengan ketebalan 6 sampai 8 M. Batubara diambil dari tambang, lalu ditempatkan dalam gerobak yang ditarik oleh kerbau, untuk jarak sekitar 1500 m. Kemudian dipindahkan ke gerbong, untuk dikirim ke Emmahaven.</span></span></div>
<span style="background-color: black;"><span style="color: #999999;"><span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;">Kami berjalan dengan susah payah di sepanjang jalan sempit dalam tambang. Di atas genangan lumpur hitam yang meliputi tanah, kerbau menarik kereta di atas genangan air. Mereka terlihat ketakutan dan bodoh. Dengan kepala menunduk, mereka segera kembali bergerak lambat, melangkah lebar-lebar, menumpukan berat di tanah, di atas air berlumpur.</span></span></span><br />
<div style="line-height: 18px;">
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black;"><span style="color: #999999;"><br /></span></span></div>
<div style="line-height: 18px;">
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black;"><span style="color: #999999;">Kami mengakhiri wisata tambang antara dua dinding hitam besar. Tentu saja meskipun panas gerah, kami senang ketika melihat matahari lagi. Para penambang, kebanyakan laki-laki Cina dan Melayu, masih terus melanjutkan pekerjaannya. Kebanyakan narapidana Melayu. Mereka rindu dengan matahari dan daerah dengan pemandangan yang luas. Sementara orang Cina menerima upah. Para buruh bekerja di bawah pengawasan pengawas, yang juga narapidana, tetapi kekuasaannya diakui oleh semua. Tidak sulit untuk memimpin para buruh miskin ini. Keterasingan, hukuman, dan demam telah menghancurkan kekuatan mereka, juga ketidakpedulian terhadap kebersihan. Dan hanya sesekali terjadi perkelahian, yang biasanya berakhir dengan pengadilan.</span></span></div>
<div style="line-height: 18px;">
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black;"><span style="color: #999999;"><br /></span></span></div>
<div align="left" style="line-height: 18px;">
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black;"><span style="color: #999999;">Penduduk disana semakin padat. Meskipun batubaranya berkualitas rendah, produksi dan penjualan meningkat setiap hari. Sekarang mencapai 18 000 ton per bulan dan hampir 3000 penambang bekerja di sana. Yang terakhir ini adalah pegawai negeri, dan juga mengoperasikan kereta api, sedangkan seorang insinyur bertanggung jawab untuk mengawasi seluruh pekerjaan dan kegiatan di Emmahaven. Meski Sawah Loento berjarak 156 mil dari pelabuhan, dengan tanjakan lebih dari 58 mil langsung melalui Soebangpas, tetapi dipilih rute melalui Padang Padjang sehingga nantinya dapat dibantu dengan kereta dari wilayah Fort de Kock dan Pajacombo. Setelah kunjungan kami ke tambang tersebut, kami kembali ke Solok, untuk bermalam di situ.</span></span></div>
<div align="left" style="line-height: 18px;">
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black;"><span style="color: #999999;"><br /></span></span></div>
<div align="left" style="line-height: 18px;">
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black;"><span style="color: #999999;">Solok bukanlah sebuah kota melainkan sebuah desa besar. Tanah di sekitar itu baru sedikit yang digarap, dan peradaban belum seperti di Jawa. Hewan-hewan liar masih banyak. Kami melihat harimau muda yang tertangkap dua hari sebelumnya. Dia berada di belakang di taman dalam kandang berat, dan begitu ia melihat kami, dia melompat ke arah kerangkeng dan menyambut kami dengan “ramah”nya. Rasa lapar dan obat bius tidak merubahnya menjadi tenang. Dia gugup dan ia meregangkan ototnya, matanya berapi-api dan bibir terangkat, sementara gemuruh auman membosankan dari mulut yang terbuka, dan lubang hidung bergetar dengan keinginan pada bau daging manusia hidup.</span></span></div>
<span style="background-color: black;"><span style="color: #999999;"><br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjIvflIE2QNpY49lFAFBffKAw7r5WU8ru_hQW4M3ZqWELmmGlxJWVh4EqCF7Tbqrusui7tWv2BOHCsIoUJZATP3qHRJad3a09WYWhjB5z2DKggIyvuzljKzU-AZVInFSYWam2U4ejDH3rk/s1600/desa+antara+batusangka+-+payakumbuah+1904.jpg" style="text-decoration: none;"><img alt="" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjIvflIE2QNpY49lFAFBffKAw7r5WU8ru_hQW4M3ZqWELmmGlxJWVh4EqCF7Tbqrusui7tWv2BOHCsIoUJZATP3qHRJad3a09WYWhjB5z2DKggIyvuzljKzU-AZVInFSYWam2U4ejDH3rk/s400/desa+antara+batusangka+-+payakumbuah+1904.jpg" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5610182818685825538" style="border-style: none; border-width: 0px; cursor: pointer; display: block; height: 236px; margin: 0px auto 10px; position: relative; width: 400px;" /></a><span class="Apple-style-span" style="font-style: italic;">Gambar : Desa antara Fort van der Cappelen (Batusangkar) dan Pajacombo</span></span></span><br />
<div align="center" style="line-height: 18px;">
<span style="background-color: black; font-style: italic;"><span style="color: #999999;"><br /></span></span></div>
<span style="background-color: black;"><span style="color: #999999;"><span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;">Kami menghabiskan delapan hari di Padang Bovenlanden dan sekarang siap untuk pergi lagi. Setelah perjalanan pertama kami ke Padang, kami akan tinggal disana hanya satu hari.</span></span></span><br />
<div style="line-height: 18px;">
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black;"><span style="color: #999999;"><br /></span></span></div>
<div style="line-height: 18px;">
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black;"><span style="color: #999999;">Kami menginap di Hotel Aceh. Sebuah bangunan persegi besar di panggung berdiri tegak di tengah alun-alun yang ditanami pohon. Sebuah beranda raksasa, dengan meja dan kursi goyang. Ruang makan ada di sisi lain dan koridor mengarah ke sana, menghadap ke kamar. Di kedua sisi dari gedung persegi terdapat kamar sempit panjang, di mana kita menginap. Dinding dan langit-langit terbuat dari kayu dan begitu panas, sedangkan suara-suara bisa terdengar dari satu ujung ke ujung lainnya. Tikus-tikus berjalan-jalan dan tampak tertarik pada kulit sepatu saya dan pakaian kanvas kami. Sepanjang hari itu hotel seperti mati. Jam lima baru ada gerakan. Semua orang berpakaian santai melewati tangga curam lambat-lambat dan pergi ke kamar mandi. Orang-orang mengenakan jaket putih pendek dan celana lebar kain Jawa dengan gambar hitam besar berwarna coklat atau biru. Para wanita yang terbungkus dalam sarung berwarna-warni, dalam berbagai tampilan bentuk, menuju kamar mandi.</span></span></div>
<div style="line-height: 18px;">
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black;"><span style="color: #999999;"><br /></span></span></div>
<div style="line-height: 18px;">
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black;"><span style="color: #999999;">Tapi tontonan tersebut tidak cukup untuk membuat kami bertahan di Padang, dan kami menyelesaikan persiapan untuk berangkat lagi dengan tergesa-gesa.</span></span></div>
<div style="line-height: 18px;">
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black;"><span style="color: #999999;"><br /></span></span></div>
<div style="line-height: 18px;">
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black;"><span style="color: #999999;">Kami tiba siang hari di Fort de Kock. Ia adalah ibu kota daerah atas, dan merupakan lokasi penempatan terbesar pasukan garnisun. Kota ini dibangun di tengah cekungan, dikelilingi oleh pegunungan tinggi di sebelah Barat, Selatan dan Utara. Ke arah Timur menurun ke daerah lembah Masang Sinamar dan dataran Pajacombo.</span></span></div>
<div style="line-height: 18px;">
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black;"><span style="color: #999999;">Tanahnya subur terdiri dari batu pasir yang relatif muda, lembut, dimana alur sungai mengikis mendalam, dan terutama di sebelah utara anda dapat melihat lembah besar dengan dinding curam di mana-mana. Pada awal abad ini daerah ini tertutup hutan lebatdi sisi lembah dan pegunungan, dan daerah ini lebih dari nyaman untuk perang gerilya dengan penyergapan dan pengkhianatan, yang begitu lama telah mengamuk.</span></span></div>
<div style="line-height: 18px;">
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black;"><span style="color: #999999;"><br /></span></span></div>
<div style="line-height: 18px;">
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black;"><span style="color: #999999;">Perang akhirnya selesai. Belanda telah menaklukkan. Kelompok-kelompok bangsa Minang telah mempertahankan tanah dan kepala mereka. Mereka menyatakan bahwa mereka adalah orang bebas. Mereka berbahasa Melayu, tetapi dengan nada keras. Dalam perjanjian perdamaian tidak ada kewajiban bagi mereka selain pemeliharaan jalan dan penanaman kopi. Mereka benar-benar tahu bahwa kemenangan sebenarnya ada di pihak mereka.</span></span></div>
<div style="line-height: 18px;">
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black;"><span style="color: #999999;"><br /></span></span></div>
<span style="background-color: black;"><span style="color: #999999;"><span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;">Mereka adalah petani terampil dan pedagang yang cerdas. Meskipun demikian, tidak terlihat kereta orang Cina untuk masuk ke dalam persaingan dengan mereka. Pada hari pasar terlihat garis panjang pribumi di sepanjang jalan yang sibuk.</span><span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;">Para pria memiliki kebanggaan diri, berdiri tegak dan mereka tidak menunduk ke bawah untuk merendahkan diri ketika bertemu dengan orang Eropa. Beberapa orang memegang sangkar burung di tangan dengan handuk di atasnya, . Mereka membawa burung katitiran, burung seukuran merpati, sebagai penjaga di hampir setiap rumah. Ia dipercaya membuat bisnis berhasil, melindungi keluarga dari penyakit tanaman dan kekeringan. Namun itu tidak berlangsung selamanya. Setelah empat tahun ia kehilangan semua kekuatannya, dan sampai batas waktunya tuannya akan berduka atas kematiannya. Tubuhnya diawetkan dan disimpan di atap rumah , dan sang tuan bergegas pergi ke pasar untuk membeli burung yang baru.</span><br /><span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;"><br /></span></span></span><br />
<div style="line-height: 18px;">
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black;"><span style="color: #999999;">Hari pasar selalu menjadi hari yang sibuk. Ada kerumunan, bergerak bersama-sama. Kereta, kerbau atau sapi dimanfaatkan untuk berjalan. Di antara payung cantik besar warna-warni terlihat buah, gerabah, kain kapas, perhiasan dan kue. Ada buah raksasa, yang jelek baunya tergantung di pohon-pohon, yaitu durian, dengan duri tajam sepenuhnya dengan daging buah berwarna putih krem dan memerlukan keberanianuntuk mencicipinya. Ini tampaknya merupakan kehendak alam, yang menghasilkan , buah juicy dengan daging yang lezat namun memiliki bau yang mengerikan.</span></span></div>
<div style="line-height: 18px;">
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black;"><span style="color: #999999;"><br /></span></span></div>
<span style="background-color: black;"><span style="color: #999999;"><span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;">Selain itu ada mangga. Ia adalah sesuatu yang sehalus salju dan meleleh di mulut dan dingin, dengan rasa aneh yang harum . Dan kemudian ada adalah bertandan-tandang pisang, jeruk dengan ukuran besar, kelapa dan lain-lain.</span></span></span><br />
<div style="line-height: 18px;">
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black;"><span style="color: #999999;">Para pria berjongkok di bawah pohon melihat burung Katitiran, yang dipuji-puji oleh pedagang. Perempuan menjual minuman dan potongan aneh produk yang lengket, berwarna hitam atau merah, dan mereka membuat kopi dari daun kopi, yang digantung pada potongan bambu dan yang tersebar di tanah. Paket kecil tembakau coklat dibungkus daun enau juga dijual dan dipotong kecil-kecil, tipis, yang digulung oleh perokok sebagai rokok mereka. Di jalan terlihat laki-laki berjalan dengan kera besar di belakangnya, yang patuh mendaki pohon kelapa tinggi, untuk mengambil kelapa yang sudah matang.</span></span></div>
<div style="line-height: 18px;">
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black;"><span style="color: #999999;">.....................................</span></span></div>
<div style="line-height: 18px;">
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black;"><span style="color: #999999;"><i>(</i><b><i>Fakta menarik</i></b><i>:</i></span></span></div>
<div style="line-height: 18px;">
<span style="background-color: black;"><i><span style="color: #999999;">1. Batubara dikeluarkan dari dalam tambang dengan menggunakan kereta yang ditarik oleh kerbau. Tambang yang beroperasi juga baru tambang dangkal dengan kedalam 6-8 meter.</span></i></span></div>
<div style="line-height: 18px;">
<span style="background-color: black;"><i><span style="color: #999999;">2. Ternyata selain narapidana (orang rantai istilah di Minang umumnya), di tambang batubara juga banyak bekerja orang Cina, meskipun mereka menerima upah.</span></i></span></div>
<div style="line-height: 18px;">
<span style="background-color: black;"><i><span style="color: #999999;">3. Kembali istilah Soebangpas muncul. Dimana ya?</span></i></span></div>
<div style="line-height: 18px;">
<span style="background-color: black;"><i><span style="color: #999999;">4. Solok masih merupakan desa besar dengan binatang buas yang berkeliaran.</span></i></span></div>
<div style="line-height: 18px;">
<span style="background-color: black;"><i><span style="color: #999999;">5. Fort de Kock atau Bukittinggi merupakan tempat konsentrasi pasukan garnisun Belanda terbanyak. Pasti hal ini berkaitan dengan Perang Padri.</span></i></span></div>
<div style="line-height: 18px;">
<span style="background-color: black;"><i><span style="color: #999999;">6. Di Padang ada hotel yang bernama Hotel Aceh. Agak unik juga. Yang punya orang Aceh atau bagaimana? Soalnya rasa ke-Indonesia-an kan belum tumbuh waktu itu, sehingga agak kurang lazim menggunakan atribut daerah lain di suatu daerah. Biasanya malah nama Belanda, seperti Hotel Oranje.</span></i></span></div>
<div style="line-height: 18px;">
<span style="background-color: black;"><i><span style="color: #999999;">7. Perang Padri selesai. Namun orang Minang hanya diminta memelihara jalan dan menanam kopi sebagai pihak yang "kalah". Meskipun akhirnya ada juga belasting atau pajak, bahkan sampai terjadi pemberontakan di beberapa daerah.</span></i></span></div>
<div style="line-height: 18px;">
<span style="background-color: black;"><i><span style="color: #999999;">8. Meskipun ditaklukkan Belanda, orang Minang tidak kehilangan ke-PeDe-annya. Mereka tetap egaliter. Terbukti bahwa mereka tidak menunduk atau merendahkan diri ketika berpapasan dengan orang Eropa. Nada bicaranya juga keras. Maklum, orang Sumatera, bung!</span></i></span></div>
<div style="line-height: 18px;">
<span style="background-color: black;"><i><span style="color: #999999;">9. Orang Minang diakui sebagai petani yang terampil dan pedagang yang cerdas. Bahkan orang Cina tidak berani bersaing di pasar (tradisional).</span></i></span></div>
<div style="line-height: 18px;">
<span style="background-color: black;"><i><span style="color: #999999;">10. Orang Minang suka memelihara burung Katitiran sebagai penjaga rumah. Agak diragukan juga pendapat penulis bahwa burung Katitiran bagi orang Minang dianggap sebagai "juru selamat". Karena, agak berbeda dengan orang Jawa (tradisional), memelihara burung bukan sesuatu yang wajib bagi orang Minang.</span></i></span></div>
<div style="line-height: 18px;">
<span style="background-color: black;"><i><span style="color: #999999;">11. Penulis sangat takjub dengan buah-buahan lokal seperti durian yang disebut "buah lezat berbau mengerikan" atau mangga yang disebut "selembut salju, lumer di mulut dengan bau wangi yang aneh." Alamak!</span></i></span></div>
<div style="line-height: 18px;">
<span style="background-color: black;"><i><span style="color: #999999;">12. Orang Minang minum kopi yang dibuat dari daun kopi (kawa) dan merokok daun enau. Ini tentu karena biji kopi sudah habis dikirim ke Eropa semuanya oleh Belanda...)</span></i></span></div>
<div style="line-height: 18px;">
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black;"><span style="color: #999999;">--- Untuk melanjutkan ke bagian III silakan <i><b>klik disini</b></i></span></span></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/16870304953850230049noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4189939127238540960.post-27723459722314060972014-03-25T20:17:00.000+07:002014-04-02T19:41:13.355+07:00Van Batavia Naar Atjeh (1904) - Bagian I<div class="separator" style="clear: both; font-family: Arial, serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgnrku6g3EgdfxwPajybKD5LmLdM6ibLRvqgdcJQjU-kppyjGFz-Z3dSKuvAM-vbNx5Va9I_oLsRPQW3BHHYOJd_KTQO4Q5r3vHFaPQVz6UHqAP3Egtuyzo792wxzpB8cVYlJPfW_z52vnq/s1600/kincir+air+1904.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em; text-decoration: none;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black;"><span style="color: #999999;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgnrku6g3EgdfxwPajybKD5LmLdM6ibLRvqgdcJQjU-kppyjGFz-Z3dSKuvAM-vbNx5Va9I_oLsRPQW3BHHYOJd_KTQO4Q5r3vHFaPQVz6UHqAP3Egtuyzo792wxzpB8cVYlJPfW_z52vnq/s320/kincir+air+1904.jpg" height="253" style="border-width: 0px;" width="320" /></span></span></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black;"><span style="color: #999999;"><br /></span></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; line-height: 18px;"><span style="color: #999999;"><i>(<span style="font-weight: bold;">Pengantar</span> : Tulisan berikut adalah sebuah terjemahan bebas dari buku berjudul</i><b><span style="font-style: italic;">Van Batavia Naar Atjeh, Dwars Door Sumatra De Aarde en Haar Volken</span> (Dari Batavia ke Aceh, Bumi dan Rakyat Sumatera)</b> <i>yang merupakan catatan perjalanan sang pengarang, <span style="font-weight: bold;">Fransch F. Bernard</span>. Buku ini aslinya diterbitkan pada tahun 1904 dan saat ini telah didigitasi oleh </i><span style="font-style: italic;">Project Gutenberg</span><i>.</i><i><br />Buku ini menjadi menarik karena gaya bahasanya cukup detail dan dilengkapi dengan foto-foto.<br />Terjemahan ini hanya mengambil bagian yang meliput Ranah Minang. </i><span style="font-style: italic;">Tips membaca</span><i> : resapi kata demi kata dan bayangkan.... Masa lalu memang selalu terlihat lebih romantis! :) )</i></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px;">
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="background-color: black;"><span style="color: #999999;">..............</span></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px;">
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="background-color: black;"><span style="color: #999999;">Mendekati Padang, kapal cukup dekat sepanjang pantai. Pegunungan indah muncul dan semakin dekat kami ke Padang, semakin sempit pantai, di mana desa-desa dihiasi dengan kebun hijau. Bukit Barisan muncul seperti dinding tinggi yang naik dari laut. Ia berubah dari curam, batu merah, tertutup dengan warna hijau dan tiba-tiba turun ke dalam gelombang. Di sela-sela pegunungan muncul sebuah teluk melengkung biru dengan semenanjung berpasir dan laguna yang tenang, pohon-pohon palem bergoyang di tiup angin, dan daun halus berkilau dibawah Matahari mengubah nada dalam lanskap dari biru laut ke biru langit.</span></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px;">
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="background-color: black;"><span style="color: #999999;"><br /></span></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px;">
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="background-color: black;"><span style="color: #999999;">Pertama-tama terlihat bambu dan pohon kelapa, pohon-pohon besar dengan dedaunan gelap dan potongan besar bayangan misterius,membentuk tirai dengan menyebar warna ungu. Tempat ini terlihat indah, dan keindahan alam yang luar biasa sangat menarik orang-orang Eropa. Alam yang terlihat memberikan sebuah sihir tak tertahankan. Saya bisa membayangkan bahwa dengan kondisi ini seorang penyair akan berada dalam keadaan terus-menerus berkontemplasi.</span></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px;">
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="background-color: black;"><span style="color: #999999;"><br /></span></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: black;"><span style="color: #999999;"><span lang="IN">Kami tidak mendarat di Padang, tetapi di Emmahaven di sebuah teluk melingkar besar ke Selatan dan terbuka ke Barat yang dilindungi oleh pegunungan. Di tempat ini beberapa tahun yang lalu tidak terdapat apa-apa selain rawa akar pohon dan pohon pandan. Bintik-bintik kuning dan putih terang terlihat di lereng, yang merupakan tambang, dan berlubang ke arah utara yang disebabkan oleh rel kereta api. Sebuah bangunan tinggi dari besi bersilangan dengan garis-garis tajam melawan langit di atas laut dan mengeluarkan lengan panjang seperti sebuah timbangan raksasa. Dari sana, gerbong ditarik oleh lokomotif kecil, dan lengan panjang yang terbuat dari logam mengisi kapal dengan</span><span lang="IN"> zat padat hitam,</span><span lang="IN">batubara.</span></span></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px;">
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="background-color: black;"><span style="color: #999999;"><br /></span></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px;">
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="background-color: black;"><span style="color: #999999;">Beberapa menit kemudian, kereta api telah membawa kami ke Padang. Apakah ini sebuah kota? Tentu, dan masih yang terbesar di Sumatera, tapi sungguh berbeda dari biasa. Seperti Batavia, penuh dengan taman dan jalan. Rumah-rumah terbuat dari kayu, di atas tiang dan beratap jerami. Tapi terasa nyaman dan tidak terlalu panas. Udara lewat secara bebas di antara atap yang tinggi, matahari dihalangi dengan kanopi, sehingga tidak terlalu silau di tanah yang berlapis rumput tebal.</span></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px;">
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="background-color: black;"><span style="color: #999999;"><br /></span></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px;">
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="background-color: black;"><span style="color: #999999;">Sungai tidak begitu dalam sepanjang Kampung Cina,tapi kapal-kapal kecil dapat melayarinya. Mereka membawa buah, kayu dan ikan. Mereka juga berlayar ke laut sepanjang pantai , sedangkan kapal yang sangat sarat muatan berlabuh di hilir sungai. Sebuah bukit kecil di pantai, Gunung Monyet, yang di mulut sungainya banyak kapal menari di atas ombak.</span></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px;">
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="background-color: black;"><span style="color: #999999;"><br /></span></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px;">
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="background-color: black;"><span style="color: #999999;">Tanggal 16 April kami menuju Padang Bovenlanden. Ada dua jalan menuju kesana, ke Timur menuju Soebangpas dan Danau Singkarak, dan yang lain menyusur di sepanjang pantai, kemudian mengikuti lembah Anai dan berakhir di Padang-Pandjang. Kereta api mengikuti rute kedua dan kami mengambil rute ini.</span></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px;">
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="background-color: black;"><span style="color: #999999;"><br /></span></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px;">
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="background-color: black;"><span style="color: #999999;">Pertama kami berjalan sepanjang 40 mil di daerah datar, di mana sungai besar, sungai, laut ada di dekatnya, dan kita bisa melihatnya di antara tirai tebal pepohonan. Tak lama kita tiba di sepanjang tebing tinggi dan gelap. Desa-desa semua berada dekat dengan sungai, dan hamparan sawah datar yang dipenuhi padi. Seperti pada hari kedatangan kami, kami bahagia dengan keanekaragaman vegetasi. Ada berbagai bentuk dan warna.</span></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px;">
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="background-color: black;"><span style="color: #999999;">Daun-daun ramping, lincah dan elegan dari batang kelapa bergantian dengan sagu, palem, dan bambu. Diantara pepohonan pisang Anda bisa melihat ratusan pohon tak dikenal dengan daun terang atau gelap, kusam dan mengkilap, besar dan kecil. Saat hutan menempel pada lereng , daun dan batang Colossi raksasa dengan akar tertanam di batuan, seprti kepiting aneh yang sedang menggenggam, dan tanaman merambat, menggantung seperti karangan bunga.</span></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px;">
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="background-color: black;"><span style="color: #999999;"><br /></span></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px;">
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="background-color: black;"><span style="color: #999999;">Di kaki batuan terdapat rawa dan tanaman air pakis dan lumut, ranting dan batang dengan nuansa pucat menyebar, sementara anggrek hidup di lapisan kulit mereka. Banyak parasit terlihat, setiap tanaman memiliki tanaman parasit sendiri, masing-masing adalah perawat bagi yang lain.</span></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px;">
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="background-color: black;"><span style="color: #999999;"><br /></span></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px;">
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="background-color: black;"><span style="color: #999999;">Lembah Anei memilik jalan, dan kereta api melewati lembah tersebut. Terletak antara Kajoetanam dan air terjun. Kereta api memotong ketinggian, dan lokomotif berasap dan meraung keras. Lokomotif berada di belakang di kereta, mendorong ke depan, dan kami dapat melihat jalan berliku di depan kami. Sungai berbelok dari satu sisi ke sisi lain melalui lembah sempit, air terang berkilau membelai batuan dan menyatu dengan musik merdu dengan akar, sampai tiba-tiba ketika ada hambatan yang datang di jalannya, meloncat tinggi. Air terjun jatuh ke batuan, tiga puluh atau empat puluh kaki di atas kepala kami, dan angin mengirimi kami partikel air. Kereta api beberapa kali berada di atas sungai, terlihat di bawah busa putih, dan setiap belokan terlihat pemandangan yang indah. Stasiun pertama di ngarai terdiri dari dua atau tiga cottage di antara pohon palem dan pisang.Perhentian lain berada antara tembok tinggi dan tertutup dalam sebuah lubang, dan seperti satu keajaiban muncul secara tiba-tiba. Kemudian ada jembatan dan terowongan kecil dan gemuruh sungai dan kusut-masai pohon.</span></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px;">
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="background-color: black;"><span style="color: #999999;"><br /></span></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px;">
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="background-color: black;"><span style="color: #999999;">Di sana-sini jejak dari kemarahan Anai masih terlihat. Reruntuhan dan sisa-sisa jembatan di dalam sungai yang liar. Satu tahun setelah peresmian rute ini terjadi banjir dengan tiba-tiba dan memerlukan perbaikan total sebesar £ 600.000. Saya telah melihat di Padang photografieën foto-foto yang diambil pada pagi hari setelah bencana. Sangat menakutkan bagi setiap insinyur Eropa. Jalan tersapu ratusan meter, tebing di bawah jalan longsor ke arah sungai. Rel dan bantalan bengkok atau bahkan tergantung di atas jurang. Stasiun kereta api dan jembatan rusak. Dengan sangat segera pekerjaan perbaikan dimulai.</span></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px;">
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="background-color: black;"><span style="color: #999999;"><br /></span></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px;">
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="background-color: black;"><span style="color: #999999;">Kami berjalan perlahan melalui ngarai. Dari Kajoetanam ke Padang-Pandjang hanya 15 mil jauhnya, tapi jalan naik 640 meter bahkan pada bahwa jarak yang pendek. Cuaca menjadi dingin, dan keluar dari hutan kami bisa melihat desa-desa. Kami melewati sebuah jembatan tinggi dengan lengkungan dan lereng yang kurang curam, terlihat tanaman berbaris-baris dan kami sudah berada di Padang Pandjang.</span></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px;">
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="background-color: black;"><span style="color: #999999;"><br /></span></span></div>
</div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black;"><span style="color: #999999;">Ini adalah sebuah kota di punggung bukit sempit, yang justru merupakan lembah antara dua lereng Sumatera. Singkatnya, kita tidak lebih dari 30 mil dari pantai dan berada di tepi dataran tinggi. Sebenarnya, nama “dataran” di sini salah. Daerah ketinggian ini memiliki permukaan tidak teratur, sangat bergelombang dan dipotong oleh lembah dan puncak tinggi yang naik di sampingnya. Tiga gunung-gunung tinggi yang indah di Padang Pandjang, yaitu Tandekat dan Singgalang di Barat, Merapi di Timur Laut. Iklim di tempat ini sempurna jika tidak begitu banyak hujan. Pagi hari yang sangat bagus, tetapi perlu waktu sampai jam sembilan untuk menyingkirkan kabut. Mereka merayap menaiki lereng gunung dan secara bertahap menyerap semua yang kami sebelumnya terlihat berkilauan di kejauhan. Awan menjadi lebih berat, dan segera turun hujan di siang hari. Tidak begitu lama, tapi matahari tidak muncul lagi, dan terlihat abu-abu terang dengan bentuk bulat dan membosankan. Saya hampir lupa bahwa saya berada di Sumatera jika aku tidak melihat pohon palem dan bambu dan rumah-rumah Melayu dengan atap rumah mereka yang begitu khas.</span></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span style="background-color: black;"><span style="color: #999999;"><br /></span></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black;"><span style="color: #999999;">Rumah-rumah berada di tiang tinggi, dibuat dari kayu dan bambu, dan setiap titik meruncing sampai ujung-ujungnya, seperti haluan dan buritan kapal. Mereka dimahkotai dengan atap melengkung, dua tinggi, titik yang tajam diarahkan ke langit sebagai tanduk raksasa. Pada jendela depan yang tanpa penutup, dan sebelum pintu merupakan tempat berteduh kecil, terbuat pada kayu. Dinding putih dan warna hitam atau merah dan gambar kasar diplester dengan ornamen, potongan dekorasi kaca atau tembaga. Di setiap sisi bangunan utama yang lebih rendah, simetris saling berhadapan dan semua dibangun dengan cara yang sama, sementara atap yang lebih rendah di bawah yang lain. Di dekatnya juga lumbung beras, yang merupakan bangunan persegi kecil berbentuk panggung dan dengan atap sama dengan rumah-rumah.</span></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span style="background-color: black;"><span style="color: #999999;"><br /></span></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black;"><span style="color: #999999;">Di Padang Pandjang harus diakui bahwa seluruh rumah-rumah bagus. Kami hanya memiliki beberapa jam waktu berhenti. Jalan terus mendaki sampai 1154 m., untuk menuju ke celah yang memisahkan Singgalang dan Merapi. Di sebelah kanan kami, turun dengan cepat, pemandangan Danau Singkarak yang dikelilingi oleh kabut.</span></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span style="background-color: black;"><span style="color: #999999;"><br /></span></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black;"><span style="color: #999999;">Dari Kota Baru kami kembali turun ke arah Fort de Kock, yang akan dicapai pada jam lima. Hari hujan dan kami menginap di hotel. Hal ini sebaiknya tidak dialami. Bahkan kamar paling bagus sekarang diduduki oleh tikus. Sepanjang malam binatang ini membuat pemandangan seperti di neraka. Gerombolan nyamuk mendengung di surga ini, yang jauh dari kesan manis pada saya.</span></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span style="background-color: black;"><span style="color: #999999;"><br /></span></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black;"><span style="color: #999999;">Keesokan paginya kami melanjutkan perjalanan kami ke Pajacombo. Kami berangkat saat ini untuk menjelajah tapi kemudian akan kembali ke sini, untuk mengamati lebih khusus dan mencari jawaban atas rincian pertanyaan yang menarik minat kami. Awalnya kami berada pada sebuah dataran tinggi, yang melereng lembut ke timur. Daerah ini dibangun secara mengagumkan, dan sawah meluas ke sisi Merapi. Di belakangnya muncul Singgalang; puncak gunung ditutupi dengan hutan, tapi pada kakinya desa-desa dan perkebunan berganti satu sama lain. Pada satu bagian dari perjalanan ini kami mengikuti jalan biasa, dengan rel berada sepanjang salah satu tepi, dan kami melewati pribumi berbaris dengan gerobak sapi, menuju pasar.</span></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span style="background-color: black;"><span style="color: #999999;"><br /></span></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black;"><span style="color: #999999;">Lalu kami turun dalam garis lurus sepanjang 7 mil, lereng menurun bertahap, tanpa keraguan disebabkan oleh semburan lava yang luar biasa pada zaman dahulu. Kiri dan kanan memiliki gunung kapur yang curam dan tebing batu pasir. Potongan batu hitam bertebaran dimana-mana. Di kaki bukit itu kami melihat sebuah lorong sempit di antara dua batu, dan membawa kami ke dataran Pajacombo.</span></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span style="background-color: black;"><span style="color: #999999;"><br /></span></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black;"><span style="color: #999999;">Kami pergi ke tempat itu, menemui Asisten Residen untuk berbicara dan meminta bantuannya untuk perjalanan kami. Ketika kunjungan kami sudah berakhir, kami sekali lagi naik kereta api dan kembali ke Padang-Pandjang. Di tempat ini rel kereta api terbagi, dan satu cabang pergi ke Solok dan dari situ ke tambang batubara Sawah-Loento. Itu adalah tujuan utama dari tamasya pertama kami. Kereta turun perlahan menuruni lereng curam, di stasiun menunggu kereta api batubara, yang pada gilirannya ditempatkan di jalan dan dengan kesulitan diseret oleh lokomotif.</span></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span style="background-color: black;"><span style="color: #999999;"><br /></span></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black;"><span style="color: #999999;">Terhampar lembah yang indah Soempoer, penuh dengan desa-desa dan sawah. Di sebelah kiri kami adalah daerah tertutup, dipotong oleh ngarai dalam, dan sejauh mata memandang kami dapat melihat kopi, ditanam di sekitar rumah. Hujan, hujan terus-menerus telah dimulai, awan merayap sampai ke Merapi dan kabut tebal menutupi sawah, mengelilingi dan menyembunyikan bagian atas pegunungan. Sekarang kami berkendara di sepanjang Danau Singkarak. Kumpulan air terletak tak bergerak dalam cahaya monoton dan suram. Hujan berhenti, tapi kabut menyapu bersih semua kontur dan lansekap, sinar matahari cerah telah berganti kabut, dan tampak mengantuk, gelap dan mematikan sebagaimana pemandangan Eropa utara dalam kabut. Sekitar danau dikelilingi ketinggian, arus air yang kuat telah mengukir batu, dan banyak ngarai tak berujung bercabang ke segala arah. Air dari pegunungan berakumulasi menjadi kerucut puing-puing raksasa, setinggi 50 atau 60 M. dan perlahan-lahan bergerak. Setiap hujan datang aliran pasir dan batu ke arah jalan kereta api dan kemudian kadang-kadang benar-benar tertutup. Sebuah jembatan rendah di atas Sungai Ombilien berada di pintu keluar danau. Air itu indahnya tak tertandingi, biru safir dan sangat bersih. Pada akhir danau kita memasuki sebuah lembah dengan dasar rata dan kemudian lenyap, tanpa sadar naik lagi menuju Solok.</span></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span style="background-color: black;"><span style="color: #999999;"><br /></span></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black;"><span style="color: #999999;">.............</span></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span style="background-color: black;"><span style="color: #999999;"><br /></span></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span style="background-color: black;"><span style="color: #999999;"><span style="font-style: italic;">(</span><span style="font-style: italic; font-weight: bold;">Fakta menarik</span><span style="font-style: italic;"> dari kutipan diatas: </span></span></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span style="background-color: black; font-style: italic;"><span style="color: #999999;">1. Padang adalah kota terbesar di Sumatera pada saat itu.</span></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span style="background-color: black; font-style: italic;"><span style="color: #999999;">2. Penggambaran pelabuhan Emmahaven persis seperti yang tergambar di video dalam posting sebelumnya. Ini meyakinkan bahwa deskripsi pengarang tentang apa yang dilihatnya dapat diandalkan. </span></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span style="background-color: black; font-style: italic;"><span style="color: #999999;">2. Sungai di daerah Muaro Padang dapat dilayari kapal sampai ke dalamnya. Tidak seperti sekarang...:(</span></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span style="background-color: black; font-style: italic;"><span style="color: #999999;">3. Disebutkan ada Rute Padang ke arah Solok melalui Subangpas. Dimana itu Subangpas? Rasanya ndak ada nagari yang bernama itu di jalur tersebut. Apakah salah tulis? Atau si Pengarang salah dengar dari dialek lokal?</span></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span style="background-color: black; font-style: italic;"><span style="color: #999999;">4. Hutan di lembah Anai sungguh lebat dan ...menyeramkan!</span></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span style="background-color: black; font-style: italic;"><span style="color: #999999;">5. Di lembah Anai terdapat stasiun KA yang berupa cottage. Mungkin itu adalah bangunan setelah air terjun, di sebelah kiri dari arah Padang, yang sekarang tertutup semak belukar lebat. Ambo pernah melihatnya waktu petugas Perumka membersihkannya beberapa tahun yang lalu.</span></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span style="background-color: black; font-style: italic;"><span style="color: #999999;">4. Setahun setelah peresmian, jalur KA Lembah Anai dihantam banjir besar. Perbaikannya memerlukan biaya sebesar 600 ribu gulden atau sekitar 3,3 Miliar Rupiah sekarang.</span></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span style="background-color: black; font-style: italic;"><span style="color: #999999;">6. Rumah-rumah di Padang Panjang bagus-bagus.</span></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span style="background-color: black; font-style: italic;"><span style="color: #999999;">7. Padang Panjang sering hujan setelah tengah hari. Dan setelahnya berkabut.</span></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span style="background-color: black; font-style: italic;"><span style="color: #999999;">8. Perlu waktu sampai jam 9 pagi bagi kabut untuk betul-betul lenyap dari Padang Panjang.</span></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span style="background-color: black; font-style: italic;"><span style="color: #999999;">9. Bukittinggi banyak tikus dan nyamuk!</span></span></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;">
<span style="background-color: black; font-style: italic;"><span style="color: #999999;">10. Di daerah Solok kopi ditanam sampai ke halaman rumah.)</span></span><br />
<span style="background-color: black; font-style: italic;"><span style="color: #999999;"><br /></span></span><span style="background-color: black;"><span style="color: #999999;">Untuk meanjutkan kebagian 2 </span><b><a href="http://coretananakminang.blogspot.com/2014/03/van-batavia-naar-atjeh-1904-bagian-ii.html"><span style="color: #cc0000;">silahkan klik disini</span></a></b><span style="color: #999999;">.</span></span></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/16870304953850230049noreply@blogger.com0